BAB 12

30 1 0
                                    

Alih-alih masuk ke dalam studio musik bersama teman-temannya. Angga malah pergi sendiri dan berjalan menuju lapangan basket tempat dimana melihat Kinan yang masuk ke dalam area gor mini tersebut.

Angga terhenyak memastikan dirinya untuk masuk atau tidak. Tetapi demikian, ia ingin sekali menonton Kinan yang katanya jago bermain basket. Ia ingin sekali melihatnya, dari kejauhan tidak apa-apa, atau melihat dari dekat sekalian biar tambah keliatan.

Ia memutuskan untuk masuk dan, memilih tribun tepat di depan lapangan dan pintu masuk, dengan satu alasan yang tepat, biar bisa ngeliat Kinan dari dekat.
Tanpa Angga sadari kehadiran nya dengan duduk di tribun mengundang perhatian orang-orang dari klub basket tersebut. Terutama Vanessa, teman satu kelasnya yang tahu bahwa Angga adalah orang yang tidak menyukai basket, tetapi pertanyaan nya adalah mengapa Angga berada dan ngejogrok di tribun?

Latihan belum di mulai. Vanesaa mencoba menghampiri Angga dari lapangan dan membawa satu buah bola yang ada ditangan nya, pakaian seragam nya sudah terganti dengan kaus basket berwarna putih.

"Lo ngapain kesini?, bukan nya lo mau latian musik bareng temen-temen lo?" Vanessa mencoba memulai obrolan.
"Lagi ngeliat seseorang" jawab Angga tanpa melihat ke arah Vanessa yang menatap nya.
Vanessa mengangguk lalu bertanya lagi.
"Ternyata lo lagi suka sama cewek?"
"Suka banget, kalo engga ngapain gue kesini"
"Tapi kan hari ini yang latihan anak-anak kelas sepuluh, lo suka sama anak kelas sepuluh?" Telisik Vanessa.
"Emang salah nya dimana?"
"Ya enggak salah sih, cuma kalo cewek yang lo maksud itu si..."
"Gimana.....?" Tanya Angga lagi
"Eh..." belum sempat pertanyaan Angga terjawab. Ada sesorang yang memanggil Vanesa di lapangan, membuat Vanessa mengampiri orang itu.
"Gue kesana dulu"
Angga hanya mengangguk dan terus melihat mereka yang tampak mulai akan siap pemanasan.

•••

Kegiatan tahunan Pensi sudah tampak di depan mata, anak-anak kelas sepuluh tampak aktif membantu anak-anak kelas sebelas yang super sibuk menjadi panitia kegiatan tersebut.
Mereka berbaur menyiapkan stand-stand khusus kelas dan stand khusus eskul yang ada di area lapangan sekolah.

Lusa adalah hari puncak pensi berlangsung, kesiapan yang mereka di lakukan hampir akan selesai. Dan sudah menyiapkan acara hiburan dan bintang tamu yang super.
Terutama Angga yang terkesan dengan acara ini yang kelihatan nampak mewah dan besar. Terutama dilihat dari poster-poster yang terpasang di area sekolah yang seratus persen keren dan mengundang minat siswa-siswa lain untuk menonton.

Angga duduk di kantin belakang sambil menghisap rokok yang ada di bibirnya. Sementara Rey, Robi , dan Jhon asyik bermain kartu sambil minum segelas minuman kaleng dingin dan tertawa-tawa.
Angga yang jenuh karna merokok sendirian, mencoba menghampiri mereka bertiga.

"Udah siap sama lagu yang bakal kita bawain lusa?" Tanya Angga kepada mereka bertiga.
Permainan kartu terhenti sesaat, ini akan memulai pembicaraan yang mengarah kepada serius, terutama Angga yang menggebu-gebu untuk menunjukan penampilan yang terbaik dari mereka.

"Gue siap banget" jawab Jhon
Angga mengangguk, lalu beralih kepada Rey dan Roby.
"Gue juga, cuma dua lagi yang kita bawain ini apa cocok sama telinga mereka?"
"Gue rasa cocok kalo soal musik yang begini, disisi lain kita bawain lagu yang lagi tenar saat ini, kemungkinan mereka pada suka, dan yang lagu kita bawain kedua ini lagu yang memiliki kerumitan tinggi pasti dengan demikian nada dan alur musik yang kita mainkan pasti terkesan keren, ini untuk orang-orang yang kenal musik dan mengerti apa itu musik. dengan demikian band kita bakal terkenal dari dua sisi sekaligus" papar Roby.
"Mantap, tangan gue udah engga sabar pengen nunjukin aksi" seringai Rey.
"Dan lo Ga, suara lo bagus dan penampilan lo oke, pasti cewek-cewek bakalan kebelinger sama penampilan kita" Kata Roby.
Sementara Angga yang dibilang begitu cuma, diem-diem geli. Dalam hati ia ragu mengakui bahwa dirinya keren.

"Terus gimana sekarang? Udah berhasil bawa kabur Kinan?"
"Belum, ngobrol aja susah. Kayanya gara-gara dia lagi deket sama si kampret itu tuh"
"Coba tanya sama Roby , siapa tahu dia punya ide" ujar Jhon.
Roby mendelik mendengar kata-kata Jhon barusan.
"Beneran Rob, lo ada solusi?"
"Hehehe, gue..."
"Udahlah ngomong aja, jangan takut-takut"
"Gini deh......"

                                  •••

Jam menunjukan pukul 10.30. Semua siswa dan siswi sedang tidak ada pelajaran yang berlangsung karna guru-guru membuat kebijakan bahwa dari hari ini sampai tiga hari kedepan pelajaran akan dikosongkan. Karna dengan tujuan membiarkan para murid nya untuk berkreasi dan berinovasi membuat sesuatu yang unik untuk di tampilkan diacara yang diadakan setiap tahunan ini.

Stand kelas sepuluh empat terlihat tampat ramai, ada yang memindahkan kursi dan bangku, ada yang menghias stand dengan bunga-bunga di tepi meja, dan anak-anak cowok beberapa orang sedang membuat mural menggunakan media triplek dan cat air.

Kinan yang merasakan peluh menempel di lehernya mulai mengelapnya dengan tisu, udara yang mulai tampak panasa dan hari yang semakin terik membuatnya dehidrasi.
"Nin, gue ke toilet dulu ya sebentar, nanti gue lanjutin kok"
"Iya Nan, selow"
Nindi teman yang di sebelahnya sedang mendata siapa saja peserta yang akan tampil dalam acara.

Setelah keluar dari toilet sekolah dan akan kembali ke stand. Tiba-tiba Angga datang dan menghalangi langkahnya. Dia membawakan sebuah kotak kecil yang sedang di pegangnya.
Dan benar saja, ia memberikan kotak kecil itu untuk Kinan dan yang tampak kaget dengan apa yang dilihatnya.
"Nan, kalau selama ini gue cuma bisa ngeliat lo dari jauh, kali ini gue bisa ngeliat lo dan ngomong sama lo dari deket, maka izinkan lah itu terjadi" kata Angga yang sok puitis.
Kinan terdiam dan makin bingung dengan apa yang terjadi.
"Kak Angga mo ngomong apa?"
"Lo hari ini ada latihan?"
Kinan menggeleng.
"Pulang bareng gue gimana?"
Kinan terpekur dan berpikir untuk mengiyakan ajakan Angga untuk mengantarnya pulang, tetapi Abi bakal dia kemanain, pasti dia enggak bakalan ngijinin.
"Gue pulang sama cowok gue kak"
"Gue yang ngomong sama cowok lo, biar gue yang anterin?"
"Tapi....."
Angga tahu ia tak akan memberi alasan yang tidak tepat untuk hal ini, maka ia punya satu alasan yang tepat untuk satu jalan utama yang bisa mengajak nya berduaan hari ini
"Nomor WhatsApp lo mana?" Angga menyodorkan hp nya kepada Kinan yang langsung mengambil hp dan mengetik dua belas nomor WhatsApp nya.
Rencana hampir berhasil.

"Nanti kita ketemu di koridor lantai dua, di kelas dua belas, bilang aja nanti ada urusan penting, gue tunggu disana" Angga kemudian pergi setelah mengatakan hal itu.
Kinan hanya mengiyakan apa yang dikatakan Angga barusan, dan berharap Abi tidak tahu apa yang akan dilakukan nya sepulang sekolah.

Langkah Kinan kembali ke stand. Dilihat Abi sedang berada disitu, mungkin mencari dirinya. Kinan mempercepat langkah dan mengampiri Abi yang jelas dari wajahnya bahwa dirinya lah yang benar-benar di cari.

"Sori lama Nin" ujar Kinan.
"Iya engga apa-apa, tugas lo udah dikerjain sama Abi"
Kinan cuma melongo, emang Abi bisa?
Sedangkan Abi hanya tersenyum. Kemudian senyum itu berubah saat melihat kotak kecil yang sedang di pegangnya.
"Itu kotak darimana?" Tanya Abi.

Hallo Readers?
Gimana cerita nya kali ini? Semoga suka ya.
Jangan lupa vote dan komen untuk memberi kritik, masukan, ataupun kata-kata motivasi.

Ditunggu bagian berikutnya....

Thanks For Readers.

Kembali ke.
#timAbi🏀
#timAngga🎸

Your Favorite Song Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang