• Empatbelas

7 6 0
                                    

Author POV

"Bela imut ya?" kata Dinda sambil menyesap es teh nya.

Sekarang mereka sedang di kantin. Seperti biasa, Mila dan Dinda menghabiskan waktu istirahat di tempat makanan itu. Berbeda dengan Dinda yang tampaknya senang menyambut kehadiran anak baru itu, Mila justru mencibir dan sinis.

"Imut apanya? Dia itu sok imut, dih jijik banget liat mukanya,"

"Kamu kok gitu sih Mil, udah jelek pandangannya sama orang,"

"Bukan gitu, gue cuma gak suka aja, ya gak tau juga kenapa, tapi kalo dilihat dia itu tipe orang yang bakal bawa masalah nantinya,"

"Sok tahu kamu," Dinda terkekeh kecil setelah mengatakan itu.

Mila hanya diam melanjutkan makannya. Sulit rasanya menjelaskan pada Dinda tentang apa yang ia rasakan saat ini, terus terang saja, hanya melihat wajah Bela saja sudah membuat moodnya turun. Padahal sebelumnya Mila tidak pernah seperti itu pada orang lain.

Dinda mengajak Mila ke kamar mandi. Cewek itu sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Saat ia keluar, ternyata Mila tidak ada. Dinda memanggil Mila untuk memastikan bahwa cewek itu memang benar sudah pergi. Ia bahkan mengecek semua bilik kamar mandi perempuan. Benar, Mila sudah duluan.

"Dasar Mila, aku ditinggal sendirian,"

Akhirnya, Dinda berjalan sendirian ke kelas. Di ujung koridor ia melihat Bela, si murid baru itu sedang berbicara dengan orang yang membelakanginya. Awalnya ia sama sekali tidak tertarik, tetapi saat Dinda melewatinya barulah ia tahu bahwa cowok yang sedang berbicara dengan Bela adalah Lintang.

Wajah Bela terlihat sangat ceria, berbeda dengan Lintang yang tidak memberi ekspresi apapun. Ada sedikit rasa sakit yang Dinda rasakan saat melihat Lintang berbicara dengan Perempuan lain. Namun, ia sadar bahwa ia bukan siapa - siapa untuk Lintang. Ia memposisikan dirinya sebagai salah satu teman yang kebetulan sedang dekat dengan Lintang.

"Hai?" sapa Dinda

"Eh, hai. Dinda kan? Temen sekelas ? Mau ke kelas ya?boleh bareng nggak, gue tadi tersesat, untung ketemu Lintang," kata Dinda

Cewek itu tersenyum dan mengangguk. Ia mengalihkan pandangannya pada Lintang yang sedang menatapnya juga. Mata mereka bertemu, Dinda kembali tersenyum.

"Yaudah, ayo Bel," ajak Dinda.

Bela mengangguk dan mengikuti Dinda di belakangnya. Seperti yang Dinda duga, Bela itu cewek yang easy going. Buktinya sepanjang jalan ke kelas, ia langsung bisa dekat dengan Dinda, bertanya dan mengajak cewek itu mengobrol bahkan tertawa saat ada hal lucu.

Saat mereka masuk ke kelas, rupanya Mila sudah ada di sana. Ia menatap Bela dan Dinda bergantian. Ada tatapan tak suka yang di berikan Mila, Dinda bisa melihat itu. Cewek itu langsung menghampiri Mila dan hendak merajuk karena tadi Mila meninggalkannya di kamar mandi, namun ia klah cepat. Mila sudah terlebih dahulu memarahinya.

"Lo ngapain sih bareng dia?"

"Cuma ketemu di jalan, dia ngggak tahu jalan ke kelas, maklum anak baru kan," jawabnya.

Mila mendelik, entah kenapa kalau melihat Bela, bawaannya Mila badmood terus.

"Jangan deket - deket dia," kata Mila

"Kenapa emangnya? Oh iya, tadi Mila kemana? Aku cariin ga ada di depan kamar mandi, ninggalin,"

"Maaf, tadi gue di panggil Rendi, ada urusan bentar,"

Dinda mengangguk mengerti, ia merapikan bukunya yang berantakan di atas meja. Tak lama, Pak Oting-guru sejarah masuk ke kelasnya dan pelajaran pun dimulai sampai bel pulang berbunyi.

Semua siswa kelas sebelas dua langsung merenggangkan tubuhnya begitu pak Oting keluar. Banyak diantara mereka yang tertidur karena jam pelajaran pak oting sangat membosankan.

"Mila langsung pulang?"

"Iya, Lo balik sama siapa?" Tanya Mila balik. Dinda terlihat berfikir lalu mengendikan bahunya.

"Nggak ada, sendiri."

"Yaudah hati - hati," Dinda mengangguk. Baru saja mereka mau keluar kelas, Lintang masuk dan membuat kelas jadi hening.

Bela yang berada paling depan sudah melebarkan senyumnya saat melihat Lintang. Baru saja ia hendak mendekati Lintang dan menyapanya, tapi Lintang sudah berjalan menjauh dan malah mendekati Dinda sambil tersenyum. Tentu saja hal itu membuat Bela marah.

"Mau balik?" Tanya Lintang.

"Eh? Iya," Dinda tadi sempat menangkap ekspresi geram Bela.

"Ayo pulang," ajaknya. Sepertinya bukan cuma Dinda yang melihat ekspresi Bela. Mila juga menangkapnya, dan mulai mengerti situasi.

"Iya Tang, lo anterin balik temen gue sampe rumah yang selamat, jangan macem - macem," kata Mila membuat Bela semakin panas.

Lintang tidak menanggapi perkataan Mila dan langsung mengajak Dinda keluar. Dasar rese, caci Mila dalam hati.

"Lihat aja sampe mereka tahu gue tunangan Lintang!" bisik Bela kesal.

SavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang