19. I'm not killer

4.5K 471 35
                                    

Happy Reading

*note: typo berserakan. Vote dlu chap sbelumnya~


Jungkook mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Matanya berbinar saat melihat apartemen Taehyung begitu terlihat nyaman dan bersih.

"Taetae hyung tinggal disini?" tanya Jungkook penasaran. "Tidak. Aku hanya sesekali tidur disini." jawab Taehyung cepat. Pria itu berjalan ke area dapur dan membuka kulkas miliknya, lalu mengambil minuman dingin kesukaannya.

Seketika Taehyung menatap anak kelinci yang sedari tadi mengikutinya, "Kau ingin minum apa, Jungkook?" senyuman Jungkook sedikit menghilang, saat mendengar panggilan Taehyung kembali dingin. Lebih tepatnya begitu formal. Tapi sejenak Jungkook mencoba melupakan itu semua dan kembali memaksakan senyuman kelincinya kembali terlihat.

"Aku ingin banana milk, hyung!" jawab Jungkook semangat. Taehyung hanya mengedikkan bahunya, "Bocah tetap bocah. " gumamnya.

Bel apartemen berbunyi saat Taehyung sedang berganti pakaian sehabis acara membersihkan dirinya. Taehyung sedikit berlari dengan rambut basahnya. Dan langkahnya terhenti sejenak saat mendapati Jungkook tertidur dengan posisi yang lucu di sofa. Kakinya meringkuk, mulutnya terbuka sedikit, dan kedua telapak tangannya terkepal. Menggemaskan.

"Hi, Jim. " sapa Taehyung saat tau yang mendatangi apartemennya adalah sahabatnya. Jimin tidak menanggapi, ia lebih memilih menerobos masuk dan mengedarkan pandangnya ke sekeliling. Dan hatinya merasa lega saat melihat Jungkook tertidur pulas.

"Dia baik-baik saja, Jim. " ucap Taehyung yang sudah berada di belakangnya. Jimin menatap Taehyung lega,  "Terimakasih, Tae. " ucapnya tulus.

"Tidak masalah. " jawab Taehyung datar.

Jimin menundukkan dirinya di sofa lain di ruangan itu. Taehyung menghampiri Jungkook dan memangku tubuh ringki itu dan berjalan memasuki kamarnya. Jimin tersenyum melihatnya. Ia tau sekali Taehyung begitu menyayangi Jungkook lebih dari dirinya sendiri.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Jim? " Jimin sedikit tersentak saat tau Taehyung sudah berada di hadapannya. Jimin menghela napas sejenak, "Aku akan menceritakannya. " Jimin pun menceritakan semua apa yang terjadi, sampai fakta bahwa Jungkook sekarang di jadikan tersangka sementara kasus pembunuhan itu.

Mata Taehyung berkaca-kaca, kehidupan Jungkook kembali di uji. Dan ia tidak bisa apa-apa untuk membantu. Apa yang bisa ia lakukan sekarang?

.

.

Tubuh Jungkook menggeliat, matanya mengerjap terbuka. Sesekali ia menguap lucu dan mengucek kedua mata bulatnya.

"Uh, Kookie dimana? " tanyanya pada diri sendiri. Memandang sekitar yang terlihat seperti kamar. Begitu nyaman dan rapi. Jungkook bangun dari tidurnya dan merasa sedikit aneh dengan tubuhnya. Ia berlari ke arah cermin full body di sudut kamar. Matanya membulat lucu dan tangannya mengepal sejajar dengan bahu.

"Cooky-ya! " pekiknya saat tau ia menggunakan piyama favoritnya, salah satu karakter BT21 itu. Cooky.

Jungkook melangkah keluar kamar, mencari Taehyung.  "Kemana Taetae hyung? " tanyanya. Mencari ke sekitar dan menemukan sebuah note yang tertempel di kulkas.

'Kookie, kita harus pergi bekerja. Kau jaga diri di rumah ya. Jangan keluar rumah! Kami menyayangimu. 💜'
ㅡJimin Hyung

Jungkook tersenyum lembut, "Cimit hyung lucu sekali. " gumamnya.

.

.

Jungkook menonton acara serial televisi sembari memakan ice cream Taehyung tanpa ijin. Mungkin ia akan memberitau Taehyung nanti. Jungkook melipat kakinya di atas sofa, sesekali tertawa saat salah satu bintang tamu di acara yang ia tonton melakukan aksinya.

Bel berbunyi,

Jungkook mengernyit bingung. Siapa yang datang? Jika Taehyung, mungkin pria itu akan langsung masuk karena ini kan apartemen miliknya. Tidak perlu menekan bel seperti itu.

Dengan ragu ia berjalan menuju pintu dan membukanya dengan perlahan.

Pintu terbuka, "Saudara Jungkookㅡ
kau harus ikut bersama kami. " tubuh Jungkook seketika mati rasa. Apakah inilah saatnya?

.

.

"Tuan, kami telah mendapatkan rekaman yang anda minta. Beserta identitas pelaku yang sebenarnya. " ucap sekretaris tuan Jeon itu. Senyuman licik tercipta di wajah tuan Jeon.

"Bagus. Berikan semuanya. " sekretarisnya itu mengangguk patuh.

"Kita lihat, siapa yang berani bermain-main dengan anakku satu-satunya. " wajah sekretaris tuan Jeon sedikit berubah. Terlihat sedikit ragu atau masih ada yang harus di ceritakan?

"Tuan, tapi ada berita lainnya. " ucapnya ragu. Tuan Jeon menatap sekretarisnya penasaran.

"T-tuan muda Jeon, t-telah di tangkap dan di bawa ke kantor polisi. "

'Deg! '

Tangan ayah beranak satu itu mengepal, "Kurang ajar! Siapkan tiket penerbanganku untuk pulang, sekarang juga! "

.

.

"Hiks! Taetae hyung~ hiks! " isak Jungkook meringkuk di dalam jeruji besi. Wajahnya berantakan dan di sudut bibirnya terdapat noda ice cream yang tidak sempat di bersihkan. Sedih melihat remaja itu menangis, sekaligus gemas melihat wajah lucunya yang terdapat noda ice cream yang belepotan.

"Kookie di penjara~ Kookie bukan pembunuh! Hiks! T-tolong Kookie... " lirihnya.

"ㅡSiapapun tolong, hiks! Kookie.. "

"Appa~ hiks! " racaunya terus menerus.

Tubuh Jungkook menggigil kedinginan. Remaja itu tertidur semalam tanpa alas dan selimbut hangat. Bahkan ia hanya menggunakan piyama Cooky-nya.

.

.

Pagi hari menyambut, Jungkook terbangun saat jeruji besinya ada yang membuka. Seorang petugas kepolisian mendatanginya dan menarik tubuhnya pelan agar bangun. "Ayo bangun! Kita harus pergi dari sini. Kau akan di bawa ke kantor polisi pusat. " jelas sang polisi. Jungkook yang masih belum sadar 100% hanya menurut.

"Kookie hiks ingin pulang, " racau anak itu.

Jungkook dengan jaket hitam, cap dan masker yang menutupi separuh wajahnya. Polisi yang membawanya tadi yang memakaikannya. Saat sampai di tempat tujuan, para wartawan yang telah standby di sana segera menyerbu mobil yang di tumpangi Jungkook. Beberapa polisi menjaga Jungkook di sekelilingnya.

Para wartawan menyerbu Jungkook dengan pertanyaan bertubi. Jungkook hanya bisa menunduk takut, tangannya mengepalㅡmeremas pakaiannya.

"Itu dia pelakunya! "

"Bagaimana bisa ia membunuh seorang anak kecil?! Psycopath! "

"Kau pantas mati! Pembunuh!! "

"Aku sangat ingin melihat wajahnya. Dan aku akan membakar tubuhnya itu!! " itu semua umpatan dari beberapa masyarakat yang datang.

"Mati saja kau! Kau pantas mati!! "

Hati Jungkook berdenyut sakit. Haruskah dia mati? Dia pembunuh? Dia harus mati! Semua orang menginginkan dia mati.

Jungkook meremas tangannya satu-sama lain. Sesekali remaja itu meremas telinganya dan menutupnya kasar. Menggeleng tak tentu arah. Matanya basah, memerah ketakutan. Mulutnya tidak berhenti mengucapkan kata 'pembunuh'. Blitz kamera menyorot dirinya bagaikan laser. Jungkook memejamkan matanya, air mata turun begitu saja. Ia begitu ketakutan. Dunia tidak menginginkannya.




Do'akan saja jangan sampai Jungkook hilang akal.










ㅡTBC



Eaa!!!!
Pendek, tapi ............ (Isi sendiri)
Kookie di penjara, :"
Ada yg bisa nebak siapa yg akan jadi pahlawan?

Besok harus up next chap?
Kita lihat sikon, vote 100+ dan komentar sbanyak-bnyknya~ :)

ㅡsee you!

심해 (Sailing)ㅡ VKOOK 🔹BTS〰Brothership🔹[end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang