Angga meneguk ludah atas mulutnya yang kering. Ia tidak mampu berbicara banyak dengan apa yang akan dikatakan nya sekarang.
Perih yang menyangsang tepat di ulu hati membuatnya lunglai dan butuh pertolongan segera.
Pertolongan apa saja, asalkan bukan sekedar untuk tahu lalu pergi tanpa memberi solusi."Mana bunda, Mer?" Tanya Angga kepada seorang gadis yang sedang tiduran di sofa sambil memegang sebuah ponsel yang ada di tangan-nya.
Gadis itu mendongak ke atas, lalu bangun setelah melihat siapa yang datang.
"Kakak.?""Bunda mana?" Tanya Angga lagi.
"Belum pulang" jawabnya.
"Oh" lalu Angga mengempaskan dirinya ke atas sofa sambil memejamkan mata.
"Merry kangen kakak, kok baru kesini?"
Angga belum menjawab, lalu mencoba untuk membuka mata dan mengarahkan seluruh cahaya yang ada di pupil mata nya untuk melihat gadis itu dari dekat.
"Merry sekarang sekolah dimana?"
"SMA 45"
Hanya, "Oh" saja yang keluar dari mulut Angga.
"Kemarin malem baru aja bunda nanyain kak Angga, bunda sama aku udah kangen sama kakak"
"Sama ayah enggak?"
Gadis itu menghela nafas panjang dan menghembuskan ke udara.
"Sama ayah juga" katanya lirih."Kakak enggak pernah tahu kalau bisa serumit ini, keluarga kita udah hancur Mer, jadi enggak perlu ada yang di kangen-in. Termasuk kakak" Angga mendesah samar.
"Kakak enggak boleh ngomong gitu, bunda selama ini kerja buat bahagiain aku, buat nyekolahin aku, kakak harus tau kalau aku juga anak ayah dan bunda".
"Kenapa enggak pernah dateng nemuin ayah?"
Gadis itu tetap bungkam. Bibirnya terkunci dan tertutup rapat-rapat, belum ada alasan yang tepat untuk menjelaskan semua ini. Belum ada.
"Suatu saat kami bakal nemuin ayah, kakak tenang aja. Aku juga sebenarnya enggak mau terlibat dengan urusan rumit tentan masalah ayah dan bunda, tapi aku enggak bisa kalau harus milih salah satunya"
Angga mulai geram.
"Benar, kamu masih terlalu kecil untuk tahu masalah orangtua".Gadis itu mengangguk.
•••
Euforia dan tepuk tangan dari tribun menjadi semangat tersendiri untuk mereka yang sedang menyelesaikan seleksi di dalam arena, tak terkecuali Kinan yang betul-betul berpacu dengan semangat yang menggebu-gebu.
Disitu ada Abi yang dengan setia meneriakan namanya dari jauh, berharap untuk di dengar dan menjadikan nya tenaga yang lebih dan mampu menyelesaikan babak yang terakhir ini.
Kinan beserta nama-nama yang di pilih untuk menjadi Tim B mulai memasuki arena pertandingan.
Suara peluit di tiup quarter pertama dimulai.••
"Lo yang namanya Abi ya?" Vanessa berkacak pinggang di hadapan Abi yang mata nya masih berada di lapangan.
"Iya, terus apa urusan nya sama lo?" Dengan tatapan yang masih fokus ke lapangan.
"Lo kenapa engga dengerin gue ngomong?" Vanessa mendesis pelan
"Gue lagi ngeliatin orang penting, lo mau tahu?"
Vanessa dan dua orang teman nya spontan langsung mengarahkan pandangan ke lapangan yang sedang bertanding.

KAMU SEDANG MEMBACA
Your Favorite Song
Non-FictionSetelah patah hati yang di rundungnya akhir-akhir ini. Kehidupan cowok itu berubah 360 derajat dari yang dibayangkan. Terkadang cinta dan patah hati benar-benar berkesinambungan. Lumrah jika cowok itu harus melampiaskan kekecewaanya. New Story 201...