19. Telfonan

8 4 0
                                    

  Kinl hari berganti, besok pun ujian akan mereka hadapi kembali. Malam ini Hana tengah beristitahat dari belajarnya. Sehabis pulang sekolah, otaknya belum ia istirahatkan. Dengan berbaring di atas kasur, tiba tiba satu notif muncul di handphonenya.

Azhr : han, msh bljr ?
Azhr : kalo udh, tlfn gue ya.
Azhr : ada hal yang mau gue bicarain.

Hana mengerutkan dahinya. Ada apa Azhar memintanya telfon. Biasanya dia selalu langsung datang ke rumah. Atau langsung masuk ke kamarnya lewat pintu balkon.

Karena rasa penasaran, Hana menelfon Azhar.

"Ada apa, Har ?"

"Udah belajarnya ?"

"Udah, ada perlu apa ?"

"Ga ada apa apa sih, tapi ada suatu hal penting."

"Katanya gaada apa apa, tapi ada hal penting, jadinya gimana sih ?" Hana kesal seketika. Dan Azhar tertawa di sana. Tawa yang membuat Hana tersenyum juga.

"Ada hal penting menurut gue, tapi entah jika kata lo." Hana mengerutkan dahinya. Rasanya Azhar memang suka sekali membuatnya di landa penasaran.

"Emangnya ada apa ?"

"Sesuatu yang sekarang lagi gue rasain. Dan ini susah banget buat gue hilangin." Azhar berjalan ke arah balkon. Melihat Hana yang sosoknya masih terduduk di meja belajar. Halisnya menyatu, seolah berpikir. Intinya lucu.

"Apa ? Ada ya rasa sesusah itu, sampai sampai susah buat di hilangin?"

"Ada."

"Apa ?"

"Cinta sama lo." Azhar melihat diujung sana Hana tengah tersenyum.

"Apaan sih, Har." Hana mengelaknya.

"Hahaha, bercanda Han. Tapi ada lagi yang susah buat di lupain." Azhar memberi jeda di ucapanya. Dan Hana pun dengan sabar menunggu Azhar melanjutkan ucapanya.

"Rasanya, rasa ini sudah melekat saat gue ga ketemu lo, sulit buat gue hilangkan, lebih sulit dari menghafal sejarah."

"Rasa apa itu ?"

"Rasa rindu."

"Kamu lagi rindu siapa ?"

"Yang nanya."

"Ih, yang bener dong. Kamu rindu siapa ?" Azhar terkekeh disana. Ternyata Hananya tetap susah untuk membuka rasa peka.

"Gue rindu sama yang nanya."

"Aku ?"

"Emangnya siapa lagi ?" Hana kembali merona.

"Bisa aja kan para mantan kamu."

"Rindu gue gabisa di ambil alih. Cuman sama lo dia mau singgah."

"Ko cuman aku?"

"Karena cuman lo, yang bisa buat gue suka."

"Aku emang ngangenin ya ternyata." Hana tertawa. Membuat Azhar tertawa juga.

"Aneh gue juga. Lo terlalu ngangenin dari yang gue kira."

"Hahaha." Hana tertawa.

"Han, coba ke luar deh. Ke arah balkon kamar lo." Hana pun keluar. Ia kaget melihat Azhar yang sudah ada diluar juga. Jadi sedari tadi Azhar melihatnya, jendela Hana kan terbuka. Aish malu.

"Ada apa ?" Walau mata sudah saling bertemu, mereka tetap menaruh handphonenya di telinga masing - masing. Aneh.

"Bantu biar rasa rindu gue bisa hilang."

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang