"Mel banngun, udah siang. Mau sekolah kan?" ucap wanita paruh baya pada anak gadisnya. Sedangkan orang yang di bangunkan merapatkan selimut ke badannya.
"Kalo gitu, mama gak kasih kamu jajan selama seminggu. Gimana?". Mendengar itu, Mela yang di bangunkan mamanya itu terlonjak dari tempat tidur, berlari pergi kemar mandi.
Sudah kebiasaan buruk Mela yaitu susah untuk bangun pagi, perlu seseorang untuk membangunkan, jika tidak akan terlambat sekolah.
"Bagus, anak mama," ucap Lina sang mama. Setelah mengucapkan itu sang mama langsung keluar, menuju kamar sebelah untuk membangungkan anak pertamanya yaitu Rama. Lalu mengetuk pintu paling ujung yang di tempati oleh anak dari adiknya yang tinggal bersama mereka.
Semua orang telah berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Tak lama kemududian datanglah seorang gadis turun dari tangga.
Selang beberapa menit. Muncullah dari gadis dari tangga yang melangkah kebawah, menuju meja maakn.
"Pagi tante-om," sapa gadis itu."Pagi Mili," jawab semuanya serentak. Gadis itu Mili dia sepupu Mela. Orang tuanya sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Jadi mereka menitipkan anaknya.
"Udah pada mau sarapan. Maaf telat, semalem aku keasikan ngerjain tugas jadi kemaleman," ucap Mili. Lalu duduk di samping Mela.
"Belum mau makan kok Mil, mama aja baru nyiapin. Kitanya aja di kerjain sama mama. Gue di bangun jm 6 pagi Gila gak tuh," kata Mela kesal.
"Gak papa dong mama bangunin kalian pagi-pagi. Ini tuh hari senin jadi kalian harus bangun pagi. Kan sekarang udah pada punya pacar. Jadi malu lah bangun siang," sahut Lina.
Rama mendelik. "Itu mah khusus yang punya pacar lah mah, orang aku masih sendiri. Buat apa bangun pagi," ucap Rama santai dengan memakan makanannya.
"Yeee. Lo nya aja yang jomblo," sahut Mela. Mili hanya tersenyum melihat keluarga ini yang bahagia. Sedangkan dia selalu sendiri. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan.
Tin..Tinn
"Tuh pacar kalian udah dateng," ucap Lina.
"Ya mama ngusir ni ceritanya," sahut Mela mencebik. Brata hanya diam. Menurutnya kejadian seperti ini hampir setiap hari.
"Udah sana lo pada," usir Rama sambil nyengir.
"Ya udah. Yu Mil. Kasian duo kembar pada nunggu di depan," ajak Mela. Mili mengangguk.
Mela berjalan di depan duluan, Mili yang di belakang hanya mengekorinya toh tujuan mereka sama. Sama-sama keluar.
"Pagi sayang," ucap salah satu cowok itu kepada Mela dengan membuka pintu mobilnya.
"Pagi juga say ehh," kata Mela nyengir.
"Yiihh kenpa gak dilanjutin ngomongnya, berasa gantung," sahut cowok itu yang tak lain adalah Marcho pacarnya Mela.
Setelah Mela masuk ke mobil kini giliran Mili yang di sambut oleh Marvho pacarnya.
"Ayok berangkat," ajak Marvho pada Mili. Mili mengangguk. Marvho menutup pintu mobil lalu memutari mobilnya lalu masuk, dan menjalankan mobil.
Marvho dan Marcho adalah saudara kembar. Tapi mereka tidak identik. Mereka sengaja membawa mobil sendiri-sendiri. Karena takut di ganggu.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit sampailah di pekarangan sekolah SMA Bintang. Sekolah favorit di kota ini.
Mela dan Marcho tampak bergandengan tangan menuju kelas Mela. Sudah kebiasaan Marcho mengantar pacarnya sampe depan kelas, karena menurutnya hanya sebagian kecil dari perhatiannya.
Berbeda dengan pasangan Mili dan Marvho. Mereka berpisah di koridor. Karena memang kelas mereka berlawanan. Bahkan sepanjang perjalan tak ada obrolan tak ada pegangan tangan sekalipun. Marvho kelewat cuek. Kadang Mili pun bertanya kenpa ia bisa berpacaran dengan seorang Marvho.
Marvho dan Marcho adalah perbedaan yang luar bisa bukan.
Mereka memperlihatkan rasa sayng yang berbeda pada pasangan masing-masing.***
Kantin-
Bell tanda istirahat telah berbunyi. Murid sekolah SMA Bintang berhamburan dari kelas menuju berbagai tempat yang di tuju salah satunya yaitu kantin.
Di salah satu meja kantin tampak seru dengan berbagai oceahan teman Mela.
Disana Mela dan Marcho tampak saling suap dan di goda oleh teman-temannya.
"Lo berdua makin kaya orang pacaran aja sih," ucap salah satu cowok pada Marcho dan Mela.
"Yeee, emang kitaa pacaran lo aja yang baru sadar," jawab Mela acuh.
"Totwit ih, emes deh pengen tabok yang lagi pacaran," timpal Derry. Dan semuanya tertawa mendengar ucapan Derry, yang Kadang nyeleneh. Derry orangnya suka ceplas-ceplos tanpa pandang bulu. Ke guru atau ke murid lain pun ia akan mengucapkan sesuatu hal yang menurut dirinya perlu di komen, atau ucapan-ucpan tak masuk akal lainnya. Semacam Netizen yang suka berkoar. Ala ala bebek dower.
"Si Vian mana?" Tanya Marcho.
"Gak tau gue, tadi pas mau kesini bilangnya ke toilet, paling kaya biasa goda adik kelas," jawab Derry santai. Toh memang benar, jika Vian suka menggoda adik kelas. Bahkan sampai membuat anak orang baper, terus ditinggalin deh, mampus dah wkwkwk.
"Pulang bareng yak, gue males nyetir mobil," kata Marcho ke Marvho yang dari tadi hanya diam. Marvho mengangguk tanda bahwa ia setuju.
"Lo pacaran kaya patung, gue heran deh si Mili mau aja sama lo," lanjut Marcho mengerutkan keningnya, lalu tatapannya mengarah pada Mili yang berada di pinggir kakaknya itu.
"Hmm," sahut Marvho. Mili hanya tersenyun kaku dengan ucapan Marcho.
"Emang kenapa kamu gak mau bawa mobil sendiri, biasanya juga kebut-kebutan," tanya Mela di sela makannya.
"Lagi pengen aja sih,,"
"Terus mobil kamu siapa yang bawa," tanya Mela Lagi.
"Nanti suruh supir rumah suruh kesini. Katanya malem sekarang di suruh pulang jadi ya, sekalian aja nebeng sama kakak tercintahh," jawab Marcho dengan tersenyum jahil.
***
"Mili lo pulang ke rumah gue apa ke rumah elo," tanya Mela.
Mereka kini berada di dalam mobil Marvho untuk pulang. Marcho benar-benar menebeng pada kakaknya.
"Ke rumah lo aja, mama belum pulang," jawab Mili, matanya mengarah pada jalanan. Karena menurutnya jalanan lebih indah dari pada suasana di dalam mobil.
Terkadang Mili merasa iri dengan Mela. Karena, Mela cukup beruntung memiliki pacar seperti Marcho yang baik dan perhatian padanya. Tidak kaku seperti kekasihnya. Entah perasaan dari mana perasaan sesuatu yang tak seharusnya muncul di hati Mili.
"Aku pulang dulu ya sayang," pamit Marcho ke Mela dengan mencium kening Mela, sebagai tanda perpisahan. Bukan perpisahan sesungguhnya untuk melepas. Melainkan itu hanya sebuah kewajiban bagi Marcho untuk mencium kening gadis yang ia cintai. Menurutnya itu sebagai daftar tanda bahwa ia sangat memcintainya.
Mela tersenyum dengan perlakuan Marcho, karena ia sangat bahagia bila di perlakukan sangat manis.
Mili melihat adegan itu sungguh sakit dan nyeri di hatinya. Apakah ia bisa merasakannya seperti perlakuan Marcho pada Mela.
Setelah berpamitan mereka langsung melesat pergi dari gerbanh rumah Mela.
"Yuk Mil," ajak Mela. Mili mengangguk dan mengekorinya dari belakang.
Bolehkah Mili iri? Bolehkan Mili ingin merasakan sebagian kecil kabahagian Mela. Bolehkah ia egois untuk kebahagiannya.
***
Ini cerita ke-4 . Seharusnya ini yang pertama. Berhubung yang dulu alur Gajelas, jadi aku ulang lagi.
Terima kasih yang udah Baca..
Muahhh buat yang baca..
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA Empat SEGI
RastgeleIni khusus orang-orang kepo. Ini hanya cerita fiksi yang menyajikan cerita berbeda dari yang lain. so, buka aja. Terima kasih ^^