2. Kebetulan

5.2K 592 42
                                    

Jeonghan kesal, kok dia bisa ketemu lagi sama cowok pelit menyebalkan ini. Lebih parahnya, dia ternyata tetangga baru depan rumah Jeonghan. Satu lagi yang membuatnya makin kesal adalah karena cowok ini ternyata seumuruan dengannya dan akan masuk ke sekolah yang sama juga.

Jangan sampai Jeonghan sekelas dengan Seungcheol. Bisa-bisa hidupnya tidak akan tenang, seperti doa adiknya semalam.

"Lo jalannya bisa lebih cepat, nggak?" Jeonghan tidak mau bersikap sopan dan ramah lagi pada cowok pelit itu.

"Lo duluan saja kalau mau."

"Gue sudah janji sama tante Yujin buat jagain Lo sampai sekolah. Beneran lo nggak akan nyasar kalau gue tinggal?"

"Gue bukan anak kecil, kalau nyasar gue bisa pulang sendiri." Mendengar itu Jeonghan tidak bisa untuk tidak senang.

"Ya sudah." Jeonghan kemudian menghubungi seseorang. "Gyu, gue tunggu di halte, ya?"

Jeonghan dan Seungcheol sampai di halte, bukan cuma mereka saja yang berada disana menunggu bis. Tapi bukan bis yang Jeonghan tunggu, melainkan Mingyu—teman sekelasnya yang juga anggota tim basket sekolah. Jeonghan langsung naik ke boncengan motor Mingyu setelah dia sampai di halte.

"Siapa dia? Gue baru lihat wajahnya?"

"Tetangga baru, nggak penting. Cepat berangkat." Ucap Jeonghan setelah selesai memakai helm.

Kebetulan hari ini Jeonghan piket, dia yang kebagian membuang sampah di belakang sekolah. Namun saat dia kembali ke kelasnya, dia melihat Seungcheol jalan bersama cewek cantik kesayangan Jeonghan, Kang Yebin. Ketua pemandu sorak yang selalu mencuri perhatian semua orang yang melihat kehebatannya menari.

"Yebin, selamat pagi." Jeonghan dengan langkah berani mendatangi ke duanya. Entah kenapa dia merasa terancam dengan kebersamaan Seungcheol dan Yebin, karena Yebin cewek yang mudah bergaul, dia takut Seungcheol akan salah paham dengan sikap baiknya. Jeonghan sudah lama naksir cewek itu, tapi belum cukup berani untuk meresmikan hubungan mereka. Hingga sekarang hubungan mereka menggantung, tidak jelas.

"Jeonghan, habis piket?"

"Iya, kamu mau kemana? Dia siapa?" Tanya Jeonghan yang pura-pura tidak mengenal Seungcheol.

"Loh, bukannya kalian tetangga? Seungcheol bilang dia baru pindah ke sebelah rumah kamu."

"Beneran? Tapi kita belum sempat kenalan. Iya, kan?" Terimakasih pada otak jenius Jeonghan yang bekerja dengan cepat, mau di taruh dimana mukanya kalau ketahuan bohong di depan gebetan. "Gue, Jeonghan. Yoon Jeonghan."

"Choi Seungcheol."

Jeonghan cuma bisa mengumpat dalam hati saat merasa Seungcheol membalas jabatan tangannya setengah hati.

"Lebih baik kita ke kantor kesiswaan sekarang, bentar lagi bel masuk." Yebin mengajak Seungcheol.

"Sampai ketemu di kantin, Yebin." Meskipun tidak rela Yebin bersama Seungcheol tapi Jeonghan akhirnya kembali ke kelas dengan berat hati. Kemudian menenangkan hatinya.

Sepertinya Jeonghan harus cepat-cepat meresmikan hubungannya dengan Yebin sebelum terlambat. Semua orang tahu, kok kalau Jeonghan dan Yebin mempunyai hubungan sangat spesial meskipun sampai sekarang status mereka belum jelas. Bahkan mereka sering dijodoh-jodohkan.

Apa hari ini tidak bisa lebih buruk lagi? Kenapa dari sekian banyak kelas di jurusan ini, Seungcheol harus berada di kelas yang sama dengan Jeonghan.

Kebetulan apa lagi ini?

=====

Seungcheol tidak begitu peduli dengan tatapan seseorang di belakangnya yang seakan mau melubangi kepalanya. Kalau harus memilih juga Seungcheol tidak mau satu kelas dengan Jeonghan, tapi mau bagaimana lagi?

Siang harinya, Seungcheol diajak ke kantin dengan teman sebelah bangkunya, Dongjin. Katanya dia juga sekalian mau memperkenalkan area sekolah.

Di kantin, Seungcheol melihat Jeonghan duduk bersama Yebin dan teman-teman lainnya. Sekali lihatpun mereka pasti kumpulan murid populer. Seungcheol juga murid populer di sekolahnya yang dulu, karena dia atlet lari yang sering mendapat juara dibanyak lomba.

"Seungcheol..." Yebin melambaikan tangan, memanggil Seungcheol untuk gabung di mejanya. Sebenarnya Seungcheol ogah untuk gabung disana karena ada Jeonghan, lihat saja sekarang, Jeonghan sedang melotot padanya dengan wajah kesal. Sepertinya Seungcheol harus terbiasa dengan wajah tidak bersahabat itu.

Yebin memperkenalkan Seungcheol pada teman-temannya. Beberapa ada yang sudah Seungcheol kenali, Jeonghan dan cowok yang menjemputnya di halte tadi pagi dan satu lagi teman sekelas mereka, selebihnya dua cewek teman Yebin.

"Disini ada menu yang paling enak, kamu harus nyoba."

"Biarin dia pesan makanannya sendiri." Ucap Jeonghan pada Yebin. Seungcheol pikir, apa salahnya merekomendasikan makanan enak di kantin pada siswa baru. Sikap Jeonghan benar-benar berlebihan.

Akhirnya Seungcheol memilih makanan yang dipilihkan Yebin, tentu saja dengan pelototan tajam dari Jeonghan padanya.

"Gimana rasanya?" Tanya Yebin pada Seungcheol.

"Ini super enak." Jujur Seungcheol.

"Benar kan. Besok kamu harus nyoba menu lain yang nggak kalah enak." Seungcheol cuma membalas 'Ok'.

"Kamu kalau makan yang benar." Seungcheol mendongak saat mendengar Jeonghan bicara, cowok itu sedang mengelap dagu Yebin yang kotor karena kuah mi.

"Yash! dilarang mesra-mesraan di meja makan, jangan buat aku muntahin makananku lagi." Mingyu protes sambil melempar tisu kotor ke arah Jeonghan.

Sekarang Seungcheol tahu kenapa Jeonghan bersikap agresif padanya hari ini. Jeonghan pasti pacar Yebin, pantas saja.

Seungcheol pulang sendiri seperti saat berangkat tadi, Jeonghan tentu tidak mau pulang dengan orang yang sudah dia anggap sebagai saingannya. Ck, cowok donat itu ada-ada saja.

"Hei Seungcheol!" Jeonghan menghampiri Seungcheol yang akan membuka  gerbang rumahnya. "Ada yang mau gue omongin." Seungcheol sudah tahu kemana arah obrolan ini.

"Ini tentang Yebin."

Kan?

"Awas lo kalau coba-coba deketin gebetan gue."

Oh, bukan pacarnya ternyata.

"Terserah gue mau deketin siapa saja."

"Iya terserah lo, tapi jangan Yebin. Dia milik gue."

"Lo nggak ada hak buat ngelarang gue. Yebin juga bukan milik lo, status lo sama dia cuma gebetan bukan pacar." Balas Seungcheol telak yang membuat Jeonghan terdiam.

"Lo ngajak ribut?!"

Lah memang siapa yang mulai.

"Sebelum lo ngancem dan nuduh-nuduh orang nggak jelas, mending pulang sana, terus ngaca."

"Emang disini lo kok yang nyari ribut duluan juga suka rebut milik orang! Kemarin donat, sekarang Yebin mau lo rebut juga."

Tanpa merespon ucapan Jeonghan,  Seungcheol justru mengambil sesuatu di pipi Jeonghan. "Itu muka apa donat, kok banyak mesesnya."

Tbc

Cantik, kan eneng Yebin-nya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cantik, kan eneng Yebin-nya?

Terimakasih squad kesayangan yang sudah mau ngasih bintang dan komen... Lafffyuuuu

OH MY! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang