14. Esxul Basket

10 3 0
                                    

Sore ini, sesudah pulang sekolah ada latihan bagi esxul basket. Azhar mengikuti esxul basket dan meminta Hana untuk menemaninya. Sebenarnya Hana malas, pasalnya pasti fans Azhar selalu bergerombol dan menanyakan sesuatu padanya.

Namun mengingat Azhar telah meminjamkanya topi, dengan berat hati pun Hana mau menemaninya. Itung itung irit ongkos pulang kan?

Azhar telah berganti pakaian. Kini tubuh atletisnya terpampang jelas. Karena pakaian basket yang ia kenakan. Makin tampan si Azhar ini.

Beruntungnya tadi Intan mau ia ajak nonton esxul basket. Jadi dia ada teman.

"Han, lo gapapa kan nih nungguin gue latihan?" Pasalnya Azhar tau, Hana pasti tak mau ia ajak untuk menemaninya latihan. Karena dasar saja fansnya yang terkadang berlebihan.

"Iya gapapa Azhar. kamu udah sering nanya itu dari tadi. Emangnya ga bosen apa ?!" Azhar terkekeh. Benar juga.

"Ya abisnya lo kesambet apaan mau nemenin gue latihan." Hana mendengus ketika Azhar memegang dahinya.

"Suhu lo normal." Hana menepis tangan Azhar.

"Dikira kamu, aku apaan. Udah udah sana latihan. Tuh Azka udah manggil kamu." Azhar melihat kebelakang, dan benar, mereka semua telah berkumpul.

"Yaudah gue latihan dulu. Jangan kemana mana. Kalo mau sesuatu bilang sama gue atau sama Intan." Azhar menasehati Hana, seolah dirinya adalah anak kecil yang ditinggal orangtuanya.

"iya iya Azhar." Azhar tersenyum. Sebawel itu kah dirinya? Entahlah. Rasanya bersama Hana dirinya selalu bahagia.

Azhar berlari kelapangan. Memulai sesi latihanya. Fans Azhar pun sudah mulai berdatangan. Kebanyakan sih para mantanya sewaktu SMP.

Selama latihan, Azhar rasanya senang sekali. Baru kali ini lagi dirinya ditemani latihan oleh Hana.

"Tumben lo sesemangat ini latihanya." Azka berkata pada Azhar. Namun respon Azhar hanya tersenyum. Aneh.

"Ah, gue tau alesanya. Emang kalo jatuh cinta itu rasanya sederhana ya. Di temenin latihan aja rasanya bahagia banget. Jangan kan itu, liat dia senyum aja udah bahagia." Azhar membetulkan ucapan Azka. Sesederhana itu ya?

Mereka mulai berlatih lagi. Hana pun sedikit jenuh menunggu Azhar latihan. Intan sudah pulang duluan. Katanya ada perlu. Saat menunggu Azhar. Tiba tiba ada yang memberikanya ice criem.

"Nih buat lo. Gue tau lo jenuh." Hana melirik kesamping. Ia kaget. Ternyata itu adalah Devan.

"Eh ka devan."

"Nih makan." Devan pun memberikanya pada Hana. Hana menerimanya.

"Lo lagi nunggu temen lo?"

"Iya ka, sekalian pulang bareng sama dia." Devan menatap Hana. Mengapa rasanya mereka canggung sekali.

"Sepertinya lo deket banget sama dia." Hana menatap Devan.

"Kita memang sudah temenan dari lama. Jadi wajar kan ka?" Devan tersenyum masam. Dia menyesal dulu sempat meninggalkan Hana tanpa pamit.

"Apa kita juga bisa deket seperti dulu, han?" Hana tersedak.

"Kita kan udah berteman ka."

"Ah iya juga sih." Bibir Hana kembali belepotan oleh ice criem. Devan berniat membersihkanya. Namun Hana buru buru membersihkanya sendiri.

"Maaf ka, makan ku sering belepotan."

"Iya gapapa. Rasanya semua udah beda ya, han." Hana kembali menatap Devan.

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang