Pagi ini Jeonghan menunggu Seungcheol di depan gerbang rumahnya, kakinya melangkah menuju ke depan rumah di seberang jalan saat melihat cowok itu keluar dari sana.
"Kenapa?" Singkat Seungcheol dengan wajah yang tidak bersahabat, tapi hal itu tidak mengurungkan niat Jeonghan untuk mengajukan pertanyaan yang sejak semalam ingin Jeonghan utarakan.
"Yang semalam itu siapa?"
"Lo gak perlu tau!" Balas Seungcheol dengan nada dingin. Lah kok marah?
Jeonghan memicing, dia perlu tau siapa kedua orang itu karena semalam sikap Seungcheol aneh setelah melihat mereka. Padahal yang Jeonghan lihat sebelumnya Seungcheol terlihat bahagia bersama dengan cewek itu. "Gue juga gak terlalu ingin tau."
"Terus kenapa tanya?"
"Soalnya lo berubah jadi aneh."
Semalam Seungcheol juga bohong, dia menggunakan Jeonghan sebagai alasan untuk menolak ajakan kedua orang itu.
"Maaf, aku mau menyelesaikan tugas kelompok sama Jeonghan. Besok harus dikumpulin." Begitu jawab Seungcheol semalam. Dasar pembohong! Padahal tugas mereka sudah selesai beberapa jam sebelumnya. Dan tanpa bicara pada Jeonghan, cowok menyebalkan itu langsung masuk ke rumahnya ketika mobil yang ditumpangi dua teman lamanya menghilang di tikungan jalan perumahan.
Jeonghan sebenarnya tidak tertarik dengan jawaban bohong Seungcheol, dia justru lebih terusik dengan ekspresi yang Seungcheol tunjukan saat itu. Entah marah atau kecewa, Jeonghan tidak benar-benar tau yang pasti itu bukanlah sesuatu yang baik.
"Cuma perasaan lo."
"Ya udah kalau lo gak mau kasih tau, toh gak penting juga buat gue." Ucap Jeonghan lagi. Seungcheol menoleh menatap Jeonghan intens. "Apa?!" Tantang Jeonghan tapi beberapa saat kemudian bibirnya mencebik karena Seungcheol lebih memilih pergi dari pada meladeni mata tajamnya.
"Tunggu, ada yang mau gue tanyain lagi." Jeonghan mengejar Seungcheol.
"Hm?"
"Tentang pertanyaan gue semalem, yang belum sempat lo jawab."
"Gue gak mau ngobrol apapun yang menyangkut Yebin. Lo punya otak buat mikir sendiri kenapa gue seperti itu. Itu pun kalau lo mau gunain otak lo."
"Maksud lo apa?" Karena maksud Jeonghan mengalihkan pembicaraan mereka adalah untuk mencairkan ketegangan diantara mereka tapi Seungcheol malah membalasnya dengan ucapan kasar.
"Rasa sayang lo ke Yebin itu bikin gue muak. Lo pikir lo akan merasa bangga saat lo berhasil membuat cewek yang lo sayangi bahagia? Dan lo akan baik-baik saja saat dia bahagia sama orang lain?"
"Semuanya gak akan sama seperti yang lo kira. Bagi gue lo cuma cowok dungu yang dibudakin sama perasaan cinta lo."
Jeonghan ingin membantah ucapan Seungcheol tapi dia tahan karena melihat situasi jalan yang mulai ramai menuju halte, apa lagi beberapa orang disana memberi atensi pada mereka karena ucapan Seungcheol yang lumayan keras. Jeonghan mulai berpikir, mungkin Seungcheol mengatakan kalimat pedas itu karena memang suasana hatinya yang sedang tidak baik gara-gara kedua orang semalam. Tapi memaki Jeonghan dan menyebutnya dungu, Jeonghan benar-benar tidak terima. Padahal beberapa hari ini Seungcheol sudah jarang bersikap menyebalkan, bahkan Jeonghan sudah berpikir kalau bukan karena salah paham masalah Yebin, mereka berdua mungkin bisa menjadi teman baik.
"Lo ribut lagi sama Seungcheol?"
"Gak."
"Kalian baik-baik saja kemarin, kenapa sekarang seperti lagi perang dingin?"
"Biasa saja."
"Kalau biasa saja kenapa sekarang lo jadi kaya dulu lagi?"
"Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY! ✔
FanfictionJeonghan menganggap Seungcheol tak lebih dari cowok menyebalkan perebut gebetan orang. Sedangkan dimata Seungcheol, Jeonghan itu hanya cowok pengecut yang tidak berani menyatakan perasaannya pada orang yang ditaksirnya. . CheolHan FanFiction!!! Terb...