2. Hujan

15 3 0
                                    


Pagi ini matahari tak menyapa langit. Kemana kah dirinya yang indah itu ? Langit pun menangis menginginkan kehangatan matahari. Gadis cantik itu tengah menatap langit dengan tangan yang ia sodorkan ke atas, supaya terkena tangisan langit.

"Huh pagi pagi udah hujan, berangkat sekolah gimana dong ?papah udah berangkat lagi." Gerutu Hana melihat hujan yang sangat deras diluar sana.

"Ko belum berangkat dek?" Tanya sang ibu dengan wajah heranya.

"Gimana mau berangkat mah? hujan gede gini. Si bocah iblis juga ga kesini kesini."

"Heh kamu tuh ya. Azhar itu anak baik bukan iblis. Ada ada aja kamu tuh." Omel sang ibu. Hana hanya meringis mendengarnya.

Tok tok

Tiba tiba suara ketukan pintu menghentikan perdebatan antara Hana dengan ibunya.

"Sana kamu yang buka." Titah sang ibu dengan mendorong bahu Hana.

"Iya mah Hana yang buka." Hana melangkahkan kakinya untuk membuka pintu. Sesekali ia melirik jam yang melekat manis dipergelangan tanganya.

"Eh ." Hana kaget saat yang mendatangi rumahnya adalah sesosok sahabat terbaiknya.

"Napa lo? Kaget ya liat gue ganteng banget hari ini. Gue tau ko gue ganteng tapi lo gausah ___." Ucapan Azhar terpotong, karena Hana menggeplak kepalanya.

"Berisik banget sih kamu. Ayo berangkat. Udah jam 6 lebih." Ajak Hana. Namun seketika ia melihat hujan semakin deras, kemauan untuk pergi pun pupus seketika.

Azhar melirik Hana yang memberhentikan langkahnya tiba - tiba. Namun senyuman terbit saat Hana mengeluh akan hujan yang deras hari ini.

"Yah hujanya deras banget." Hana mengucapkanya dengan pelan. Hampir tidak terdengar oleh Azhar, karena hujan yang sangat deras. Untung telinga Azhar masih bisa menangkap apa perkataan Hana.

"Kenapa kalo hujanya deras hmm ?" Tanya Azhar tanpa menghilangkan senyuman manisnya.

"Eh ." Hana tampak kaget. Kenapa Azhar bisa mendengarnya. Tiba tiba azhar membuka jaketnya dan memberikanya pada hana.

"Nih pake ntar lo sakit." Ucapnya.

"Aku udah pake jaket. Mending kamu aja yang pake. Kamu cuman pake seragam doang." Hana menolak pemberian jaket azhar.

"Gue udah kebal sama hujan. Lah lo, kena tetes dikit aja langsung tumbang haha." Hana langsung menimpuk Azhar dengan jaket Azhar. Azhar semakin terkekeh geli.

"Kita bakal naik apa? Motor ?Angkot ? Bis ? Jalan ? Semuanya ga ada yang bener. Pasti kita kena hujan. Nunggu angkot sama bis kan harus jalan dulu sampai halte." Terdengar keluh dari Hana.

"Kita naik mobil kaka gue aja. Ka calline kan kuliah jam siang Jadi bisalah dia anterin kita dulu." Ajak Azhar.

Dahi Hana pun berkerut, tak lupa jari telunjuknya yang berada di dagu membuat dia tampak lebih imut.

"Ok ayo " Ajak Hana dengan senyumnya yang manis sekali.

"Ayo berangkat." Azhar menaruh tanganya dikepala Hana. Ia tak memperdulikan dirinya yang lebih banyak terkena air hujan. Namun yang terpenting menurut Azhar hanya Hana.

Mereka telah sampai di dalam mobil calline, kaka Azhar. Sifatnya sangat berbeda jauh dengan Azhar. Calline orangnya serius,apa apa perlu to the point, dingin namun penyayang, ramah namun hanya pada orang yang dikenal saja. Sangat berbeda jauh dengan sifat Azhar kan ? Azhar cowo pecicilan, lebay, jail, terbar pesona mulu, ga pernah serius, manja. Intinya berbanding terbalik dengan calline. Bagaikan langit dan bumi, berbeda jauh.

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang