29. Ketemu

14 2 0
                                    

Azhar khawatir. Hananya sedang tak baik baik saja. Ternyata kegundahanya nyata.

Azhar mendatangi rumah Hana. Memberi tau keluarganya. Jika putrinya sedang tidak baik baik saja.

Tok tok

Azhar mengetuk pintu rumah Hana dengan keras. Kemudian, ibunya langsung membuka dengan raut wajah yang ngantuk.

"Eh Azhar. Ada apa malam malam gini ke rumah tante ?"

"Hana tan." Perkataan Azhar membuat Ibunda Hana kaget.

"Astagfirullah, tante lupa. Kirain dia, nginep di rumah kamu."

"Engga tan, tadi Hana telfon. Dia lagi di sekap sama orang yang ga di kenal." Sekali lagi, perkataan Azhar membuat ibunda Hana jantungan.

"Hana di culik, maksudnya ?"

"Iya tan, boleh panggilin Bang Damar kesini ?" Ucap Azhar. Jantungnya berdegup ingin segera menemui Hana. Demamnya ia hiraukan, pusingnya ia coba hilangkan. Saat ini hanya satu yang ia pikirkan, yakni Hana yang sedang tak baik baik saja.

"Hana kenapa, Har ?" Damar keluar seraya berlari. Nafasnya memburu, mendengar Hana di sekap. Ia bodoh.

"Tadi Hana telfon Azhar, katanya dia lagi di sekap sama orang kenalan abang." Ucap Azhar. Disana terlihat Damar sedang berpikir keras. Menerka nerka siapa yang pantas ia jadikan tersangka.

"Sepertinya gue tau." Damar tersenyum devil. Buru buru kedalam dan memgambil kunci mobil.

"Mah, Damar pergi dulu, tolong kabari polisi kalo Damar yang suruh nanti."

"Dan lo, ikut sama gue." Damar menunjuk Azhar. Azhar mengangguk. Pastilah ia akan ikut mencari Hana.

"Selametin Hana sampe ketemu ya bang. Mamah gamau dia kenapa napa." Pesan ibunda Hana. Membuat Damar mengangguk mantap.

"Pasti mah, itu pasti." Selepas mengucapkan itu, Damar dan Azhar memasuki mobil, lalu menjalankannya dengan kecepatan tertinggi.

"Bang, lo tau siapa yang nyekap Hana ?" Tanya Azhar. Tanganya tak tinggal diam melacak lokasi yang ditunjukan pada handphone nya.

"Genta, pasti dia orangnya." Ucap Damar dengan yakin.

"Siapa dia, bang ?"

"Saingan bisnis gue, Genta orang terlicik yang pernah gue temui." Damar mencengkram stir mobilnya dengan keras.

"Gue tau dimana lokasinya, bang." Azhar bisa melihat itu, lewat pelacakanya, handphone Hana, terakhir berada di tempat kosong bekas rumah yang tak di tempati.

"Kita kesana."

Damar menjalankan mobilnya dengan kencang. Tak berpikir jika mereka akan kecelakaan, yang ia pikirkan hanya satu, adiknya harus kembali.

Azhar pun sama, terkadang kepalanya berdenyut, ia belum pulih dari sakitnya. Namun sudah ia katakan, Hananya lebih penting dari apapun. Sekalipun ia harus menaruhkan nyawa, ia tidak keberatan jika itu untuk Hananya, sahabatnya, hidupnya.

Setelah menjalankan mobil dengan cepat, mereka sampai juga di tempat kosong, kumuh. Di depan sana, terlihat beberapa orang berbadan besar menjaga pintunya.

Namun Damar tak takut, jika di sana banyak orang yang akan menghajarnya.

Buru buru Damar dan Azhar turun dari mobil. Terlihat, para orang itu, melihat dan mendekat ke arah mereka.

"Siapa lo." Ucap salah satu dari mereka.

"Kenalin, gue Damar Prahaja." Ucap Damar tersenyum angkuh.

Dua Pilihan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang