(6)

2.2K 339 23
                                    

"Kenapa, Ma?"

Silvy yang pertama berdiri, menghampiri Ani.

"Ngapain berduaan di situ?" tatapan Ani terpaku pada kalung yang dipakai Silvy.

"Ngobrol aja."

Ani mengangguk, menggumamkan oh pelan, "ya udah, kamu cepetan tidur, biar Hermawan juga bisa istirahat. Jangan diajak ngobrol terus."

Lah...

Silvy membolak-balik badannya di tempat tidur, pikiran dan hatinya tidak tenang, bayangkan saja, mendadak bertunangan dengan seseseorang!

"Arghhh!" Silvy mengerang, kemudian duduk di tempat tidur, menatap pantulan dirinya di layar televisi yang tidak menyala.

Kucel, pendek, dan biasa-biasa saja... Ada apa sih dengan Hermawan? Kenapa mendadak menjungkirbalikan kehidupan Silvy?

"Uh!" Silvy mengeluh pelan, perasaan dan pikirannya benar-benar kacau.

Ponsel yang diletakan di samping bantal berdering nyaring, membuat Silvy terperanjat, dia segera melihat siapa yang menelponnya malam-malam.

Pak Boss galak is calling...

Silvy terbelalak, disaat hati dan pikirannya sedang kacau, pelakunya malah menelpon.

"Duh!"

Silvy meletakan kembali ponselnya di samping bantal, mengabaikan deringnya yang tidak berhenti berbunyi, sampai akhirnya ponsel itu berhenti berdering, baru Silvy akan menarik nafas lega, ponselnya berdering lagi.

Pak Boss galak is calling...

Silvy kukuh mengabaikannya, sampai dering ponselnya berhenti, dan berganti dengan bunyi notifikasi chat masuk.

Sayang, kamu sudah tidur?

Sayang? Sayanggggg? SAYAAAAANGGGG?????

Silvy terbelalak, Hermawan memanggilnya sayang? Pak Hermawan kesurupan apa??? Horror banget.

Dan ponselnya berbunyi lagi, dengan berat hati, Silvy mengangkatnya.

"Halo?"

"Sudah tidur ya?"

Silvy mencebik, sudah tahu berpikiran seperti itu kenapa masih menelpon juga.

"Silvy?"

Silvy bergumam pelan untuk menjawab panggilan Hermawan.

"Memang sudah tidur ya? Ya sudah, saya cuma mau mengucapkan selamat malam."

"Hah?" Silvy seketika melotot, "daritadi Bapak nelponin saya cuma mau bilang itu?"

"Iya, tadi saat pulang saya belum mengucapkan selamat malam."

"Hiiih," Silvy menggeram.

"Kenapa? Kamu masih ingin mengobrol ya?"

Idiiih, Pak Hermawan kok kegeeran banget sih.

"Vy? Sayang?"

"Nggak," balas Silvy ketus, "saya tutup aja telponnya ya, Pak? Saya ngantuk nih."

Tidak ada suara lagi di sebrang sambungan, Silvy mengernyit, saat dia melihat layar ponselnya, ternyata Hermawan lebih dulu mematikan panggilannya. Silvy melongo, Pak Hermawan itu ya... Astaga.

Dan detik berikutnya, ponsel Silvy berdering lagi, kali ini panggilan video.

Ya ampun...

Silvy menggeser tombol hijau di layar ponselnya, dan wajah Hermawan seketika memenuhi layarnya. Membuat Silvy terpana untuk beberapa saat, sampai suara Hermawan menyadarkannya.

MengikatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang