10

18 21 8
                                    

Keadaan Mela semakin hari semakin cuek. Marcho sampai merasa frustasi karena ia sangat sulit untuk bicara. Namun, Marcho tidak akan menyerah sebelum Mela memaafkannya.

Sebetulnya Mela hanya salah paham. Marcho berdekatan dengan Mili minggu lalu hanya tidak sengaja bertemu di taman.

"Mel lo yakin mau kaya gini sama Marcho. Gue liatnya kasian tau. Biasanya lo berdua nempel mulu. Lahh ini kek orang asing. Ayolah. Jangan gini, mungkin itu hanya salah paham." Sahut Jessy ketika mereka bertiga samapai di kantin.

"Gue juga gak mau lama-lama kaya gini. Cuman gak tau kenapa. Kalo dia lagi bareng si Mili gue cemburu nyampe mampus. Sebelumnya gue pernah ceritakan soal waktu Marcho sama Mili pegangan tangan di rumah gue. Sumpah ya, waktu itu gue mau nanya sama Marcho itu pegangan sengaja apa gak sengaja. Dan bodohnya gue, gue sampe sekarang belom nanya soal itu dan akhirnya kita marahan nyampe setengah bulan sampe detik ini. Dan gue sebenernya rindu sama dia. Kalian tau sendiri kemana-mana gue sama dia selalu bareng terus." Cerocos dan Curhat Mela dengan menggebu. Nisa dan Jessy mendengarkan dengan serius.

"Kalo menurut gue sih. Lo jangan emosian dan gak terlalu cemburuan lah. Lo denger dulu penjelasannya dia. Nah abis dengerin itu lo baru mutusin buat kedepannya gimana," nasihat Nisa. Meskipun ia otaknya otaknya agak gesrek tapi ia lumayan memahami apa masalah sahabatnya itu.

Jessy mengangguk setuju. "Nah gua setuju tuh apa kata si Nisa. Kan tumben setannya keponya jauh jadi otaknya berfungsi buat mikir."

Nisa mendengus. "Yee lo kira gue titisan setan kompleks yang kadang mampir kadang lewat."

"Lahh bukan gue lo yang bilang soal setan. Lo sendiri yang bilang lo titisan setan kompleks" Jessy cekikikan. Mela melongo melihat keduanya.

Ting-

Marcho :
Aku mau ngomong sama kamu di taman nanti setelah pulang sekolah. Itu terserah kamu mau apa enggak. Yang jelas kalo sampe gini mulu aku bisa nyerah Mel. Semua kesalahan bida di selesaikan. Aku mau ketemu kamu. Hanya sebentar. Hanya butuh sepuluh menit, itu udah cukup buat aku.

Love you. MelMotku :*

"Dari Marcho? " tanya Jessy. Mela menganggukkan kepalanya.

"Mending samperin aja dulu.  Kali aja lo cuman salah paham. Inget mumpung masih ada kesempatan" Lanjut Nisa.

'Bimbang' itulah yang di rasakan Mela saat ini. Jika ia mementingkan ego maka semua masalah akan semakin rumit.

***

"Maafin aku yang udah buat kamu marah. Jujur aja itu semua hanya salah paham Mel." ucap Marcho Lirih.  Mela yang mendengarkan setiap ucapan Marcho hanya diam.

Mereka sekarang berada di taman samping sekolah yang jaraknya tak jauh dari gerbang sekolah. Mela menghampiri Marcho dengan penuh perdebatan dengan sahabatnya Nisa dan Jessy. Karena bujuk rayu mereka akhirnya Mela mau menghampiri Marcho.

Marcho menghela nafas. "Sekarang terserah kamu,  mau percaya apa enggak."

Marcho menjelaskan kepada Mela bahwa semua itu hanya ketidak sengajaan. Mulai dari soal tangan di rumah Mela tempo waktu lalu.  Terus pertemuan mereka di taman kota.  Itu benar real ketidak sengajaan yang mutlak. Namun,  menjelaskan rupanya lebih sulit.

Ini bukan tentang ego pada diri Mela.  Namun ini hanya sebuah kepercayaan. Jika dalam hubungan tidak ada kepercayaan apakah itu bisa di hubungan.  Tentu'  jelas bukan.

Mela menghadap Marcho. "Iya. Aku maafin kamu kok. Boleh deket sama siapapun aku gak pernah ngelarang, asal tahu batesan aja. " Marcho mengangguk, seraya memegang kedua tangan Mela.

"Ini kali pun pertama kita marahan terlama dalam hubungan kita. Semoga kedepannya gak ada masalah salah paham begini". Kata Marcho.

"Yaudah. Ayok kita ke kantin, kamu belum makankan? "tanya Marcho.

Mereka berjalan menuju ke arah kantin. Pemandangan seperti ini sudah lama tak terlihat. Namun, kini kembali seperti semula. Marcho telah mengakui kesalahannya, dan Mela mau memaafkan Marcho. Tak ada hubungan yang selalu lurus. Di setiap masalah pasti ada jalan atau cara menyelesaikan dengan kepala dingin.

***

"Udah beres." tanya Marcho ketika melihat Mela di depan pintu kelasnya.
"Udah. "

"Ciee udah baikan nih ceritanya." sindir Jessy. Mela menyenggol lengan Jessy.

"Yaudin kalo gini jadinya. Mela gak bakalan pake acara galon-galonan alalayay lagi.  Gue doain moga ke pelaminan ajalah lo berdua. Pusing gue liatnya kalo udah berantem kaya kemarin. Oke gue sama Jessy pamit dah. " seru Nisa. Lalu menarik Jessy di hadapan Mela dan Marcho.

"Oke. Thenks Nis buat doanya. Mudah-mudahan juga di beri cepet dapet momongan. Hahahaa. " sahut Mela di sertai tawa.

"Yeeee..  Itu sih lo nya aja yang kebelet kawin. Tuh Mar ngodein tuh cewek lo. Katanya pengin dapet anak dari lo. " sahut Nisa di sertai tawa cekikikan.

"Udah ahh.  Lo berdua gak pada bener. Mending cepet keluar lo dari muka bumi ini. Nanti cewek gue tambah gak bener. " usir Marcho.

"Dihh ngusir. Yaudin.  Yok Niss kita pulang takut ada monster lalat di depan kita." jawab Nisa kesal. Jessy hanyabm mengikuti Nisa karena tangannya sudahndi tarik.

"Kamu sih ah. Dasar.  Yaudah ayok kita pulang atau mau kemana dulu?" ajak dan tanya Mela.

"Pacaran dulu deh kayanya. Udah lama gak jalan berduaan selama dua minggu."

"Ke taman aja gimana?  Aku pengen es krim yang ukuran paling besar. Itung-itung permintaan maaf dari kamu. Maukan? "

"Oke gak masalah semala istri Mela mau suami Marcho laksanakan." ucap Marcho dengan menurunkan alis sebelah kanan ke atas.

"Gombal.  Dasar.  Anaknya siapa sih udah berani gini sekarang mah. " ucap Mela di dengan disertai senyuman lebar khas-nya.

"Yang jelas mah anaknya oranglah. " tawa Marcho dan mendapatk cubitan pinggang dari Mela.

"Ehh Mili. Udah mau pulang nih. " tanya Marcho ke Mili ketika Milo keluar dari kelasnya yang dengan pacarnya Mela. Dan seketika itu pula senyum yang ada di wajah Mela perlahan luntur. Digantikan dengan senyuman sinis yang di layangkan pada sepupunya-Mili.

Mela bisa memaafkannya.  Namun ia melihat sesuatu yang tidak seharusnya dan tak harus muncul. Mela menemukan bukti yang kuat terhadap Mili.

"Udah. Ini mau pulang. Aku duluan ya, " jawab Mili ketika di depan Marcho.

"Oke.  Hati-hati yak. Kakak gue kayakya udah di depan. Diakan orangnya malesan. Jadi harus banyak sabar aja ngadepin dia. "

"Iya makasih." kata Mili seraya memberikan senyumanannya. Camkan 'senyuman'.

Mili sengaja memberikan senyum terbaiknya di hadapan Marcho. Ia juga tahu ada sepasang mata yang memberikan tatapan tak suka dan wajah sinisnya. Namun ia mengabaikannya.  Meskipun itun adalah sepupu dekatnya sendiri.

Setelah itu Mili bergegas pergi meninggalkan kedua pasangan itu.

"Udahkan. Kita pergi sekarang aja yuk.  Udah sepi kok.  Jadi pas di parkirannya udah lenggang." ajak Marcho. Dan Mela mengikutinya di belakang.

'peperangan antara hati dimulai'.....

***

Makinn Gaje....

Muahhh buat yang baca.....

See you...

CINTA Empat SEGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang