18

11 7 2
                                    

Miris akutuh ahahaaaa..

Happy Reading..

***

"Kehilangan akan kamu yang aku rindukan"

***

"Mel,  lo lagi ngapain. Tumben, udah dj sekolah pagi gini." cibir Nisa.

Mela menoleh. "Suka-suka gue lah."

"Lo gak lagi ngehindarkan dari Marcho?" tanyanya.

"Hm. Gimanapun gue harus tetep lupain dia. Dia sekarang ada di bagian masalalu gue." Mela menghela nafas sejenak. "Untuk sekarang gue mau fokus buat ngejar fakultas impian gue dulu, bentar lagikan kita kelas dua belas. Otomatis gak ada lagi waktu buat ngurua percintaan kayak gini."

"Lagi ngobrolin apa?  Tumben seriua banget. Ampe gue dateng gak ada yang sadar." ucap Jessy tiba-tiba mengagetkan keduanya.

"Astagfirullah, you crazy. Untung gue gak punya penyakit bahaya? " kata Nisa dengan gaya lebaynya.

Jessy cekikikan. "Lo orang terlebay yang gue kenal, tapi gak papa, karena lo itu sepupuan sama cogan cogan di sekolah ini. "

Nisa mendelik. "Apa lo? Jelas holang cantik mah hiduonya selalu di kelilingi cogan." kata Nisa dengan mengibaskan rambutnya.

"Ehh,  Mel. Rambut lo kan panjang lurus lagi. Gak bosen lo gitu gitu doang. Ke salon yuk. Gue mau ganti cat warna kuku." Ajak Jessy. "Kebetulan tante gue punya salon. Kesana aja dah, siapa tau di diskon? "

"Yeee ketahun lo muka-muka diskonan dasar. Fashion gak modal lo. Duid jajan gede tapi masih nyari diskonan. Ck, dasar."

"Lo juga suka kan sama yang namanya diskon Nisa. Gak usah belagu luh." kesal Jessy.

"Udah shi, jangan debat ah. Malu tau. Udah gede kalian tuh, Njes,  gue gak mau potong rambut, dan lo Nis, kalo si Jessy ngajak iyain aja. Berarti dia yang bakal bayarin kita. Ya gak Jes? " sahut Mela.

"Iyuhh, gak yak. Lo berdua itu holang kaya. Tabungan kalian tuh bisa beli mobil. Jadi jangan sok missqueen lah. Jijik gueh." Dengus Jessy.

Nisa kembali mendelik. "Duid-duid gue. "

Mela mengehela nafas. Meskipun di lerai mereka pasti akan semakin menjadi jadi.

Tak lama kemudian munculah guru yang akan mengajar di kelas Mela.

"Pagi anak-anak. Buka bukunya. Dan bla bla bla. "

"Oh, iya. Mili masih belum masuk? " tanya Pak Arsen guru bahasa indonesia.

"Belum pak," sahut Selin,  absensi kelas.

"Yasudah nggak apa-apa. Oh iya. Mela kamu kan saudaranya. Pasti kamu tau dong. Dia ijinnya kemana? Soalnya orang tuanya minta ijin pada pihak sekola soal urusan keluarga. Tapi Kenap bisa sampe lama gini yak. Sampe dua kali orang tuanya ngehubungin pihak sekolah untuk memperpanjang ijinnya? "

"Gak tau pak, "jawab Mela cuek.

Pak Arsen heran. "Kok bisa, bukannya Mili sering tinggal di rumah kamu yak,.?

"Bapak saya bilang gak tau berarti yak gak tau, jangan paksa dong." jawab Mela emosi. Guru ngeselin.

"Yasudah. Terima kasih Mela jawabannya." Pak Arsen menyudahi sesi pertanyaannya. Sepertinya Mela enggan berbicara tentang Mili-saudaranya.

Jessy mengusap tangan Mela. Dan, untungnya Mela mampu meredakan emosinya, jika tidak. Entah apa yang akan terjadi.

"Sabar Mel, jangan ngamuk, tahan dulu emosi lo. Nanti lo bisa di hukum. Pak Arsen kalo ngrhukum suka bikin ngeselin." ucap Jessy pelan.

CINTA Empat SEGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang