Jeonghan harusnya tahu kalau Seungcheol itu orang yang tidak bisa dipercaya. Setelah membuat Jeonghan kepikiran dengan pengakuannya, cowok itu malah terlihat dengan cewek lain, bahkan sampai tahap peluk cium sebelum berpisah. Tidak mungkin kalau keduanya tidak ada hubungan spesial.
Coba bayangkan bagaimana rasanya kalau ada cowok gay yang mengaku kalau kita adalah tipe pacarnya? Jeonghan bahkan sampai berpikir kalau Seungcheol terbawa perasaan setelah kencan konyol yang mereka lakukan. Ternyata pengakuan cowok itu cuma alibi untuk menjauh dari Yebin. Mungkin.
Jeonghan memelototi Seungcheol dari awal dia masuk sampai duduk di bangkunya. Mingyu yang melihat saja sampai dibuat bingung, padahal Jeonghan sudah bilang kalau dia sudah berusaha ikhlas melepas Yebin, harusnya tidak ada masalah lain yang terjadi diantara mereka.
"Lo berencana meladakan kepala Seungcheol?" Mingyu mendekat ke bangku Jeonghan.
"Kalau bisa, udah gue ledakan kepalanya dari kemarin-kemarin."
"Kenapa lagi? Masalah lo, Seungcheol dan Yebin udah kelar, kan?"
"Coba lo bayangin, gimana perasaan lo kalau ada cowok lain bilang lo itu tipe pacar mereka?"
"Hah?"
"Bodohnya gue percaya. Harusnya gue tau dia melakukan itu karena nggak mau berurusan lagi sama Yebin. Ternyata dia sudah punya cewek lain." rutuk Jeonghan.
"Jelasin dari awal, gue beneran nggak ngerti kemana arah omongan lo."
Jeonghan menoleh kesal ke arah Mingyu. "Lo emang nggak pernah bisa ngertiin gue!" Mingyu mengerjap, kenapa ucapan terakhir Jeonghan terdengar ambigu di telinganya.
"Gue harus balas dia, Gyu."
"Siapa? Seungcheol?"
"Siapa lagi?" Jeonghan berdecak kesal.
Benar, memang siapa lagi yang bisa membuat Jeonghan begini frustasi selain Choi Seungcheol. Jeonghan langsung mendatangi bangku Seungcheol ketika bel istirahat berbunyi.
"Gue mau ngomong sama lo." Jeonghan menyilangkan tangan di dadanya. Dia berdecak gemas karena cowok yang didatangi malah tidak bereaksi apapun selain diam.
"Setelah lo buat gue ngga bisa tidur, sekarang lo bertingkah seolah nggak terjadi apa-apa." Cecar Jeonghan.
"Kali ini salah gue apa?"
"Lo bukan gay."
"Terus?"
"Lo bohong!"
"Lo kecewa karena gue bukan gay?" Eh!
Kenapa juga Jeonghan harus kecewa!
"Lo pasti sengaja melakukan itu biar bisa lepas dari Yebin."
Seungcheol menghela napas, "Dari awal gue nggak pernah menyatakan diri gue gay, lo yang selalu menyimpulkan sendiri apa yang lo lihat tanpa konfirmasi lebih dulu."
Jeonghan merengut merasa sudah dipermainkan Seungcheol. Kedua tangan Jeonghan terangkat, ingin sekali mencekik Seungcheol. Kalau saja ini bukan di sekolah Jeonghan pasti sudah melakukan itu sejak pagi. Tapi dia harus bisa menenangkan emosinya, percuma menghabiskan tenaga untuk berdebat masalah Yebin. Sedikitnya Jeonghan juga merasa bersalah karena sudah memaksa Seungcheol untuk kencan dengan orang lain disaat cowok itu sudah punya gebetan sendiri.
Eh, tapi Seungcheol juga salah! Harusnya Seungcheol mengatakan itu sejak awal, bukannya mengelak mengatakan Yebin bukan tipenya atau mengaku gay yang membuat Jeonghan insomnia beberapa hari.
Merasa tidak bisa membalas ucapan Seungcheol, akhirnya Jeonghan membuka suara tentang tugas kelompok mereka, mengalihkan pembicaraan.
"Gue sudah cari referensi buku di perpus sekolah tapi menurut gue kurang lengkap. Niatnya gue mau nyari buku di perpus kota sore ini." jelas Seungcheol. Jeonghan tidak mengira kalau Seungcheol ternyata sudah mencari referensi sedangkan dia sendiri belum memahami tugas mereka sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH MY! ✔
FanfictionJeonghan menganggap Seungcheol tak lebih dari cowok menyebalkan perebut gebetan orang. Sedangkan dimata Seungcheol, Jeonghan itu hanya cowok pengecut yang tidak berani menyatakan perasaannya pada orang yang ditaksirnya. . CheolHan FanFiction!!! Terb...