37. Menjauh

23 2 0
                                    

   Kini ujian kenaikan akan segera di mulai. Mungkin, sekitar seminggu lagi. Tak terasa Hana sudah akan menginjak kelas 12.

  Namun di kala senangnya itu, ada satu hati yang sedang membuatnya khawatir. Azhar. Sosok itu seperti menghindar. Entah karena apa, tiba - tiba saja sosoknya seperti menjauh.

  Terlihat Azhar yang tengah duduk bersebelahan dengan Arzia. Hatinya sakit. Berusaha menyangkal pun sulit.

  Hana menghela nafasnya. Berusaha mengumpulkan keberanian untuk menghampiri Azhar.

"Azhar." Panggil Hana. Azhar tak meliriknya.

  "Azhar." Panggilnya lagi.

  "Apa !" Bentaknya. Hati Hana menegang. Mengapa semua jadi begini ?

  Apa semesta telah mengubahnya ?

   "Har, besok kita belajar bareng ?" Hana mendekati Azhar. Namun sosoknya malah menatapnya malas.

  "Gak ! Gue gaakan belajar bareng sama lo. Kemarin, Arzia bilang, bakal belajar bareng gue. Jadi, lo gausah cape - cape ngejelasin gue lagi." Hana sesak mendengarnya. Azharnya berubah. Prioritasnya menjadi Arzia bukan dia.

  "Bukanya, kita juga udah punya janji untuk belajar sama - sama ?" Tanya Hana. Azhar menatapnya dengan tajam.

  "Sorry gue lupa. Lagian, lo terlalu bertele - tele. Gue gak suka. Arzia lebih bisa membuat gue paham." Hati Hana retak mendengarnya. Mengapa semua menjadi seperti ini ?

    "Apa aku boleh gabung?" Tanya Hana. Berharap sosoknya mengangguk.

  "Engga perlu. Gue bakal belajar di rumah dia. Dan bakal berangkat naik motor gue. Lo, kan ga pernah naik angkutan, takutnya nyusahin gue nantinya." Hana berusaha menahan air matanya. Jadi, selama ini dirinya menyusahkan, yah ?

  "Udah deh Han. Lo bukan anak kecil lagi yang mesti gue temenin. Lo udah dewasa. Stop bergantung sama gue. Menyusahkan tau ga." Bentak Azhar. Air mata Hana suduh turun tanpa diminta.

  Mengapa rasanya sakit sekali. Azhar sukses membuatnya kecewa.

  "Udah kan ? Gue mau ngobrol sama Arzia. Lo ganggu, Han."

Deg.

  Jantungnya sesak. Oksigen seakan hilang. Mengapa Azhar menjadi demikian ? Apa salahnya ?

  "Yaudah kalo gitu, semoga berhasil." Hana bangkit meninggalkan Azhar yang sedang bercengkrama dengan Arzia. Lihat ! Bahkan Azhar tak meliriknya sama sekali. Miris.

  Hana berlari keluar. Menghapus air mata yang sulit ia hentikan.

●●●

Bel Istirahat telah berbunyi. Semua keluar untuk mengisi perut mereka.

  "Ar, ayo kita ke kantin." Ajak Azhar pada Arzia. Hana membulatkan matanya. Mengapa Azharnya seperti ini, sih ? Ia mesti bicara denganya.

  Ia mesti tau dimana letak salahnya. Karena ia pun tak ingin salah paham. Jika nyatanya karena hatinya yang terkalahkan oleh sosok baru, ia mesti ikhlas, kan ? Karena memaksa untuk tetap bersama itu percuma.

  "Aku perlu bicara sama kamu." Hana menarik pergelangan tangan Azhar. Azhar menepisnya.

  "Lo ! Apaan sih. Main narik - narik gajelas gini. Gue mau ke kantin." Tolak Azhar dengan tegas.

  "Aku, perlu bicara sama kamu. 20 menit aja aku minta waktu kamu." Mohon Hana dengan sungguh.

  "Mau apa lagi, sih ?" Kesalnya. Hana menghela nafas. Berusaha menyangkal nyeri didadanya.

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang