31. Jam 10.30

18 3 0
                                    

  Kini jam 10.30 akan datang. Hana masih bimbang di dalam kamar. Ia gelisah, namun entah apa yang membuatnya gelisah.

  "Dek, ngapain sih bulak - balik terus ?" Tanya ibunda Hana dengan heran. Hana yang mendengar itu meliriknya kaget.

  "Eh, engga ko mah." Ucap Hana gelagapan.

  "Mamah tau, kamu kenapa." Ibunda Hana menyipitkan matanya. Menatap sang putri yang kini, sudah tumbuh besar.

  "Tau apa, Mah ?" Tanya Hana pura - pura tak paham.

  "Kamu lagi jatuh cinta, kan ?" Hana yang mendengar perkataan itu tersedak. Ibunya ko bisa tau ?

  "Engga ko, Mah. Apaan sih." Hana mengibaskan tanganya.

  "Masa ? Gelagatnya, putri mamah ini lagi cinta sama seseorang, yah." Ibunda Hana menyentil hidung Hana pelan.

  "Dan mamah tau, siapa orang yang lagi buat kamu bimbang, dan penasaran."

  "Emangnya mamah, tau ?" Tanya Hana tak yakin.

  "Tau lah, karena orang jatuh cinta itu, mudah di lihat dari gerak - geriknya. Ga tenang, khawatir, dan sedikit gelisah." Hana mengangguk. Itu benar adanya.

  "Azhar, kan Han ?" Tanya ibunda Hana. Hana membulatkan matanya.

  "Ko ? Mamah bisa tau ?" Terdengar kekehan dari ibunya.

  "Lihat, kamu mudah di tebak. Padahal, mamah cuman nebak." Hana cemberut.

  "Ih, ko gitu sih, Mah." Hana malu.

  "Tapi, apa sahabat wajar untuk saling jatuh cinta ?" Tanya Hana. Ibunda Hana mengelus rambutnya.

  "Wajar lah. Status sahabat itu. kadang, tak murni rasa sahabat. Apa lagi yang jalin status itu, lawan jenis. Besar kemungkinanya untuk saling jatuh cinta. Jangan kira, karena status sahabat, cinta gak akan ada."

  "Ga gitu. Cinta akan hadir tanpa melihat siapa dia, apa statusnya, hati jatuh seenaknya. Jangan salahin hati atas semuanya, karena dia, tak tahu apa apa."

  "Lantas, jika Hana suka Azhar, itu wajar kan, Mah ?" Tanya Hana.

  "Wajar aja. terus apa lagi yang masih buat kamu bimbang ?" Tanya ibunya.

  "Aneh aja rasanya, Hana masih belum tau hati ini jatuhnya untuk siapa. Karena rasanya, terlalu cepat buat Hana rasakan."

  "Jangan takut, mamah tanya nih ya. Kamu suka degdegan, cemburu, dan bahagia ga, kalo di deket dia ?" Hana mengangguk.

  "Udah pasti itu jatuh cinta. Coba aja, asal tau batas dan jangan sampai jatuh cinta membuat kamu lupa cita - cita. Itu ga benar. Cinta boleh, karena itu lumrah di coba, tapi kamu harus tau batas juga." Hana pun tersenyum mendengarnya. Ia jatuh cinta. Dengan sahabatnya ? Lucu sekali rasanya.

  "Yaudah Hana pergi dulu ya, Mah." Pamit Hana.

  "Ingat, jangan kelewat batas, mamah izinin kamu pacaran, asalkan belajar dan ibadah menjadi hal yang utama."

  "Siap bos !" Hana hormat pada ibunya. Mereka pun tertawa.

 
●●●

  Kini hati Hana berdegup kencang. Dengan membawa bongkahan hati, juga ice criem untuk Azhar.

  Jam 10.30 tepat dia berdiri di depan pintu ber cat hitam pekat. Jantungnya tak bisa ia cegah untuk berdegup kencang. Dengan gerakan pasti, tanganya mengetuk pintu rumah tersebut.

  Sebelum mengetuknya, sosoknya sudah membuka. Tersenyum menatapnya. Azhar sangat tampan siang ini. Wajahnya berseri. Menatapnya dengan lekat.

  Siapa yang tak salah tingkah, jika di tatap lelaki tampan sepertinya ?

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang