Believe Me 17.1 #Rahasia Ravi

11 0 1
                                    

Dia orang yang mempunyai dinding pembatas agas orang lain tak bisa masuk ke dalam. jadi ketika dia mengajakku bertemu keluarganya, aku merasa bisa untuk masuk ke dalam kehidupannya.

^.^

"Kita mau kemana sih?" Tanyaku pada Ravi entah untuk keberapa kalinya, berharap akan mendapat jawaban setelah beberapa kali pertanyaanku tak mendapat jawaban.

Saat ini aku sedang berada di dalam mobil bersama Ravi, setengah jam yang lalu dia mengajakku pergi tepat setelah aku membaringkan Kila yang tertidur pulas.

"Pulang." Jawab Ravi pada akhirnya. Namun jawaban itu membuatku bingung. Bukankah tadi aku dan Ravi baru saja dari rumahnya? Tapi mengapa Ravi bilang pulang?

"Nggak ada pertanyaan lebih lanjut, nanti juga kamu tahu." Ucap Revi sebelum aku bertanya lebih lanjut dan aku hanya menganggukkan kepalaku dan kembali membaca novel ditanganku.

Tak lama kemudian Ravi menghentikan mobilnya dan membunyikan klakson membuatku sedikit terlonjak. Aku pun menutup novelku dan memasukkannya kedalam tasku ketika melihat sebuah pagar tinggi di depan sana. Sepertinya kami sudah sampai.

Lalu pagar tinggi itu terbuka dan membuatku bisa melihat apa yang tersembunyi di dalam sana. Ravi kembali menjalankan mobilnya masuk kedalam melewati jalan setapak yang muat untuk satu mobil. Di sepanjang jalan setapak terdapat taman di sebelah kanan dan kirinya dan lengkap dengan lampu berbentuk bulat. Mengingatkan ku dengan rumah Hyori di reality show Hyori's Bed and Breakfast.

Beberapa menit kemudian aku melihat sebuah rumah megah di depan sana, membuatku semakin bertanya rumah siapa yang kami datangi. Namun pertanyaan itu aku simpan rapat – rapat menunggu Ravi yang akan mengatakannya sendiri.

Ravi memarkirkan mobilnya di tempat yang sepertinya khusus parkiran karena aku melihat ada beberapa mobil terparkir dengan rapi disana. Aku membuka seatbelt dan mengikuti Ravi yang lebih dulu turun dan berdiri di sebelahnya.

Seperti sebelumnya, Ravi menggenggam tanganku dan menarikku untuk berjalan entah kemana. Aku hanya mengikuti kemana Ravi membawaku, namun satu hal yang baru aku sadari kali ini Ravi terlihat lebih sumringah. Senyuman tak pernah lepas dari bibirnya, seakan dia memang pulang ke rumahnya. Atau ini memang rumahnya?

Entahlah..

"Assalamualaikum..." Ucapku dan Ravi bersamaan ketika masuk kedalam rumah. Jika di rumah Ibu Ravi orang pertama yang menyambut kami itu Kila, kali ini orang pertama yang menyambut kami adalah seorang wanita paruh baya yang sepertinya ART rumah ini.

"Waalaikumsalam Den Ravin." Ravi menyalami wanita paruh baya itu diikuti olehku. "Eh Den Ravin sareng saha? Kabogoh na nya Den?" (eh den Ravin, sama siapa? pacarnya ya?)

"Sanes Bik, Ieu mah Rencangan Ravin. Namina Adara." Bantah Ravi. (bukan Bik, ini temen Ravin. namanya Adara)

"Oh Ari sugan bibik teh kabogoh Den Ravin." (oh kirain Bibik pacarnya den Ravin)

"Bunda, Ayah sareng Kak Kai aya kan Bik?" tanya Ravi pada wanita patuh baya itu. (Bunda, Ayah sama Kak Kai ada kan Bik?)

"Aya Den, di pengker nuju babakaran." (Ada Den, dibelakang lagi bakar - bakar)

"Nyaentos atuh, Ravin ka pengkernya." (Ya sudah, Ravin ke belakang ya.)

"Muhun mangga Den." (Iya, Silahkan Den)

BELIEVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang