"Maaf..." ucap Mili lirih.
"Untukk?.." tanya Marvho.
Mili menunduk."Semuanya. Aku sempat ngeraguin kamu."
Marvho menyimpan sendok dan pisau di atas meja dekat dengan makanannya. Ia menatap Mili dengan intens. Mili yang merasa di tatap semakin menundukan kepalanya.
"Gak papah yang penting kamu kembali percaya sama aku." Ucap Marho tanpa mengalihkan pandangan.
"Maafkan aku sampe sempet sempetnya ngeraguin kamu. Tapi, untuk sekarang dan selanjutnya aku bakal terus percaya sama kamu. Aku Janji" Janji Mili.
"Gak usah janji. Karena kita kedepannya gak tahu bakal kayak apa. Tapi, yang jelas aku bakal selalu sama kamu." Kata Marvho. Mili mengangguk.
"Jadi... intinya kita saling memperbaiki diri. Kalo ada masalah atau apapun itu cepet kelarin biat gak makin rumit." Ucap Mili mendongakkan wajah ke arah Marvho yang berada di depannya.
"Iya.. udah abisin. Abis itu kita pulang. Belajar yang bener biar dapet juara lagi," kekeh Marvho di selingi senyum.
"Iya.. Mmm apa aku boleh tanya?"
"Apa?" Tanya Marvho.
"Nanti kalo kita lulus kamu udah ada rencana buat masa depan?"
"Ada. Aku bakal lanjut kuliah di tempat yang aku belum tahu. Soalnya gimana orang tua aku. Kan aku sebagai anak pertama harus bisa di andalkan." Jawab Marvho mantap.
"Oh iya. Terus adik kamu sih? "
"Kurang tahu yang pastinya. Setahu aku dia gak akan lanjut kuliah dulum mau traveling ke berbagai negara katanya. Tapi, gak tahu juga sih. Gimana nantilah. Toh dia yang jalanin. Mama sama Papa juga gak terlalu ngekang anak-anaknya. Jadi kita sekarang aja udah gak tinggal bareng mereka."
"Tapi Marcho dia lebih banyak pulang ke rumah ketimbang ke apart." lanjut Marvho. Sedangkan Mili yang ber'O'ria.
"Kalo kamu mau kemana?" tanya Marvho.
"Aku mau lanjut jurusan sastra aja. Soalnya aku suka yang namanya buku sama sejarah. "
"Yaudah. Aku dukung kamu mau jadi apapun. Asal kamu ngerjainnya yang bener dan serius. "
"Iya.. "
****
"Widihh pasangan kita udah pada akur nih. Jadi bisa dong buat traktir. Kan jarang-jarang lo pada traktir kita." seri Derry ketika sampai di kantin. Lebih tepatnya di meja yang telah di duduki Mela dan Marcho.
"Pesen aja. Selagi gue dapet pahala buat ngasih makan curut-curut macam kalian, " ucap Marcho santai.
"Lo kata kita curut. Terus lo apanya dong? Raja tikus gitu." sahut Vian tak terima.
"Berani lo katain gue. Gue gak akan bayarin makanan lo pada, " ucap Marcho dengan menaik dan menurunkan kedua alisnya dengan menampilkan wajah cengengesan.
"Oke-oke gue ngalah sama tuan raja untuk saat ini. " jawab Vian pasrah.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Marcho semua temannya memesan makanan kantin masing-masing memesan dua porsi entah itu bakso, siomay, mie ayam atau makanan sejenisnya. Lalu entah dari mana datangnya. Nisa dan Jessy ketika mendengar kata gratis dari Vian langsung ikutan memesan makanan di stan kantin dengan tawa gembira.
"Kamu yakin mau bayarin mereka. Aku yakin uang kamu antara habis atau tipis. Ini namanya maling depan umum. Mereka pada gak di kasih duit jajan apa emang jarang dapet gratisan ya?. " kata Mela.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA Empat SEGI
RandomIni khusus orang-orang kepo. Ini hanya cerita fiksi yang menyajikan cerita berbeda dari yang lain. so, buka aja. Terima kasih ^^