08

23 27 7
                                    

"MELAaaaa !"

Suara nyaring itu menggema di kamar Mela. Lina dengan sengaja berteriak nyaring agar anaknya bisa terusik dengan suaranyanya. Namun sayang bukan Mela namanya jika dibangunkan dengan suara bisa langsung bangun.

"Oke sayang. Kalo kamu gak bangun dalam 2 menit. Kamu bakal di turunin uang jajan kamu selama satu minggu. Gimana sayang?" Ucap Lina dengan lembut tepat di telingan Mela.

"Kok ada suara setan sih." Gumam Mela di tidurnya sambil mengucek matanya.

"Oh.. Jadi kamu kira mama setan ya. Sampe suara mamanya aja kaya setan. Kalo mamam setan kamu apa? Mba kunti. Gitu,"

DEGH....!!

Mata Mela langsung terbuka lebar. Melihat sekeliling kamarnya. Hingga ia menemukan Lina mamanya tepat berada di sebelahnya. Dengan cengengesan dan tampang polosnya Mela tersenyum kikuk. Lalu ngibrit pergi ke kamar mandi karena pasti ia akan mendapat teriakan lebih dari sebelumnya. sejujurnya. Mela sudah bangun. Namun, matanya sangat sulit untuk terbuka.

"MELAAAAAAAA MAMA BELUM SELESAI!!" teriak Lina kembali dengan naik beberapa oktaf suaranya. Hingga terdengar ke rumah tetangganya, mungkin.

Seperti yang Mela duga. Mamanya kembali berteriak lebih dari sebelumnya, bahkan mengalahkan suara sound system.

"Pagii semua." Sapa Mela ketika berada di meja makan. Semuanya menengok. Dengan tampang berbeda. Papanya Brata hanya menganggukkan kepala. Rama kakaknya senyum dan membalas sapaan yang di lontarkan Mela. Sedangkan Lina ia menampilkan wajah horornya.

"Viss ma. Aku tadi gak sengaja bilang gitu. Hehehe,"  kata Mela nyengir. Lalu duduk di sebelah Rama.

"Terserah kamu Mel. Oh ia. Tadi Mili telpon mama katanya dia gak ada yang jemput." Ucap Lina dengan memberitahukan perihat tadi anak adiknya meneleponnya. Ia sebenernya hanya berpura-pura.

Tinn....

"Tuh pacar kamu udah nyusul. Cepetan makannya," titah Lina.

"Biarin aja ma. Aku hari ini mau bareng kak Rama aja." Jawab Mela tetap fokus pada makanannya. Sedangkan yang lainnya saling mentap. Rama yang di tatap oleh kedua orang tuanya mengangkat bahu, bahwa ia juga tak tahu apa penyebab adiknya bersikap begitu.

"Dek berangkat yuk." Ajak Rama. Mela mangangguk. Lalu menyalami kedua orang tuanya.

Setelah sampai di ambang pintu. Ia melihat seorang bersandar pada tiang rumah. Lengan di masukanna ke saku celana putih abunya.

Marcho menatap Mela dengan penuh penyesalan. Sedangkan Mela hanya acuh. Tanpa berekspresi.

"Aku mau bareng kak Rama. Udah lama jarang berangkat bersama. Kamu jemput aja Mili. Tadi dia telephone ke mama suruh kamu jemput dia." Ucap Mela ketus.

"Plis. Aku mau bicara sebentar aja Mel." pinta Marcho dengan wajah melas.

"Aku lagi butuh buat sendiri dulu. Udah ya, kamu jemput aja dia. Keburu telat masuk sekolah, bye," pamit Mela. Ia berlalu saja tanpa menghiraukan teriaka Marcho. Rama hanya menepuk pundak Marcho lalu berjalan ke arah mobil yang sudah Mela tumpangi.

***

Sesampainya di sekolah. Mela memasuki kelasnya dengan tampang lesu seperti tak ada gairah.

"Hey bebeb kenapa lo. Diem diem bae kek orang kesambet jin iprit aja."

"Njess. Ngagetin aja lo dasar." Sentak Mela terkejut. Jessy hanya nyengir tanpa dosa. Dengan pedenya ia langsung duduk si sebelah Mela.

"Jess lo duduk sama gue dulu ya. Lagi males gue duduk bareng Mili,"

"Tumben lo. Biasanya anteng sama Mili,"

"Gak tahu lagi males aja."

"Haa gaes. Lah Jess lo kok bareng si Mela. Biasanya tuh anak sama si Mili," tanya Nisa ketika tiba diambang pintu lalu berjalan ke arah tempat duduknya berada tepat di depan meja Mela dan Jessy duduki.

"Gak tau, gue di suruh sama si Mela duduk sini. Ya gue mah setuju-setuju aja. Kan sekarang pelajaran sejarah tuh. Kan, si Mela mah demen banget ama yang namanya masalalu. Jadi, gue bisa pinjem bukunya bisa duluan. Hehehe,"  kata Jessy nyengir.

"Ya udin. Gimana kalian aja. Yang penting dapet contekan dah. Hahaa," tawa Nisa.

Mela menatap malas kedua sahabatnya yang kompak dengan yang namanya dengan contek menyontek. Mereka punya moto yaitu 'susah senang harus bareng, biar adil'.
"Ehh Mel, gue tadi liat di parkiran si Marcho bareng pacar lo deh berangkatnya." Ucap Nisa tiba-tiba.

"Iya gue tahu," jawab Mela lesu. Jessy dan Nisa saling memandang. Dan mengakat bahu secara
Bersamaan.

"Kenapa sih Mel. Kok aneh gini sih jadinya," tanya Nisa yang sifat keponya muncul kembali.

"Gak tau," jawab Mela lebih lemas dari sebelumnya.

"Yeh lo mah. Kepo gue," Nisa kembali merengut. Jika sudah kepo maka ia akan terus menggali informasi yang belum ia ketahui.

"Nanti aja gue ceritanya," putus Mela akhirnya. Karena ia sudah melas mendengar rengekan Nisa dan Jessy yang terus memaksanya bercerita.

Setelah menempuh pelajaran sekitar kurang lebih dua jam setengah. Bel istirahat di bunyikan.  Menandakan jam pelajaran barakhir digantikan dengan istirahat.

"Hehh borow.. Lo ngapain udah di kantin. Lo juga bolos.  Awas siap-siap di omelin pak kades loh. " ucap Derry ke Marcho. 

"Lo kira ini kecamatan bego. Si Derry makin hari kudu di rukiyah ni bocah. Gemes gue kalo dia ngomong gak jelas pen gue tabok dahh." Ucap Vian dengan santai seraya duduk di sebelah Marcho.

"Tumben lo ngomong bener Yan.  Ehh btw anak gadis tetangga lo udah dapet belom?" tanya Derry. Karena menurut Derry Vian playboy kelas cap badak yang hampir setiap minggunya ganti pasangan. Entah di koleksi atau sekedar mencari sensasi.

"Belom. Tuhh cewek pen gue bejek dah.  Susah banget di dapetin.  Pan kalo dia jadi pacar gue mayan tuh, kan dia pinter terus gue bisa suruh dia buat ngerjain semua tugas gue. "

"Emang ya.  Lo itu bego nya gak ketulungan ya, sampe nyari cewek buat di manfaatin?"

"Yaadong.  Orang ganteng mah bebas," jawab Vian santai.

"Brisik dah lo pada.  Gak tau gue lagi pusing mikiran cewek gue ngambek," dengus Marcho. Kedua temannya saling pandang dan mengerutkan keningnya.

"Oh.  Pantesan lo gak ke kelasnyaa si Mela.  Jadi ini toh, lagi pada ngambekan. Biasanyakan lo berdua kek perangko selalu barengan terus. Ampe kita aja lo lupain," kata Derry serius.

"Emang apa masalahnya. Kan setahu gue si Mela itu orangnya gak terlalu ribet dalam berbagai hal, dia orangnya nya fine-fine aja.  Atau jangan-jangan elo yak yang buat di ngambek? " tanya Vian.

"Dia liat gue sama si Mili di taman. " jawab Marcho.

"Kok bisa-bisanya bareng sama pacar kakak lo?.  Atau lo main jalan belakang ya? " tanya Vian kembali.

"Enggak lah bego. Gue tuh cinta ampe mampus sama Mela."

"Ya kali aja. Lo belok gituh"

"Si Vian dari tadi pertanyaannya kek ambigu gituh sih. Udah lah lo berdua cekcotnya kek cewek aja.  Mending kita makan biar kenyangm terutama untuk Marcho.  Lo harus makan banyak biar kuat ngadepin Mela yang lagi pms." ujar Derry bermaksud melerai mereka.

Marcho menjitak kepala Derry lumayan keras. Hingga sang mpu merasa kesakitan. Sedangkan Vian hanya acuh saja.  Karena jika ikutan bisa jadi abu aspal dijalan.

***

Sampai jumpa di part selanjutnya..
Ini part kayaknya melenceng dehh..  Wkwkwk...

Muahh buat yang baca..

See you ...

CINTA Empat SEGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang