"Kita sudah lama dekat dan kamu tahu aku bukan orang romantis yang pintar buat puisi atau ngasih hadiah istimewa buat kamu, yang aku ingin bilang adalah aku sayang banget sama kamu dan aku ingin selalu bisa sama kamu, lebih dekat dari sebelumnya. Kamu mau, kan jadi pacarku?" Jeonghan menggenggam tangan Yebin, dia sadar harusnya menyatakan perasaannya sejak lama, salahkan Jeonghan yang tidak cukup berani dan terlalu lama menunggu waktu yang tepat.
"Jeonghan, aku nggak harus ngasih jawaban sekarang, kan?" Balas Yebin yang terdengar ragu.
Jantung Jeonghan mencelos mendengarnya, itu bukanlah jawaban yang dia harapkan. Jeonghan pikir Yebin akan langsung menerimanya karena selama ini Yebin juga terlihat mempunyai perasaan yang sama padanya. Bahkan banyak siswa yang menjodohkan mereka, mengatakan kalau mereka adalah pasangan serasi. Kapten tim basket dan ketua pemandu sorak, tentu mereka akan menjadi pasangan yang sempurna.
"Oke." jawab Jeonghan sambil melepas tangan Yebin.
"Sebaiknya kita ke kantin, sebelum Mingyu menghabiskan makan siangnya."
Keduanya bergabung dengan yang lainnya di kantin seperti biasa, bahkan Yebin bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa diantara mereka yang membuat hati Jeonghan merasa sedikit kecewa. Padahal Jeonghan baru saja memintanya menjadi pacar.
Saat pandangannya mengitari seluruh isi kantin, mata Seungcheol bersiborok dengannya. Jeonghan mengumpat dalam hati melihat tatapan meremehkan itu dari Seungcheol.
"Kecut banget muka lo, ada apa?" Tanya Mingyu ketika mereka kembali ke kelas.
"Tadi gue udah nembak Yebin."
"Terus? Oh my god! Lo ditolak?"
"Anj! Sok inggris lo, lebay!" jawab Jeonghan dengan muka jijiknya. "Yebin belum ngasih jawaban ke gue. Dia minta waktu." kali ini wajahnya jelas bertambah kecut.
"Ini mah udah bisa ketebak."
"Apaan?"
"Ini meleset dari perkiraan gue. Padahal gue sudah yakin banget kalau Yebin bakal langsung nerima lo jadi pacarnya, dilihat dari sikap dia yang selama ini manja ke lo, gue yakin dia juga punya rasa lebih ke lo."
"Terus maksud lo ketebak?" Jeonghan geregetan mendengar kalimat yang Mingyu sampaikan.
"Dia bakal nolak lo."
"Anj! Lo jadi temen nggak ada guna banget!"
"Gue nggak mau lo sakit hati bro, kalau Yebin beneran suka sama lo, dia nggak mungkin minta waktu buat ngasih jawaban. Atau mungkin dia ragu, dia sebenarnya suka sama lo tapi di hatinya mulai suka ke orang lain. Jadi dia mau memastikan perasaannya dulu." Tebak Mingyu.
"Bingung gue sama omongan lo." Jeonghan duduk di bangkunya, lemas.
"Ini akibatnya kalau lo terlalu lama menyembunyikan perasaan lo, harusnya lo nembak Yebin sejak dulu. Gue rasa kesempatan lo diterima lebih besar dari pada sekarang." Ucapan Mingyu hanya menambah frustasi.
Jujur saja menunggu jawaban dari Yebin sudah membuatnya sedikit frustasi. Harusnya Jeonghan mencari tahu dulu bagaimana sebenarnya perasaan Yebin terhadapnya, kalau sudah terlanjur begini bagaimana dia akan bertatap muka dengan Seungcheol. Apa lagi Jeonghan sudah percaya diri akan mendapatkan Yebin hari ini, Seungcheol pasti akan mengoloknya kalau ternyata Yebin menolak cinta Jeonghan.
Jeonghan menemui Yebin di ruang loker lapangan indoor SMA sepulang sekolah, gadis itu meminta untuk bertemu di tempat tersebut. Yebin datang sedikit terlambat, tapi gadis itu masih terlihat cantik seperti biasanya.
Dengan senyuman cantik di bibirnya, Yebin akhirnya menjawab pernyataan Jeonghan tadi siang.
"Aku rasa lebih baik kita berteman saja."
=====
"Jadi kenapa lo narik gue kesini?" Tanya Seungcheol, dia sangat risih dengan predikat perusak hubungan orang yang melekat padanya. Padahal dia tidak sedikitpun berniat seperti itu, tertarik dengan gadis di depannya pun, tidak. Sekarang Yebin malah mengajaknya bicara di dalam kelas yang sudah kosong.
"Jeonghan nembak aku."
"Terus apa hubungannya sama gue?"
"Aku harus jawab apa?"
"Kok lo nanya gue?" Seungcheol menatap curiga pada Yebin yang menunduk malu di depannya. "Lo suka sama dia?"
Yebin mengangguk "Suka..."
"Ya sudah, terima. sama-sama suka, kan?"
"Mungkin kalau Jeonghan nembak dari dulu, aku akan langsung terima dia. Tapi setelah ketemu kamu, aku bingung." Yebin memainkan kedua tangannya gugup, lalu menatap Seungcheol.
"Lo... suka sama gue?" Dari gelagat Yebin yang bersemu saat ditanya begitu, sepertinya Seungcheol tahu jawabannya.
"Aku nggak tahu, tapi aku ingin tahu, Seungcheol."
"Maksudnya?"
"Minggu ini kamu ada waktu? Kencan denganku, mau?" Seungcheol menghargai keberanian Yebin yang mengajaknya kencan, tapi sejak awal Seungcheol memang tidak sedikitpun tertarik pada Yebin meskipun cewek itu kapten tim pemandu sorak yang populer dan cantik.
"Lo tahu, kalau selama ini gue dicap jadi orang ketiga dari hubungan lo sama Jeonghan?" Yebin mengangguk. "Dari pada sama gue, kapten tim basket seperti Jeonghan sepertinya lebih pantes jadi pacar kapten tim pemandu sorak."
"Tapi aku juga suka kamu, aku mau mastiin perasaanku."
"Sekarang lo cuma lagi bingung. Gue cuma mau lo tahu kalau gue nggak suka dituduh dengan hal yang nggak pernah gue lakuin. Gue harap lo ngerti posisi gue." Setelah mengatakan itu, Seungcheol menepuk pelan bahu Yebin lalu pergi dari sana.
Malamnya, Seungcheol yang baru pulang dari mall bersama Seungmin tidak sengaja bertemu Jeonghan di depan kompleks perumahan mereka. Seungmin yang melihat Jeonghan, melambatkan laju mobilnya lalu menyapa Jeonghan.
"Baru pulang?"
"Iya..."
"Mau bareng?"
"Nggak usah deh, kak, badan gue keringetan banget baru latihan. Lagian sudah mau sampai rumah."
Seungcheol sama sekali tidak tertarik untuk menanggapi Jeonghan, apa lagi dengan raut wajah tidak bersahabat yang Jeonghan tunjukan padanya. Setelahnya Seungmin kembali melajukan mobilnya.
"Tumben lo nggak nyautin dia."
"Males, lo nggak lihat muka tu cowok kaya singa lagi PMS? Bisa-bisa gue dicakar sampai mati." Seungcheol terkekeh dengan ucapannya sendiri begitupun Seungmin.
"Awas lo jatuh cinta sama dia."
"Anjir! Mulut lo!"
"Pacar lo yang sebelumnya kan galak."
"Galak tapi baik, kalau dia sih amit-amit. Lagian ngapain nyamain mantan gue sama cowok kaya Jeonghan, sih." Kilah Seungcheol.
"Eh, gue lupa nggak nanyain tentang Yebin."
"Mending jangan deh."
"Kenapa emang?"
"Gue rasa Jeonghan ditolak."
"Jangan sok tahu."
"Enggak kok, kalau Jeonghan diterima nggak mungkin Yebin ngajak gue kencan."
"Lah, kok bisa?"
"Bisa lah! Adek lo ini kan super ganteng!" Balas Seungcheol percaya diri.
"Terus gimana? Lo terima?"
"Nggak mungkin! Gue nggak mau dituduh lagi jadi perusak hubungan mereka, selain itu Yebin juga bukan tipe gue." Seungmin mengangguk dua kali.
Seungcheol harap besok akan menjadi.lebih baik.
Tbc
Ada yg nggak sabar karena ini berteletele?? Sengaja biar JeongCheolnya ngalir aja gitu, biar lebih natural heheh
.
.
Terimakasih dan selalu sayang kalian, vomenter squad~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY! ✔
FanfictionJeonghan menganggap Seungcheol tak lebih dari cowok menyebalkan perebut gebetan orang. Sedangkan dimata Seungcheol, Jeonghan itu hanya cowok pengecut yang tidak berani menyatakan perasaannya pada orang yang ditaksirnya. . CheolHan FanFiction!!! Terb...