Begitu sampai di rumah, Mila langsung mengintrogasi Rangga.
"Lo beneran suka sama Dinda?"
"Iya, kenapa emangnya?"
"Segampang itu?" Tanya Mila
"Jatuh cinta itu cuma butuh sepersekian detik, lagian kenapa sih, ribet banget lo,"
"Gue emang gak setuju kalau misalnya lo jadian sama Dinda, meski lo sepupu gue tapi tengilnya minta ampun, lagian kalau diliat dari latar belakang lo yang suka mainin cewek dulunya, gue gak akan biarin sahabat gue disakitin sama lo, udah cukup semua penderitaan dia,"
"Maksud lo apa?" Mila langsung salah tingkah
"Yaa, lo kan emang tengil gitu terus player"
"Bukan itu, maksud gue yang tentang penderitaan," kata Rangga. Mila menggigit bibir bawahnya ragu, harusnya ia tidak berbicara terlalu jauh tadi. Kalau begini, mau tidak mau ia harus memberi tahu Rangga.
"Ehm, Jadi sebenernya Dinda itu udah yatim piatu, dia hidup sendiri, dan selama ini dia udah cukup berjuang sendiri sejak ibunya meninggal dua tahu lalu, dia itu rapuh Ga, gue udah kenal dia lama," jelas Mila.
Rangga diam.
"Dari apa yang baru aja lo bilang, semakin membuat gue untuk melindungi dia," katanya yakin.
"Gue harap lo sungguh - sungguh, tapi kalau sampe Dinda kenapa - napa karena lo, abis lo sama gue! Dan oh, saingan lo berat, Lintang udah deket sama Dinda belakangan ini, kelihatannya Dinda juga mulai timbul rasa sama dia, good luck!" kata Mila.
~♥~
Lintang mengantar Dinda pulang, mereka sampai di basement apartemen Dinda. Ia melepaskan helm yang diberikan Lintang tadi.
"Makasih ya," katanya tulus.
"Apapun buat lo," senyum Lintang jelas tercetak. Dinda bisa merasakan pipinya menghangat.
"Kok kamu jadi gini sih?" tanyanya.
"Gini gimana?"
"Sweet, beda banget sama Lintang yang dulu so cool dan gak suka senyum," kata Dinda jujur.
"Gue kaya gini cuma sama lo," kan, lagi - lagi Dinda blushing.
Tapi tak lama ekspresi Dinda berubah. Ia jadi teringat bagaimana wajah Bela saat tadi di sekolah, cewek itu jadi terlihat tidak bersahabat lagi dengannya.
"Ehm, kayaknya Bela suka sama kamu deh," kata Dinda.
Deg. Lintang langsung diam. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak bisa memberi tahu kalau Bela adalah calon tunangannya, karena bagaimanapun ia akan mencari cara untuk menggagalkan pertunangan itu.
"Kan emang banyak yang suka sama gue," katanya percaya diri. Kali ini Dinda memutar matanya lalu tertawa. Benar juga, banyak yang suka pada Lintang.
"Iya deh," jawabnya.
"Tapi, gue sukanya sama lo," kata Lintang.
"Gue suka sama lo, sayang sama lo Din, gue gak suka kalau ada cowok lain yang senyum atau buat lo senyum, itu artinya gue cemburu kan? Kalau cemburu berarti gue udah cinta sama lo," Jadi, sekarang Lintang sedang mengutarakan perasaan pada gadis di depannya.
Dinda diam, ia mendengar semua perkataan Lintang. Kali ini Lintang meraih tangan Dinda, mereka masih di basement apartemen, tanpa seorang lain di sana.
"Lo cewek pertama yang bikin hati gue menghangat, yang bikin gue selalu semangat untuk sekolah demi ketemu lo, yang bikin gue gak jelas tiap malam dan keluar demi ketemu lo, yang bikin jantung gue gak normal kalau di dekat lo, seperti sekarang ini,"
Lintang menatap dalam mata Dinda. Begitupun Dinda yang membalas tatapannya. Lalu Dinda melepaskan genggaman tangannya dari tangan Lintang. Lintang terkejut, mungkinkah ini suatu penolakan dari Dinda?
Lalu Dinda mendekatkan wajahnya hingga bibirnya berada di dekat telinga lintang dan berbisik.
"Sebenarnya aku juga sama. Jadi, Hari ini hari pertama kita?"
Setelah mengatakan itu, Dinda menjauhkan lagi wajahnya. Sungguh, ia sangat malu, ini pertama kali baginya. Berbeda dengan Lintang yang tersenyum senang, rupanya perasaannya terbalaskan. Akhirnya ia resmi berpacaran dengan gadis yang ia sayangi.
Ia lalu menarik Dinda kedalam pelukannya dan Dinda menyembunyikan wajahnya yang ia yakini sangat merah padam saat ini. Mereka berdua sama - sama tidak bisa menyembunyikan perasaan senang saat ini.
"Maaf ya, gue nembaknya di basement. Gak romantis, nanti gue nyatain lagi kalau kita ada di tempat yang bagus" kata Lintang
"Nggak apa - apa," jawabnya
"Oh iya, jangan deket - deket sama si serangga itu ya,"
"Hah? Serangga?"
"Itu, yang tadi di kantin bareng,"
"Oh, Rangga. Kenapa emang?" kali ini mereka sudah melepas pelukannya dan berhadapan satu sama lain.
"Gue cemburu soalnya,"
Dinda terkekeh lalu mencubit pipi Lintang gemas."Iya engga. Tapi gak janji ya? kalau masih tentang pelajaran, gak apa - apa kan?"
Lintang mengangguk walau hatinya masih berat. Membayangkan Rangga yang pasti akan mencuri - curi kesempatan pada Dinda sudah membuatnya cukup panas. Tapi tidak apa, sekarang Dinda sudah menjadi miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savor
JugendliteraturKamu datang dan lengkapi cerita penuh senyuman. Tapi apa, nyatanya kamu tega hancurin hati yang rapuh. -Karin Adinda. Maaf, dari awal bukan seperti itu maksudku. Tunggu sebentar, sampai aku bisa perbaiki keadaanya.