16.Pasar Malam

13 2 0
                                    

  Sore ini terdengar seru. Senja hadir menjadi teman baru. Menemani diri, untuk menunggu. Menunggu malam yang tiba tanpa kata.

  Hana tengah berdiam di kamarnya. Luka di kepalanya telah sembuh. Sore ini dirinya sangat bosan. Intan tak bisa ia ajak jalan. Katanya sedang mager. Jadilah tak ada pilihan lain untuk menelfon Azhar.

"Assalamualaikum say." Azhar mendahuluinya. Ia yang menelfon duluan. Seketika Hana tersenyum. Mereka sehati ya ternyata.

  "Dih apaan sih. Geli aku dengernya." Terdengar kekehan dari sebrang sana.

"Ada apa telfon? Tumben." Hana membaringkan tubuhnya senyaman mungkin.

"Ga ada perlu apa apa sih. Cuman memastikan aja biar lo ga kangen sama gue."

Hana tersenyum. "Pede banget sih ni orang. "

"Eh han, lagi ngapain sih lo disana?"

  "Lagi diam. Bosen tau. Kamu lagi apa? Sibuk ga?"

  "Gue lagi mikirin seseorang."

  "Ciee, siapa tuh?"

  "Nih yang lagi gue telfon."

  Deg. Berarti dirinya?

  "Siapa ? Aku?" Tersengar dengusan dari Azhar.

  "Iyalah siapa lagi. Lo kan selalu memenuhi otak gue." Nah kan omonganya asal ceplos terus.

  "Eh, ada yang ketinggalan."

  "Apa?"

  "Lo juga selalu memenuhi hati gue."
Hana tersenyum.

  "Pasti lo lagi senyum senyum." Tebakanya benar.

  "Dih engga ko." Hana berbohong.

  "Gue tau lo bohong."

  "Ih so tau kamu."

  "Han, sore ini kita jalan jalan yu, lo mau?" Ide bagus. Dirinya tengah bosan.

  "Boleh tuh. Mau kemana?" Azhar nampak berpikir diujung sana.

  "Malam ini, ada pasar malam. Lo mau kesana?"

  "Boleh tuh. Yaudah aku siap siap ya."

  "Ok gue tunggu di depan."

  Hana buru buru mengganti pakaianya. Cukup dengan training dan jaket saja. Itu sudah cukup. Hana keluar dari kamarnya. Mengambil handphonenya.

"Dek, mau kemana tuh?" Ibunda Hana muncul dari dapur.

  "Mau jalan jalan ke pasar malam ya, mah. Boleh kan?"
 
  "Sama siapa?" Ibunya terkadang sangat protektif. Mungkin karena dia anak satu satunya.

  "Biasa mah, sama Azhar." Hana duduk di kursi seraya menunggu Azhar.

  "Nah, kalo sama Azhar mamah ijinin."

  "Ok mah, makasih."

  "Tapi jangan malem malem pulangnya." Hana mengangguk patuh.

  "Yaudah mah, Hana mau nyamper Azhar dulu ya."

  "Hati hati dek."

  "Iya mah assalamualaikum." Hana pun pamit. Dan menunggu di depan halaman rumahnya.

  Setelah 5 menit menunggu, Azhar datang dengan menaiki sepedanya. Tambah ganteng saja sahabanya ini.

  "Pake sepeda?" Hana berjalan mendekati Azhar.

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang