Jeonghan memegang keningnya yang baru saja menerima kecupan dari Seungcheol, panas. Bahkan menjalar sampai ke pipi dan seluruh wajahnya. Sepertinya Jeonghan memang harus ke klinik, kepalanya butuh dikompres sekarang atau bisa meledak.
"Ah, pasti ketinggalan di meja." Jeonghan mengeluh karena ponselnya tidak ada di dalam sakunya. Sekarang Jeonghan harus bagaimana menghabiskan waktu di klinik selama dua jam pelajaran.
Menganggur begini membuat Jeonghan mengingat kejadian beberapa saat lalu, kenapa Seungcheol lancang mencium keningnya? Padahal mereka tidak dalam hubungan sedekat itu, mereka juga bukan teman, eh! Mingyu yang teman dekatnya saja tidak pernah mencium kening Jeonghan. Jadi kenapa Seungcheol melakukan itu, sih?
Seungcheol, gay?
Jeonghan melotot karena pemikirannya sendiri. Benar, Jeonghan baru sadar sekarang, padahal kemarin Seungcheol sudah mengatakannya—secara tidak langsung—kalau Jisoo adalah cinta pertamanya. Jadi, ucapan Seungcheol dulu yang mengaku kalau dia gay itu ternyata bukan sekedar candaan untuk membohongi Jeonghan, tapi itu memang benar.
Bagaimana kalau Seungcheol menyukai Jeonghan beneran? Jantung Jeonghan berdegup kencang hanya karena memikirkan hal itu.
Sreeekk
"Anjay! kaget gue!" Jeonghan menjerit kaget saat Mingyu muncul dari balik tirai.
"Lo beneran sakit?" Mingyu menunjuk kompres instan di kening Jeonghan.
"Kok lo bisa kesini?"
"Gue khawatir karena Seungcheol balik ke kelas sendirian, pas gue tanya keadaan lo, dia malah bengong." Jeonghan mengerjap mendengar nama cowok itu disebut. "Tadi gue lihat lo baik-baik saja, kenapa sekarang bisa sakit. Lo demam ya, wajah lo merah banget."
Jeonghan mengendikan bahu, alih-alih membalas ucapan sahabatnya, dia malah bertanya "Lo bawa hp gue, gak?" Mingyu mengambil ponsel Jeonghan dari saku seragamnya. "Terima kasih." kemudian Jeonghan mengusir Mingyu sebelum cowok itu bertanya macam-macam.
=====
Malam harinya Seungcheol menatap diam jendela kamar Jeonghan dari kamarnya sendiri.
"Mati aja lo, Choi Seungcheol." Seungcheol merutuki diri sendiri mengingat perbuatannya pada Jeonghan siang tadi. Bagaimana bisa dia meninggalkan Jeonghan begitu saja setelah mencium keningnya. Padahal sebelumnya dia sangat percaya diri memberikan ciuman itu, tapi saat melihat tatapan mata Jeonghan dari jarak sedekat itu, Seungcheol menyerah. Lebih tepatnya Seungcheol terpesona.
"Dek, gak makan malam?" tanya Seungmin sambil memasuki kamar adiknya. "Lo sakit?" tanyanya lagi karena Seungcheol tidak menjawabnya.
"Kak, kok gue kepikiran orang terus ya."
"Siapa? Jeonghan?" Seungcheol yang diam saja membuat Seungmin yakin kalau cowok itulah yang sedang dipikirkan adiknya. "Lo suka sama Jeonghan?"
"Kenapa lo langsung menyimpulkan gue suka sama Jeonghan." Jadi benar, Jeonghan? Seungmin tersenyum dalam hati melihat respon Seungcheol.
"Karena gue lihat ada cinta di mata lo pas lihat dia."
"Lebay lo, Kak!" Seungmin tertawa renyah.
"Gue gak tau ada kejadian apa lo sama dia pas gue gak ada, yang gue tau sekarang sikap lo ke dia udah berubah begitupun sikap dia ke lo." Jelas Seungmin. Seungcheol kembali memandang kamar Jeonghan setelah menghela nafas panjang.
Masa, sih? Kok Seungcheol tidak menyadari itu. Menurutnya, sampai sekarang mereka masih sering berdebat karena Jeonghan masih saja bersikap bodoh dan munafik. Katanya ingin menghapus perasaannya pada Yebin, tapi dia masih mendekati cewek itu bahkan makan siang bersamanya. Ck, dasar omong doang!
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY! ✔
FanfictionJeonghan menganggap Seungcheol tak lebih dari cowok menyebalkan perebut gebetan orang. Sedangkan dimata Seungcheol, Jeonghan itu hanya cowok pengecut yang tidak berani menyatakan perasaannya pada orang yang ditaksirnya. . CheolHan FanFiction!!! Terb...