11. Kenapa?

2.9K 484 62
                                    

"Kenapa kalian nggak bilang kalau ada dia disini?" Jeonghan bertanya pada Yerin, jarinya menunjuk Seungcheol yang duduk tak jauh darinya.

"Kemarin kita sudah menjelaskan ke kalian kalau bulan ini majalah sekolah akan membuat berita utama siswa yang berprestasi di bidang olah raga." Jeonghan merengut karena yang Yerin katakan benar. Jeonghan lupa kalau Seungcheol juga baru saja mendapat prestasi di bidang olah raga. Kalau dari awal tahu Seungcheol ada disini mungkin Jeonghan akan menolak permintaan tim redaksi sekolah tersebut.

"Kapan kita mulai wawancaranya? Gue ada kegiatan lain setelah ini." Tanya Soonyoung, siswa yang meraih juara di bidang olahraga beladiri seolah mewakili lainnya.

"Sekarang juga bisa, kalian bisa menjawab bergiliran karena mendapat pertanyaan yang sama." Jawab Minhyun, selaku ketua redaksi majalah sekolah.

"Gue belum memutuskan mau ikut dalam hal ini atau gak." Suara Jeonghan.

"Masih banyak kegiatan yang harus kami kerjakan, khususnya gue. Menunggu keputusan dari lo bukan salah satunya."

"Lo pikir gue mau wawancara bareng lo?" Balas Jeonghan tak kalah sengit dari ucapan Seungcheol sebelumnya.

"Kalau lo nggak mau, silakan pergi. Masih banyak anggota tim basket yang lebih baik dari lo yang bisa diwawancarai, Mingyu salah satunya." Tangan Jeonghan mengepal penuh emosi, andai saja matanya bisa mengeluarkan laser mungkin kepala Seungcheol sudah meledak sejak tadi.

"Sebutkan pertanyaannya." Alis Jeonghan menekuk kesal saat melihat seringai samar Seungcheol setelah Jeonghan mengatakan itu.

Sesi wawancara dimulai, semuanya berjalan lancar kecuali saat Seungcheol atau Jeonghan saling menyindir dengan jawaban satu sama lain.

"Gue harus satu frame sama dia?" Tanya Seungcheol agak kurang yakin saat Minhyun memberi tahu akan ada sesi foto.

"Siapa juga yang mau difoto sama lo." Ketus Jeonghan.

"Kuping gue panas denger kalian berdebat terus bahkan cuma gara-gara hal sepele." Komentar Soonyoung, "Wawancara ini harusnya sudah kelar dari tadi kalau gak ada pertengkaran bocah TK kaya kalian yang buang-buang waktu." Lanjutnya dengan gemas.

Kedua orang tersebut diam karena ucapan Soonyoung.

"Ini buat muatan majalah." Jeonghan terlihat kurang puas dengan jawaban Myungho, siswa yang menjadi fotografer tim majalah sekolah. "Ok, jujur saja ini juga salah satu cara menarik minat para murid untuk baca majalah sekolah." Jelas Myungho.

"Maksudnya?" Tanya Jeonghan

"Akhir-akhir ini kalian sering dibicarakan."

"Gosip yang beredar itu sama sekali nggak benar!" Seungcheol berdecak lalu menatap Jeonghan.

"Terlepas dari berita itu benar atau gak, yang pasti nama kalian selalu jadi perbincangan hangat di kalangan siswa. Gue harap kalian ngerti maksud gue, nama kalian bisa jadi magnet apa lagi kalau ada foto kalian berdua di majalah."

Meskipun enggan akhirnya dua orang itu bersedia difoto demi majalah sekolah, bersama dengan siswa lainnya atau bahkan foto berdua meskipun diiringi banyak perdebatan kecil lagi diantara mereka.

"Bagus! Ini pasti akan jadi trending topic." Myungho tersenyum melihat beberapa hasil fotonya.

"Terimakasih atas kerja sama kalian." Minhyun bersama para anggota tim majalah sekolah membungkuk sopan.

Satu persatu dari mereka meninggalkan ruangan, termasuk Jeonghan yang langsung pergi setelah meminta ijin pada mereka.

"Idih! Dosa apa gue bisa satu frame sama dia!" Umpat Jeonghan saat melihat Seungcheol berlalu begitu saja melewatinya sambil sibuk bermain ponsel.

=====

Beberapa malam ini Seungcheol berkirim pesan dengan Minkyung. Meskipun hal itu sama saja membuka luka lamanya, tapi Seungcheol mencoba menanggapi hal itu secara lebih dewasa. Masalah mereka sudah berakhir sejak dua tahun lalu, saat mereka di tahun terakhir SMP.

Lo bisa ngelupain dia, buktinya lo bisa pacaran dan menjalin hubungan dengan orang lain setelahnya. Ingat! Itu cuma masa lalu, Choi Seungcheol! Ucap suara dalam kepala Seungcheol.

Pagi ini wajah Seungcheol sangat suram, semalam dia memimpikan Minkyung dan juga satu sahabatnya lagi, Hong Jisoo. Seungcheol sedikitnya menyesal karena sudah menanggapi sms dari Minkyung, mungkin karena hal itu membuatnya kembali ingat masa lalu.

Seungcheol membuka gerbang rumahnya, tidak disangka Jeonghan juga sedang melakukan hal sama di seberang jalan. Dia menatap punggung Jeonghan yang jalan beberapa langkah di depannya. Mereka belum pernah bicara berdua lagi sejak hari Seungcheol 'memarahi' Jeonghan. Debat kecil di wawancara kemarin itu tidak termasuk.

Kalau Seungcheol boleh menebak sih, mungkin Jeonghan marah karena ucapannya saat itu. Tapi terserah Jeonghan mau menanggapinya bagaimana, yang pasti Seungcheol ingin menunjukan kalau apa yang menurut diri sendiri baik belum tentu akan baik juga untuk orang lain. Jeonghan tidak bisa memaksakan kehendaknya pada orang lain.

Seungcheol memilih jalan belakang saat melihat Yebin berdiri di koridor seberang lapangan. Dia sudah capek menghadapi Yebin yang keras kepala jadi Seungcheol memutuskan menghindari Yebin dari pada dia harus kesal sendiri. Padahal Seungcheol sudah mengatakan kalau dia tidak mau disangkut pautkan dengan hubungan Yebin dan Jeonghan.

Dari sekian banyak siswa di sekolah ini kenapa Seungcheol harus bertemu Jeonghan di area belakang sekolah. Cowok yang sepertinya baru selesai membuang sampah itu akhirnya sadar keberadaan Seungcheol, tapi Jeonghan hanya memberikan tatapan malas lalu pergi membuat Seungcheol lagi-lagi harus berjalan di belakang Jeonghan.

"Kenapa lo jalan lewat belakang?" Seungcheol terkejut karena Jeonghan berbalik untuk mengadilinya.

"Terserah gue mau lewat jalan mana saja." Seungcheol mengendikan bahunya.

"Lo menghindari Yebin, kan?" Tanyanya lagi setelah melihat Yebin berdiri di koridor depan seakan sedang menunggu seseorang. Menunggu Seungcheol.

"Menurut lo?"

"Kenapa lo menghindari Yebin."

"Gue kira lo udah ngerti jawabannya."

"Lo segitu bencinya sama Yebin?" Mulai lagi ke sok tahuan Jeonghan.

"Gue nggak pernah benci sama siapapun."

"Terus kenapa lo nggak mau PDKT sama Yebin?"

"Gue capek ngejelasin ke lo."

"Jelasin ke gue, apa kurangnya Yebin, lo bilang dia cantik tapi kenapa lo nggak mau nyoba jalan sama dia?" Kening Seungcheol berkedut, ingin sekali meremas bibir Jeonghan yang suka sekali merocos.

"Atau jangan-jangan..." Jeonghan mundur dua langkah dari Seungcheol. "Lo bukan gay, kan?!" Kedua orang tersebut terdiam karena ucapan Jeonghan, terlebih Seungcheol. "Benar, alasan lo selama ini menolak Yebin bukan karena lo gak suka Yebin, tapi karena lo memang gak pernah tertarik sama cewek manapun."

Seungcheol terdiam beberapa saat tapi beberapa saat kemudian seringai samar tercipta di bibirnya, dia menatap intens ke dalam mata Jeonghan, lalu menipiskan jarak diantara mereka.

"Yes, gue gay. Jadi, secantik-cantiknya Yebin dia tetap bukan tipe gue karena tipe gue itu cowok manis bertubuh ramping kaya lo." Jeonghan menjatuhkan tempat sampah yang dibawanya saat tangan Seungcheol mengusap pinggangnya dengan lembut.

Seungcheol melenggang melewati Jeonghan setelah itu. Masa bodoh dengan reaksi Jeonghan, Seungcheol sudah capek menjelaskan pada Jeonghan karena yang ada Seungcheol selalu salah di mata cowok itu.

Tbc

Eekekekekeke

Makin ancur lah ff ini~~~

OH MY! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang