03

60 67 32
                                    

Mili masih memikirna tentang kejadian tadi. Ia bukan egois bila ia berbicara tentang itu. Bukan bermaksud untuk menyamakan perihal cara Marvho memperlakukannya sebagai pacar. Namun, ia hanya merasakann iri kepada Mela, yang selalu di perlakukan manis oleh Marcho.

Semua gadis di dunia ini pun akan ingin diperlakukan manis oleh orang yang ia sayangi. Sepertinya.

Mili mengusap air mata yang mengalir di pelupuk mata menggunakan telapak tangannya. Lalu beranjak pergi dari taman belakang, karena mendengar bunyi bell. Menandakan jam istirahat telah usai.

 Sepanjang koridor Mili menundukan matanya.

"Hey Mil, ngapa lo sembab gitu matanya. Ciee lagi marahan ya sama abang gue. Dia mah emang gitu, so cuek bebek." Kata Marcho nyengir. Lalu mengusap bahu Mili.

Mili yang di perlakukan seperti itu langsung mendongkakkan matanya.

"Duh ini air kenapa keluar lagi sih. Udahlah putusin aja abang gue ya," canda Marcho. "Udah ya jangan nangis nanti dedek bapel tau, kalo emaknya nangis," sambungnya dengan senyuman.

DEGH ....

Mili terpesona dengan senyum dan cengiran yang di tampilkan Marcho. Bahka ia sempat lupa apa yang di omongkan Marcho padanya

"Dihh lo mah malah jadi patung. Udah ya gue mau ke kelas, takut ada gosip kalo d lorong ini cuman kita berdua. Ntar takut ada dinding yang berbicara gak bermutu. Bye, oh iya. Kalo.lo butuh bantuan boleh minta tolong ke gue kok. Bye bye". Marcho pergi meninggalkan Mili yang belum sempat mengeluarkan suaranya.

Mili sampai di depan kelas, dan rupanya telah ada pak Hendra guru sejarah yang sedang menerangkan.

Tok-tok

"Boleh saya masuk pak?"

"Boleh, silahkan duduk Mili," Mili mengangguk lalu duduk di sebelah Mela yang menatapnya dengan heran.

"Kenapa lo?" tanya Mela dengan suara pelan. Mili menggeleng lalu mengambil buku sejarahnya.

"Pulang ke rumah gue yak, ajak aja pacar lo. Kita udah lama gak ngumpul. Tapi cuman berempat aja yang lain mah pada ikut eskul." Aja

"Iya. Nanti aku ajak," ucap Mili sama pelan.

Lalu mereka fokus ke pelajar. Tapi tidak semuanya fokus. Mela terus menguap, Mela melipatkan tangannya di meja setelah mendapatkan posisi nyaman ia sampai tertidur ditengah pelajaran berlangsung.

***

"Kita nonton horor ajalah ya," titah Mela. Karena semuanya kaset penuh dengan horor. Ia memang pecinta horor. Bahka sewaktu kecil ia mempunya boneka mirip setan.

"Boleh sayang. Yang penting aku mah menang banyak aja," cetus Marcho.

"Gak boleh pegang-pegang yak. Belum muhrim. Ntar aja kalo udah sah ya," dengus Mela.

"Lah tapi kamu sering aku cium keningnya gak protes tuh. Jadi disini siapa yang suka menang banyak," kilah Marcho. Mela salah tingkah.

"Tuhkan tomat pipinya merah."

"Iyaa udah. Terserah kamu ajalah." Pasrah Mela. Toh juka ia berbicara akan kalah karena ucapan Marcho memang benar adanya.

"Kalian oke kan kalo nonton film horor. Cewek gue gak punya kaset yang lain. Dia mah apa atuh sukanya yang horor.," tanya Marcho pada Marvho dan Mili. Marvho hanya diam, sedangkan Mili mengangguk. Sungguh pasangan kekasih sama-sama beku. Uyuhan.

Film horor yang di putar Mela mulai.
Semuanya diam pandangan fokus ke layar Tv yang lumayan besar.

Mereka berada di ruang tamu dua karena rumah Mela menyediakan ruang tamu dua ruangan. Yang satu di khususnya untuk tamu. Dan yang satu untuk kumpul kumpul keluarga atau teman Mela yang bermain ke rumahnya.

Ketika semuanya fokus. Mela berdiri untuk mengambil minuman dan makanan ringan agak semua bisa mengemil.

Srakk..

"Ahhh......" teriak Mela. Baru beberapa langkah kaki Mela menginjak bantal sofa lalu terjatuh ke pangkuan Marcvho yang jaraknya dekat dengan Mela.

Untuk beberapa detik mata Mela dan Marvho beradu pandang. Mela melihat ada sebuah ketenangan di mata Marvho.

Marcho dan Mili yang melihat itu langsung berdiri menghampiri Mela. Marcho Lalu membantu Mela berdiri.

"Kamu kenapa bisa jatoh gitu sih," tanya Marcho. Sambil memegang pinggan Mela lalu di dudukannya di Sofa terdekat.

"Kaki aku tadi nginjek bantal. Aku kira gak bakalan jatuh gak tau jatuh. Awww," ringisnya ketika Marcho memegang pergelangan kakinya.

"kamu kenap gak hati-hati sih.  Makanya kalo jalan tuh yang bener napa." Marcho kesal karena Mela tidak berhati-hati.

"iya. Aku minta maaf aku kira gak bakal jatuh. maaf ya," Mela menunduk, dan Marcho memegang dan mengusap pipi Mela seraya tersenyum manis.

"Iya, jangan di ulangi lagi. Nanti kalo jalan tuh yang bener.," pinta Marcho. Sedangkan Mela tersenyum melihat wajah Marcho yang dengan segala ketulusannya.

Sedari tadi Marcho terus memijit kaki Mela dengan halus dan perlahan. "Iya sayang. Udaah.  Aku juga sekarang mah udah gak. Papakan ," Mela menjulurkan mengusap pipi Marcho yang putih.

"Ehemmm, gue pulang. mau ngerjain tugas," pamit Marvho. "Yuk Mil pulang. " ajak Marvho. Mili mengangguk lalu mengambil tasnya. Mili berada di belakang Marvho. Sedangkan Marvho tampak cuek yang berada di depan.

"Ck, ganggu aja lo. Ayang Mela lagi ngelus-ngelus pipi gue. Kan jarang-jarang lohh dia kaya gini," cetus Marcho kesal. "Udah sana pergi lo gak usah balik lagi," usir Marcho. Mela mencubit tangan Marcho, Marcho meringis dengan cubitan Mela.

'Bolehkan aku iri dengan kalian' batin Mili, yang memancarkan keinginan besar untuk kebahagiannya.

Tak lama setelah kepergian Marvho-Mili, Marcho pamit pulang kareng hari sudah sore.

"Aku pulang ya sayang, bye. Besok aku  jemput kamu,"

"Iya hati-hati yak,"

"Iya sayangku,"

CUP-

Marco mencium kening Mela lalu berbalik badan menuju pintu.

Mela mengantar Marcho sampe depan pintu. Marcho melampaikan tangannya.

Drum-drum (anggep aja suara motor)

Setelah kepergian Marcho, Mela merebahkan badannya di kasurnya. Lalu pergi ke alam mimpinya.

***

"Pagi Semua," sapa Mela ketika duduk  di meja makan. Mela mengedarkan pandangan nya. "Loh kak Rama mana Ma," tanya Mela.

"Dia udah berangkan duluan Mel, katanya mau jamput temennya." Jawab mama.

"Oh ya udah, aku berangkat dulu ya ma, pa Marcho sms aku katanya dia ada di depan," pamit Mela dan mencium tangan kedua orang tuanya.

"Iya sayang, ati-ati yak." Sahut Mama Mela. Mela pergi ke arah dimana Marcho dan motornya berada.

"Langsung berangkat ya, Ay pulang sekolah kita main yuk, udah lama juga kita gak jalan bareng. Tapi aku bawa motor. Kamu gak papa kan kalo kepanasan," ajak Marcho dan merasa bersalah karena ingin mengajak Mela tapi ia membawa motor bukan Mobil.

"Gak papa, sore kan jalannya jadi gak terlalu panas," jawab Mela tersenyum.

"Makasih sayang, mobil aku belum bener soalnya,"

"Iyaa udah. Ayok berangkat takut telat," ajak Mela menaiki motor Marcho yang lumayan tinggi sehingga berpegangan pada pundak Marcho.

"Peluk dong, berasa tukang ojek aku," pinta Marcho. Mela meskipun ragu tapi tetap memeluk Marcho dari belakang. Marcho memegang tangan Mela dengan seulas senyum ketika di peluk seperti ini. Mela juga di belakang tengah tersenyum karena ini momen langka.

***

Makasih udah mampir..

Muahh buat yang baca..

See you...

CINTA Empat SEGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang