10. Muak

3K 457 31
                                    

Jeonghan menunggu Seungcheol di depan kompleks perumahan untuk membahas beberapa hal, dia tidak mungkin bicara di depan rumah karena setiap pagi ibunya selalu di sekitar sana untuk menyirami bunga di taman kecilnya. Bisa gawat kalau mereka sampai ribut disana.

"Lama banget sih lo!" semprot Jeonghan saat Seungcheol muncul.

"Nungguin gue?"

"Menurut lo!"

"Kenapa?"

"Ini." Jeonghan menyerahkan selembar uang ke Seungcheol. "Gue nggak mau ada utang sama lo."

"Gue nggak ngerasa ngutangin lo."

"Sabtu kemarin lo bayarin gue makan dan beliin eskrim."

"Itu karena gue kalah maen dan eskrim itu karena gue..."

"Kasihan, kan? Gue nggak mau dikasihani sama lo, makanya sekarang gue ganti uang lo."

"Kenapa lo suka banget berpikir negatif, kemarin itu gue khawatir bukan kasihan dan gue bukan orang yang pamrih, lo nggak perlu ganti uang gue." Seungcheol mendorong tangan Jeonghan.

"Tapi gue tetap ngerasa utang sama lo. Jadi lo harus terima uang ini." Jeonghan menarik tangan Seungcheol, memberikan uangnya lalu berbalik untuk pergi. Tapi Seungcheol berhasil meraih tangan Jeonghan lebih dulu.

"Apaan sih lo!" Jeonghan berusaha menarik tangannya dari Seungcheol tapi gagal karena cowok itu benar-benar menggenggam telapak tangannya. Sumpah Jeonghan risih karena situasinya dan Seungcheol sekarang terlihat sangat ambigu.

"Gimana keadaan kaki lo?"

"Gue baik-baik aja."

"Beneran?"

Dukk! Seungcheol melotot ganas, sambil tangannya mengelus tulang keringnya yang baru saja ditendang Jeonghan.

"Sakit, kan? Itu bukti kaki gue baik-baik aja." Setelah mengatakan itu, Jeonghan segera pergi menuju halte untuk berangkat ke sekolah.

"Masih hidup lo?! Gue kira udah mati." Baru saja masuk gerbang, Mingyu sudah muncul di sebelah Jeonghan.

Jeonghan langsung menampik tangan Mingyu yang akan merangkul bahunya, dia tidak suka kalau Mingyu melakukan  hal itu karena Jeonghan merasa makin kecil di sebelah temannya yang jangkung itu.

"Kemarin kemana aja? Hp lo juga nggak aktif."

"Dirumah, tidur."

"Kenapa hp lo mati?"

"Karena gue nggak mau diganggu. Terutama sama lo."

"Kejam."

Mingyu berusaha merangkul bahu Jeonghan lagi, "Berat! Lo kenapa suka banget ngerangkul bahu gue, sih?"

"Soalnya bahu lo rangkul-able. Enak kalau dirangkul begini."

"Najis banget omongan lo, tau?"

Jeonghan sedang membuka ponselnya saat Seungcheol masuk kelas, mereka saling bertatapan sesaat. Sejak sabtu malam kemarin entah kenapa Jeonghan selalu memikirkan ucapan terakhir Seungcheol.

Jeonghan sayang Yebin, tentu dia ingin melihat Yebin bahagia dan menurutnya saat ini cuma Seungcheol yang bisa membahagiakan Yebin. Jeonghan ingin memperjuangkan Yebin, tapi tidak semudah itu karena dia tidak mau memaksakan perasaannya untuk Yebin, jika dia melakukannya bukan cuma dia yang sakit hati tapi Yebin juga. Jeonghan tidak masalah kalau cintanya bertepuk sebelah tangan. Ucapan Seungcheol ada benarnya, Jeonghan harus melepas Yebin tapi dia juga masih ingin melihat cewek itu bahagia meskipun bukan Jeonghan alasannya.

OH MY! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang