Seketika pula Mili mengingat kejadian kemarin di saat ia melihat kebahagiaan kebersamaan Mela dan Marcho. Setelah beberapa lama mereka tak terlihat bersama. Mereka kemarin kembali bersama sama.
Sungguh ia tak ingin memiliki perasaan salah ini. Ia juga tak ingin mengkhianati cinta Marvho padanya. Namun yang namanya juga cinta. Tak ada yang bisa mengelak jika hal itu datang. Cinta tak mengenal tempat dan situasi. Sungguh Mili membenci hal itu.
"Kenapa? Ngelamun?" Tanya Marvho. Mereka sekarang berada di Apart tempat Marvho tinggal.
Marvho lebih memilih tinggal sendirian ketimbang pulang ke rumah yang di isi oleh kedua orang tuanya dan Marcho adiknya. Karena bagi Marvho pisah seperti ini cukup nyaman.
"Gakpapah. Aku pengen pulang."
"Oke. Bentar lagi aku anterin kamu sebelum ini kertas ini aku tanda tanganin." Kata Marvho. Dengan mengusap puncak kepala Mili.
"Iya. Aku minum yak jusnya." Ujar Mili. Lalu menyeruput jus yang berada di tangganya. Marvho hanya berdehem.
Tingnong.. ( anggep aja suara bell yak).
"Biar aku aja yang buka."
Mili langsung beranjak ke pintu untuk membukakan. Siapa gerangan yang datang ke apart Marvho. Karena seratahunya. Sangat jarang orang bertamu kepada Marvho. Selain orang terdekatnya.
Setelah Mili membuka pintu. Munculah orang yang selalu hadir di pikiran Mili. Ia datang tak sendiri melainkan berdua dengan pacarnya. Siapa lagi kalo bukan Mela.
Hubungan mereka berdua belakangan ini tampak jauh dan renggang. Namun, tidak ada orang yang menyadarinya. Selain mereka berdua.
"Hai. Kakak gue ada Mil. Lo lagi nganjang yak. Berduaan di Apart. Awas loh kebablasan." Ujar Marcho. Langsung masuk setelah berbicara seperti itu. Mela langsung melengos tanpa mau melihat ke arah Mili sedikitpun. Sunggu Mela sangat kecewa terhadap Mili.
"Heh. Kata Mama lo kapan balik. Ehh btw ada makanan gak di kulkas lo. Laper gue," seru Marcho langsung pergi ke arah dapur ketika melihat Marvho kakaknya berada di ruang tengah.
"Gila. Cuman ada snak doang ama minuman jus. Lo lagi diet."
"Berisik. Kalo laper ya makan. Bukan ngemil."
"Yudah gue keluar bentaran dah. Nitip cewek gue dulu yak."pamit Marcho. "Mel aku keluar bentaran yak. Mau beli makanan. Aku kira disini banyak makanan gak taunya isinya cuman air warna warni doang." Sambung Marcho. Ketika berada di depan Mela. Mela langsung duduk dan mengangguk tanpa mau bicara lagi
"Ehh. Lo mau keluar." Tanya Marvho memandang ke Marcho.
Marcho menolwh ke orang yang memamnggilnya. "Iya. Apa? Mau nitip."
"Enggak. Bentaran. Tunggu dulu," Marvho langsung beralih menatap Mili. "Kamu beneran mau pulang. Kayaknya aku bakalan lama deh ngurusin berkasnya. Abisini langsung ngetik. Jadi, gimana kalo kamu di anterin Marcho aja. Kan di belokan tinggal lurus aja. Abis itu rumah kamu," ucap Marvho.
"Ohh. Jadi cewek lo mau nebeng gituh. Okelah gakpapah. Sekalian gue juga mau beli mie ayam yang di peremapat itu. Katanya enak sih," sambung Marcho.
"Boleh. Aku pulang." Tanya Mili.
"Boleh. Ati-atinya. Salamin buat Mama kamu. Aku gak bisa nganter."
"Iya. Gakpapah. Aku pulang yak. Dah,"
Setelah itu mereka berdua langsung pergi meninggalkan kediaman Marvho.
Seseorang tengah menahan nafasnya. Lantaran kesal karena pacarnya. Tanpa pikir panjang langsung mengiyakan membawa cewek itu. Rasanya Mela ingin melempar sepatunya ke wajah sok polos itu ke sepupunya.
"Ehh. Mau minum Mel?" Tanya Marvho dikala ia sadar bahwa masih ada orang di ruangan itu.
"Boleh." Sahutnya.
"Oke. Tunggu bentar. Di ambilin dulu." Ujar Marvho. Ia langsung bergegas pergi menuju dapur mengambil air minum di kulkasnya. Yang semuanya hampir di isi oleh sirup dan minuman kaleng.
Lalu Marvho menaruh minuman dan snak sedikit di meja di hadapan Marvho.
"Makasih. Oh iya boleh tanya gak?" Tanya Mela. Meskipun agak canggung sedikit.
"Apa?"
Mela sebenarnya ragu menanyakan ini. "Soal di rumah gue. Waktu hari minggu lalu. Lo liat gak tangan itu-tuh." Nunduk Mela. Sumpah ini suasa serasa mencekam menurut Mela.
"Iya tahu." Jawabnya cuek.
"Lo gak ngerasa ada yang beda gitu sama cewek lo. Lo gak tahu gimana gue sama dia
Sekarang ya. Dia berubah. Kita jarang main bareng lagi. Dia selau ngintilin elo. Punya banyak alasan kalo diajak Nisa sama si Jessy. Lo kok gak peka sih." Gerutu Mela menggebu. Berbicara panjang lebar seraya mencak-mencak gak jelas.
"Iya. Gue sadar. Makanya sekang gue lagi berusaha buat gak kejadian." Jawab Marvho. Langsung membenarkan posisi duduknya.
"Kayaknya telat deh. Udah beberapa kali gue liat mereka bareng. Ini aja gue baru akur sama adek lo. Katanya salah paham doang. Cumankan pas gue liat beda sama yang katanya 'Salah Paham'," cicit Mela menunduk.
"Terus gimana lagi?. Cewek gue kayaknya udah mulai ragu sama gue. Terus setiap kali kita ngumpul. Dia selalu ngeliatin cowok lo." Lirih Marvho. Ia sebenarnya selalu memperhatikan Mili. Dan Mili selalu memandang Marcho dengan cara yang berbeda. Meskipun disana ada Mela.
"Kayaknya. Kita tinggal liat kedepanya aja gimana?. Kalo boleh jujur. Mili kalo lagi di tempat bareng gue. Dia selalu pura-pura gak liat gue." Lanjut Mela tak kalah lirih.
"Oke. Kita liat aja nanti. Kita harus siap-siap patah hati." Lanjut Marvho mengalihkan pandangannya ke bawah. Sungguh demi apapun ia sangat menyanyangi Mili lebih dari apapun. Namun jika demi kebagiaannya ia harus rela merelakannya pergi.
"Ini gak adil Marvho. Lo harus tegas dong. Lo sih enak cowok. Lah gue cewek. Cewek sama cowok proses move on nya bedaa. Lo harus paham dong." Mela merintih seraya menunduk. Matanya berkaca-kaca. Ia lelah, ia takut. Sungguh, ia sangat takut bila Marcho meninggalnya. Ia belum 'sangat' tak rela.
Marvho menghelas nafas. Ia ingin tegas. Tapi jika hati dan pikiran tak sejalan kemana raga harus menuruti.
***
Miss you All. . .
AKU TAU CERITA INI MAKIN GAKJELAS. TAPI GAK TAU KENAPA PENGEN LANJUTIN AJA SAMPE ENDING. MESKIPUN TANDA BACA SAMA TYPO BANYA. NANTI AKU BAKAL REVISI KOK. CERITA INI AKU JAMIN ENDINGNYA GAK KETEBAK. AKU JUGA GAK YAKIN SIH?
KARENA CERITA INI BERDIRI SESUAI IMAJINASIKU YANG KADANG DATANG KADANG PERGI.ITU AJA SIH CURHATANNYA.
MUAH BUAT BACA. .
see You All...
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA Empat SEGI
RandomIni khusus orang-orang kepo. Ini hanya cerita fiksi yang menyajikan cerita berbeda dari yang lain. so, buka aja. Terima kasih ^^