Marcho merasa frustasi atas Mela, yang selalu menghindarinya. Marcho menghela nafas sejenak untuk melonggarkan tenggorokan yang terasa sesak memikirkan Mela yang selalu menghindari kontak secara langsung ketika di sekolah maunpun di rumahnya.
Sudah seminggi ini, ia sangat rindu dengan rengekkan Mela. Biasanya sehabis pulang sekolah ia di pinta Mela untuk membelikannya es krim dengan ukuran jumbo super besar. Meskipun Marcho selalu melarangnya untuk tidak terlalu memakan es krim. Namun apa daya Mela akan merengek minta di belikan. Jika tidak ia akan di diamkan selama beberapa hari. Dan itu sangat menakutkan, contohnya seperti sekarang.
Marcho yang merasa rindu. Ia menjalankan mobilnya membelahh jalan raya yang padat dengan kendaran roda dua dan roda empat. Marcho menuju toko es krim di taman yang biasa ia kunjungi untuk membelikan Mela es krim. Sungguh ia sangat rindu.
Ketika berjalan menyusuri jalan ia melihat siluet Mili duduk dengan memegan gula kapas berwarna pink yang di makannya.
"Cewek sendirian aja. Boleh duduk gak?" Ujar Marcho seraya duduk di sebelah kiri Mili.
Mili terkejut dengan kehadiran Marcho yang sedang duduk di sebelahnya.
"Lagi apa disini?" Tanya Mili. "Mana Mela?" Tanyanya kembali.
"Lagi jalan-jalan aja sendiri. Mela. gak tahu," jawabnya dengan sekali jawaban.
"Oh. Aku kira lagi jalan bareng Mela."
"Enggak. Lagi gak bareng aja kok, Oh iya katanya kakak gue besok atau lusa udah balik kok. Lo udah di kasih tau belum sama dia,"
"Enggak. Paling nanti juga dia kabarin," jawab Mili lalu kembali ke aktivitasnya kembali memakan gula kapas.
"Enak bener makannya. Gue minta dong. Boleh kan. Sama calon ade ipar gak boleh pelit." Ujar Marcho. Dan tangannya langsung mengambil gula kapas yang berada di tangan Mili.
"Dasar,"
"Gapapa kali yakan. Hehehee,"
Lalu mereka memakan gula kapas itu bersama-sama. Dan Marcho selalu melontarkan candaannya pada Mili. Hingga membuat Mili menampilkan tawa dan senyumnya. Hingga membuat Marcho terpana untuk yang ke-dua kalinya.
"Lo manis kalo lagi senyum," jawab Marcho tiba-tiba.
"Apa? Tadi kamu bilang apa," tanya Mili. Ia sebenarnya mendengar apa yang di katakan Marcho padanya. Namun, ia hanya ingin memastikan bahwa itu benar.
"Gak ada replay atau pengulangan. Udahlah gak usah di bahas apa yang tadi gue ucapin," kilah Marcho.
Mili berpikir bahwa yang ia dengar barusan seperti ada ribuah angin yang memasok indra penghirupannya. Sehingga serasa menyejukan di lubuk hatinya.
***
Sedangkan di tempat lain. Mela dan Rama berada di super marker membeli bahan makanan dan isi kulkasnya. Mereka ditugaskan Lina untuk membeli keperluan dapur dan isinya.
Setelah dirasa semuanya sudah cukup dan sesuai yang si catat oleh mamanya ia kekasir membayar semua belanjaan ini, yang mencakup dua troli yang di dorong oleh mereka satu-satu.
"Kak abis ini. Aku mau ke taman, pengen beli es krim yang ada di taman. Sekalian jalan-jalan lah. Tapi aku kabarin mama dulu. Kakak yang ke kasir duluan ya. Sekalian dorong punya aku," setelah mengucapkan itu. Mela langsung melesar ke arah toilet dan menelephone mamanya memberitahukanbahwa ia dan kakaknya akan pulang telat.
"Dasar gak tahu diri. Maen perintah aja," dengus Rama kesal. Namun begitu ia tetap melakukan apa yang di katakan Mela padanya.
"Kak kita jalan-jalan aja dulu disini. Aku bosen kalo di rumah terus."
"Iya. Kita cari tempat buat duduk aja dulu."
Setelah tadi berbelanja di super market. Mereka langsung menuju taman yang dekat dengan jarak rumah mereka.
Mela sangat suka dengan es krim rasa vanila. Ia terus manatap es krim yang ada di gengaman tangannya secara memikirkan Marcho. Biasanya ia selalu merengek minta di belikan. Namun, satu minggu sekarang ia tidak bertegur sapa bahka ia mengabaikan puluhan chat yang berasal dari pacarnya itu. Ia masih kecewa dengan kejadian tempo lalu.
"Ye bengong aja lo. Lagi mikiran pacar lo ya," tanya Rama. Mela mengangguk tanpa menjawabpun Rama pasti mengerti tendang kadaan hubungan adiknya itu.
"Ya udah. Yok kita duduk di sebelah poho itu biar adem," ajak Rama. Mela hanya mengokorinya saja.
Namun, beberapa langkah lagi mereka sampai di tempat duduk yang di tunjukan Rama. Mela mematung. Badanyya sangat
Sulit untuk di gerakkan. Ia melihat pemandangan yang membuatnya sesak. Seakan dunia akan runtuh untuk yang kedua kalinya. Rama melihat ke arah yang sama.TEGH...
Mela manahan air matanya agar tidak keluar. Namun, semuanya terlambat air matanya mengalir begitu saja tanpa permisi pada sang empu mata.
"Kak ayo kita pulang. Sebelum mereka liat kita," ajak Mela manarik tangan Rama menuju mobil. Namun sayang Marcho melihat Mela pergi berlari. Rama yang melihat Marcho menampilkan muka datat tanpa ekpresi sedikitpun.
Mili menengok ke arah yang di pandangi Marcho. Dan ia terkejut. Rama disana berdiri menampilkan wajahnya sangat datar.
Marcho mengejar Mela. Setelah tersadar dari keterkejutannya. Namun sayang, jarak ia dan Mela cukup jauh. Hingga Rama langsung menancap gas menjauh. Meninggalkan parkiran taman.
Lagi-lagi ia membuat kesalahan. Marcho sempat terdiam. Ketika ia ingat disaat sebelum ia berdiri. Ia mwlihat air mata gadis yang ia sayangi menangis. Ia sempat melihat air mata Mela di pelupuk mata Mela ketika, sebelum Mela berlari pergi.
Ting..
Marcho :
Mel Ini hanya salah paham. Percayalah. Aku gak tau harus gimana lagi. Yang jelas ini gak seperti yang kamu kira. Sayang maafin aku. Aki rindu kamu. Love you Melmotku sayang.Dan Mela menitikan air mata ketika ia membaca pesan dari Marcho. Rama yang berada di sampingnya hanya diam menurut Rama. Mela butuh sendiri. Jika ia menanyakan apa yang terjadi pasti Mela tidak akan ceria. Jadi hanya waktu yang menjawab semua pertanyaan yang bersarang di otak Rama.
***
Sampai jumpa di part selanjutnya..
Muahh buat yang bacaa...
See you ...
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA Empat SEGI
RandomIni khusus orang-orang kepo. Ini hanya cerita fiksi yang menyajikan cerita berbeda dari yang lain. so, buka aja. Terima kasih ^^