• Enam

9 5 0
                                    

Author POV

Mila tidak mengeluarkan suara sepanjang perjalanan ke kelas. Ia hanya berjalan cepat menyimbangi langkahnya agar sesuai dengan Dinda. Mila sangat terkejut, setelah sekian lama bersahabat dengan Dinda, baru kali ini cewek itu menunjukan bahwa ia punya sisi seperti itu juga. Dinda berhenti dan menoleh ke belakang, menatap Mila dengan bingung.

"Kamu kenapa Mila?"

"Hah? Eh, engga. Ayo jalan bentar lagi masuk,"

Dinda mengangguk dan mensejajarkan langkahnya dengan Mila.

"Kenapa? Kaget ya aku kaya tadi?" Dinda sangat peka rupanya. Mila menoleh dan mengangguk.

"Iya, kaya bukan lo,"

"Haha, akting aku bagus kan?" Jatanya smbil tertawa geli. Mila menghela nafas, hanya akting.

"Kenapa gak jadi aktris aja?"

Dinda hanya mengendikan bahunya tak ingin menjawab. Mereka berjalan bersama menuju kelas. Bertepatan dengan bel masuk yang berbunyi. Ternyata jam ini tidak ada gurunya, tentu saja semua siswa sangat senang.

"Temen - temen minta perhatiannya, karena sekarang gurunya ngga ada gimana kalo kita manfaatin waktu ini buat latihan lomba jeda semester sesuai lomba kalian," usul Rizal.

"Setuju! Setuju banget! Yaudah kalo gitu aku keluar ya Ijal, mau latihan dadah," ucap Dinda riang.

Jujur saja, sebenarnya ia sedang tidak mood dikelas. Akhirnya ia memilih keluar dan meinggalkan Mila yang sedang latihan debat bersama Sela dan Putri. Dinda melangkahkan kakinya memasuki ruang musik lagi. Ternyata disana tidak kosong. Ada Lintang yang sedang tidur di sofa yang memang disediakan di ruang musik.

"Yah, ada orang. Aku balik lagi aja deh," gumamnya.

"Ngga usah, masuk aja. Anggep aja gue ngga ada," Dinda terkejut. Mata Lintang masih terpejam tapi ia mendengar bahkan menjawab gumamannya.

"Eh? Kamu kalo sakit ke uks aja, jangan tidur di sofa nanti sakit badan,"

"Hm,"

Dinda tidak menghiraukan Lintang lagi setelahnya, ia mendekat ke grand piano ia langsung menepatkan dirinya dengan nyaman. Kemarin, saat sedang iseng membuka instagram, ia menemukan satu lagu yang sangat menyentuh.

Ia memencet tuts demi tuts dengan perlahan. Intro lagu Don't comeback dari Heize pun terdengar. Lintang yang masih disitu merasa asing dengan lagunya dan memperhatikan Dinda yang sekarang sedang mulai bernyanyi, suaranya sangat merdu.

Walaupun Ia bernyanyi lagu dengan bahasa korea yang Lintang tidak mengerti tapi Lintang tetap menikmatinya. Dinda menyanyi seolah menyatu dengan lagu itu dan penghayatannya serta feel dari tersebut terbawa.

Dinda mengakhiri permainan pianonya dengan nada yang sangat manis. Ia tersenyum senang karena bisa membawakan lagu tersebut.

"Gimana? Bagus kan?" ucapnya percaya diri.

Lintang hanya diam. Ia tidak menjawab Dinda. Cewek itu mendekat ke arah Lintang yang sedang menatapnya. Mengambil posisi di sebelah Lintang, ia lalu menempelkan tangannya pada dahi Lintang.

"Kamu anget. Sakit ya? Ayo ke uks, aku tuh selalu bingung sama kamu, kenapa sih ngga pernah ngomong? Lagi sakit gigi juga ya?" wajah Dinda menunjukan ekspresi cemas bercampur bingung yang membuat Lintang justru terkekeh.

"kok malah ketawa? Ih sakit beneran sih inimah, ayo ke uks," Dinda menarik lengan Lintang tapi tidk berhasil karena Lintang terlalu berat.

Bukannya menarik Lintang malah ia yang tertarik saat Lintang menarik lengannya yang dipegang Dinda sehingga membuat cewek itu berlabik dan duduk lagi di sofa. Lintang mencubit hidung Dinda gemas.

"Lo lucu, gue emang sakit tapi nggak mau ke uks. Makannya lo disini aja, temani gue," Lagi, Lintang menaruh kepalnya di paha Dinda membuat cewek itu terkejut.

Dinda diam, ada sensasi aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Pipinya memanas dan darahnya berdesir. Jantungnya bekerja dua kali lebih cepat.

"Kenapa?" tanya Lintang.

"Ah engga kok,"

"Kenapa bisa ada urusan sama Sherly?"

"Oh, aku juga nggak tahu. Tiba - tiba dia datang terus marah - marah. Gak jelas,"

"Lain kali kalo dia gitu lagi bilang sama gue,"

Lintang mengambil lengan Dinda dan menggenggamnya. Dinda takut, takut perasaan yang baru saja hadir ada dirinya. Ini pertama kali untuknya.

"Gue ngga pernah senyaman ini sebelumnya," kata Lintang sambil terpenjam.

"Aku juga, rasanya aneh. Kaya ada kupu - kupu terbang di perutku,"

Lintang menatap Dinda dalam. Cewek itu benar - benar polos, dia mengatakan apa yang dia rasakan langung pada Lintang. Lintang tersenyum membuat Dinda juga ikut tersenyum.

"kalo kamu senyum gitu kan ganteng,"

Lintang semakin tersenyum. Ia bangun dan duduk. Mengusap kepala Dinda pelan.

"Gue ke kelas dulu," katanya lalu pergi.

Dinda tak bisa menghilangkan senyumnya selama kembali ke kelas. Walau memang seperti biasa ia selalu tersenyum, Mila menyadari ada yang beda dari artinya senyumannya. Senyuman anak remaja yang baru mengenal cinta.

SavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang