11. Pergi Bersama Devan

8 2 0
                                    

Pagi ini, hari minggu. Hari semua orang berdiam di rumah. Merehatkan sejenak otak. Sosok yang biasanya masih tertidur di jam 8 hari minggu, kini sudah terbangun dengan memakai baju yang rapih. Hana pun telah bangun, telah siap memakai celana panjang hitam, dengan hoodie putihnya.

"Mau kemana dek? Tumben udah rapih jam segini." Ibunda Hana menanyakan, perihal anaknya yang sudah rapih di jam 8 pagi ini.

"Mau pergi kerumah Ka devan mah." Hana yang tengah menonton televisi, menengok ke arah ibunya yang tengah menghampirinya.

"Siapa tuh Devan?"

"Itu loh mah, temen aku waktu kelas 1 sd, yang dulu rumahnya di sebelah komplek sana." Hana berusaha mengingatkan ibunya.

"Oh Devan yang pindah rumah itu ya?" Nah kan ibunya mengingatnya.

"Iya mah."

"Ada perlu apa sama dia ?"

"Ibunya pingin ketemu aku mah, biasa lah katanya kangen, hehe."

"Iyaiya tau, ini kan anak kesayanganya." Hana yang mendengar itu tertawa.

Kini jam sudah menunjukan pukul setengah 9. Diluar pun sudah terdengar suara klaksok motor. Hana sudah tau itu siapa.

"Eh ka devan." Devan pun melepas helmnya lalu bersalaman dengan ibunda Hana.

"Devan tante, masih inget kan?"

"Masih lah, yaudah sana cepet berangkat, nanti keburu macet loh."

"Yaudah kalo gitu, Hana berangkat ya mah. Assalamualaikum." Mereka pun berangkat dengan naik motor.

Di perjalanan, mereka hanya diam. Sepertinya masih canggung dengan keadaan. Wajar kan ? Terakhir mereka ketemu kan kelas 1 sd.

Namun Devan tak tinggal diam. Ia buru buru menanyakan sesuatu agar menjadi suatu topik yang seru.

"Han, tetnyata suara lo bagus banget. Pasti nanti yang jadi juara duet itu, kelas lo deh." Devan sedikit mendekatkan tubuhnya dengan Hana, agar suaranya dapat di dengar.

"Hmm masa sih, ka ?" Hana yang awalnya diam, kini membiasakan agar situasi tidak canggung.

"Bener, suara lo enak di denger. Gue pastiin nanti hari senin saat pengumuman, pasti lo yang menang."

"Jangan main curang loh ka." Peringat Hana. Devan yang mendengar itu tertawa.

"Ya enggak lah. Tapi andaikan aja jurinya hanya gue, udah gue pastiin lo yang bakal menang." Hana yang mendengar itu, memukul punggung Devan dengan pelan. Sang empu hanya tertawa.

"Udah di bilang jangan curang."

"Ya abisnya lonya sih."

"Loh, ko jadi aku sih ka." Devan kembali tertawa.

"Iya lah, lo terlalu buat gue gemesh." Devan melihat Hana tersenyum dari kaca spionya.

"Ih dasar."

"Lo tau ga ? Kemarin saat lo nyanyi, lo keliatan seperti suka sama temen lo itu. Apa iya ?"

"Azhar maksudnya ka ?" Dan Devan menganggukan kepalanya.

"Engga ko ka, kita cuman sekedar sahabatan doang." Hanya itu yang bisa Hana beri penjelasan. Sebenarnya, entahlah. Semuanya masih abu, tak ada yang bisa ia bilang "iya atau tidak" untuk sekarang ini.

"Bener ?" Dan Hana mengangguk dengan ragu.

"Syukur deh kalo gitu." Sekarang giliran Hana yang mengerutkan dahinya.

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang