28. Masalah

15 2 0
                                    

   Malam ini angin sangat kencang. Hana tengah berdiam di jalan sendirian. Menunggu sang ojek pesananya datang. Malam ini, ia lupa tak membawa jaketnya. Cukup sudah penderitaan Hana.

  Handphone nya lowbet. Ojek pesananya belum juga datang. Padahal jam sudah menunjukan pukul 9. Entah keberanian apa, yang membuat dia berani pulang sendiri. Ia hanya tak mau, hatinya kembali terbelit, jika pulang bersama dengan Devan. Jadi biarkan dirinya menguatkan raganya di tengah angin yang kencang.

  "Huh dingin." Hana menggosokan kedua tanganya. Berharap tak dingin.

  Saat tengah menghangatkan dirinya, Hana melihat dua orang datang menghampirinya, yang baru saja turun dari mobilnya. Hana sedikit khawatir, jalanan ini cukup sepi. Ia salah memilih menunggu disini.

  "Heh !" Panggil salah seorang lelaki itu. Membuat Hana mendongak menatapnya.

  "Lo adiknya Damar, kan ?" Tanya lelaki satunya lagi. Hana mengerutkan dahinya. Mengapa mereka bisa tau. Sedangkan dirinya saja, tak kenal siapa mereka.

  "Jawab lo !" Bentak lelaki itu. Membuat Hana ketakutan.

  "Iya, aku adiknya Damar." Ucap Hana seraya gemetar.

  "Damar Prahaja ?" Salah satu lelaki itu mendekat, mencengkram lengan Hana. Membuat Hana mengaduh kesakitan.

  "Iya." Ucap Hana.

  Tiba tiba, kedua lelaki itu, menarik Hana untuk masuk kedalam mobil tadi. Ia di paksa, dan Hana sangat takut.

  "Eh, ngapain kalian tarik aku. Lepasin !" Hana berusaha memberontak.

"Diem lo ! Ikutin kita aja, jika lo mau selamat." Kedua lelaki itu mengancam. Hana sangat takut sekarang.

  Melawan pun rasanya percuma. Karena kedua lelaki itu, memiliki tenaga yang kuat. Hana kalah banding denganya. Hana sudah berada di mobil orang asing tadi. Tanganya di ikat.

  "Kalian siapa sih ! Aku mau di bawa kemana ?" Bentak Hana.

  "Nanti juga lo tau, sekarang lo diem."

  "Aku salah apa sama kalian, aku ga kenal sama kalian." Hana berusaha memberontak.

  "Diem jangan berisik." Tiba tiba lelaki itu membekap mulut Hana, hingga Hana hilang kesadaran.

  Malam ini, adalah kesialan bagi Hana.

  Mereka terus membawa mobilnya menjauh. Di bawanya Hana kerumah kosong disuatu tempat. Namun, Hana masih dalam kondisi pingsan saat ini.

  ●●●

   Malam ini perasaan Azhar tak enak. Dirinya tak bisa tertidur, karena memikirkan seseorang yang bodohnya ia ijinkan berpergian malam malam.

  Sudah berapa panggilan yang ia kirimkan, namun tak ada satupun yang terbalas. Azhar semakin khawatir. Ingin pergi kerumahnya, namun tubuhnya masih lemas. 

  Ia pun, menelfon ibunda Hana. Agar kekhawatirannya bisa perlahan sirna.

  "Assalamualaikum, tan."

  "Waalaikumussalam, ada apa Har ?" Tanya ibunda Hana dari sana.

  "Emm, kalo boleh tau, Hana udah di rumah belum, tan ?" Tanya Azhar khawatir.

  "Belum, Har. Tapi kata Devan, katanya Hana lagi di jalan pulang."

  Azhar bisa sedikit bernafas lega. Hananya sudah berada di jalan pulang. Itu artinya, Hana tak apa apa kan ?

"Syukur kalo gitu. Yaudah makasih ya, tan."

  "Iya sama sama, Har."

  Setelah menelfon ibunda Hana, kekhawatiranya hanya sedikit membaik. Sedangkan sebagian jiwanya meronta khawatir ingin segera bertemu sosoknya.

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang