19

11 4 0
                                    

Holla guys!!

Happy Reading...

***

"Marvho, gue mau minta maaf. Harusnya gak kaya gini. Karena karena kelakuan gue, gue kehilangan cewek yang gue sayang. Gue ngejar dia dari pertama kita masuk sekolah SMA. Pas udah bareng ehh gue ngelakuin kesalahan. Gue juga banyak salah sama lo. Karena kebodohan gue. Lo juga kehilangan Mili. Seharusnya kemarin gue gak bareng sama dia, tapi gue gak bisa liat orang kesepian."

"Gue nyesel. Mela cewek terbaik yang pernah gue kenal. Dia gak ngekang gue, gak pernah bikin gue kesel,  gak pernah neko-neko. Dia ya dia, sederhana. Gue gak pernah bikin dia nangis, sekalinya bikin dia nangis, gue kehilangan dia. Gue juga selama deket sama Mili gak ada persaan apapun. Karena gue nganggep dia gak lebih dari sekedar temen,  sekaligus pacar dari kakak gue. Tapi gue gak tahu kalo dia punya perasaan lebih ke gue. Bahkan sampe gue denger kalo dia mutusin lo, bertepatan sehari setelah gue putus sama Mela." Marcho meneteskan air mata. Bukan ia lebay atau apapun. Ketahuilah lelaki juga kadang menggunakan hati, tidak selalu menggunakan logika. Buat para cewek, cowok kalo sampai mengeluarkan air mata bertanda ia sangat mencintai orang yang ia sayang.

"Udah terjadi, mereka telah memilih jalan sendiri-sendiri." sahut Marvho. Mereka berada di Apartemen Marvho. Sesuai dengan keinginan Marcho. Jika ia ingin mengobrol berdua seusai sekolah tadi.

Marcho menghela nafas sejenak. Sungguh ini beban berat. Meskipun ino bukan kali pertama ia putus denngan seorang cewek tapi ini berbeda.

"Lo bener. Mela pergi karena kecewa, Mili mutusin lo karena hatinya. Gue nyesel karena kehilangan Mela. Dan lo, kenapa lo biarin Mili mutusin lo. Tanpa minta penjelasan. Meskipun lo tahu apa itu. Tapi setidaknya lo harus tau kenpa dia sampe kayak gitu."

"Mungkin bukan jodoh, kehilangan bukan berarti meninggalkan kan, masih ada waktu untuk memperbaiki." ujar Marvho dengan membenarkan letak kaca matanya.

"Gue juga mau berjuang untuk kedua kalinya biar bisa balik lagi sama Mela. Tapi gue tahu bakalan lebih susah dan rumit. Cewek itu beda sama kita. Tapi bentar lagi kita kelas 12. Lo kuliah di luar negeri, sesuai keinginan orang tua kita."

"Bener,"

"Gue nginep disini yak. Pinjem baju lo. Kamar sebelah bersihkan? "

"Iya."

Ting..

Tiba-tiba terdengar bunyi dari ponsel Marvho.

Mela:
Lagi dimana?  Sibuk gak? Ke pasae malem yuk!  Bete pengen halan-halan. Kali aja lo mau ngajak. Kakak gue lagi pergi sama temennya. Di rumah gak ada siapa-siapa.  Plis mau ya. Cukup bilang Iya. Oke. Maacih. Gue tunggu di rumah ya,  sekarang thnk u.

Marvho mengernyitkan dahinya. Tidak biasanya Mela memeberinya chat seperti itu.

To:
Otw.

Marvho kaget dengan balasannya. Ia refleks melakukan itu. Ia melihat ke arah Marcho yang bingung di tatap seperti itu.

"Kenpa? " tanyanya heran.

"Gak, gue pergi." pamit Marvho langsung bergegas mengambil jaket dekat sofa yang menggantung.

"Tumben, bukannya lo jomblo. Derry sama si Vian mereka juga lagi pada ngerem di rumah. Terus lo mau kemana? " ucap Marcho beruntun.

"Pergi dulu. " pamit Marvho tanpa menghiraukan ke anehan Marcho.

Sesampai di tempat kediaman Mela. Marvho memencet klakson mobil sekali. Tanpa menunggu lama Mela langsung muncul di gerbangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA Empat SEGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang