10. Pentas seni

15 2 0
                                    

Kini semua murid telah berkumpul di kelas masing masing. Semua menyiapkan agar hasilnya pun sempurna. Kelas Hana telah dihias dengan kreatif. Banyak origami origami buatan tangan yang di tempelkan di dinding.

"Han, lo udah siap buat tampil nanti ?" Intan menyapa Hana yang tengah merapihkan kelasnya.

"Gugup sih, cuman aku pasti bisa." Kali ini Hana memakai baju kemeja putih, ditambah rok selutut bewarna hitam. Rambutnya ia gerai, ditambah jepitan baymaxnya. Tampak cantik.

"Lo pasti bisa Han."

"Kamu juga, semangat melukisnya."

"Ngomong ngomong, sekarang kamu mau ambil tema apa ?" Hana bertanya pada Intan, karena tema melukis kali ini bebas.

"Rencananya, gue akan buat dua insan bersahabat, yang saling memendam." Sindir Intan. Namun pada dasarnya, Hana hanyalah seorang gadis yang polos.

"Sepertinya bagus. Menarik."

"Makasih, yaudah gue mau siap siap dulu ya." Intan pun pergi. Karena sebentar lagi lomba melukis akan segera di mulai.

Kini di kelas telah ramai kedatangan juri, Hana yang belum tampil pun, terpaksa disuruh menjadi pemimpin di kelas ini. Karena iren, sang ketua kelas tengah berkumpul mengikuti arahan kepala sekolah.

"Jadi ini adalah pojok baca, dimana kami bisa menyimpan buku, atau sekedar membaca. Dan ini adalah pohon literasi, dimana karya kelas kami di pajang disini." Hana pun menjelaskan semua karya karya di kelasnya.

Tiba tiba saat hendak menjelaskan bagian lain, iren datang. Jadilah itu semua di kerjakan oleh sang ketua kelasnya.

"Lo cape ?" Kini Azhar muncul di belakangnya. Hana pun mengangguk dan mengipas ngipaskan tanganya.

"Nih." Tiba tiba Azhar memberinya sebotol air putih, tak lupa tanganya yang mengelap keringat Hana dengan telaten.

"Lo jangan cape cape, bentar lagi kita kan tampil." Peringat Azhar.

"Iya aku tau, tapi tadi gaada yang mau ngejelasin sama sekali, yaudah deh aku ambil alih aja." Kini Hana meminum air putih pemberian Azhar.

"Han, kenapa rambut lo di gerai hari ini ?" Azhar melihat Hana yang sepertinya sangat gerah akibat rambutnya.

Hari ini pakaian mereka sama. Hitam putih, perpaduan warna kesukaan mereka. Mereka tampak seperti pacar. Bagaimana tidak, Azhar selalu bersikap manis pada Hana.

"Karena kata Intan, katanya aku jelek kalo mau nyanyi di iket." Azhar menghela nafasnya.

"Udah berapa kali gue bilang, kalo lo ganyaman gausah di paksa, kenapa sih."

"Tapi aku ga cocok kalo di iket, Azhar."

"Lo selalu sama di mata gue."

"Iya tau, sama sama jelek." Hana mendelikan matanya, dan Azhar pun tertawa mendengarnya.

"Bukan."

"Terus ?"

"Lo sama sama cantik, meski rambut lo di iket." Perkataan Azhar membuat Hana tersipu kali ini.

"Yaudah deh, aku kepang satu aja." Karena tak nyaman di gerai, Hana pun mengepang rambutnya menjadi satu. Cantik. Itulah kata yang bisa Azhar gambarkan setiap saat pada Hana.

"Han, tau ga ?" Hana pun melirik ke arah Azhar, yang sosoknya tengah menatap dirinya juga.

"Apa ?" Hana mengerutkan keningnya.

"Lo selalu cantik." Hana tersenyum mendengarnya.

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang