Bel istirahat berbunyi, kali ini Lintang benar - benar mengikuti jam pelajaran. Ia bergegas keluar kelas untuk menemui Dinda. Ali, Angga dan Bayu tak perlu bertanya lagi kemana sahabatnya akan pergi, mereka sudah tahu dan memilih untuk pergi ke kantin terlebih dahulu.Saat sampai di kelas sebelas IPA dua. Ia melihat semua anak disana kecuali Dinda. Bela yang melihat kehadiran Lintang langsung memekik senang dn menghampiri cowok tersebut.
"Kamu ngapain kesini?" tanya Bela
"Dinda mana?" bukannya menjawab, Lintang malah balik bertanya. Bela mencebik.
"Kok malah nanyain Dinda sih, Lintang. Kamu itu calon tunangan aku, aku bakal terus laporin ke om Andrew kalo kamu masih deket - deket sama Dinda, selama ini aku masih cukup sabar liat kalian, tapi liat aja aku akan ngedesak orang tua kita," Ancamnya.
"Cuma calon kan, lagian emang lo pikir ancaman lo mempan buat gue? Nggak sama sekali," Jawab Lintang dingin.
Sekarang mata bela mulai berkaca - kaca. Tapi Lintang sama sekali tak peduli.
"Apa susahnya sih kamu buka hati buat aku, walau bagaimanapun ini rencara orang tua kita. kamu gaakan bisa ngehindar, lagian Dinda itu cuma cewek yang asal usulnya nggak jelas,"
"Jaga omongan lo, dan asal lo tahu dengan sikap lo yang kaya gini, semakin bikin gue ambisius menentang perjodohan itu,"
Lintang meninggalkan Bela yang ia yakini mulai menangis. Biar sajalah, ini juga dia yang mulai duluan. Lintang menghampiri Rizal dan menanyakan keberadaan Dinda, tapi Rizal menjawab tidak tahu.
Lintang berjalan keluar kelas untuk mencari Dinda. Di tengah jalan ia berpapasan dengan Mila yang sedang membawa teh hangat menuju uks. Ia langsung mempercepat langkahnya menuju uks.
"Dinda mana?" Tanya Lintang langsung.
"Di dalem, dia drop pas olahraga tadi,"
Tanpa aba - aba, Lintang mendahului Mila memasuki uks dan membuka tirai yang membatasi antar brangkar. Lingantang mendapati Dinda masih berbaring pucat dan disampingnya ada Rangga yang menungguinya.
"Lo ngapain disini?" Tanya Lintang pada Rangga.
"Gue jagain dia, Lo sendiri ngapain disini?"
"Mending lo keluar, biar gue yang jagain dia," suruh Lintang.
Rangga mendelik, ingin rasanya menghajar Lintang. Siapa dia? Rangga lah yang membawa Dinda ke UKS.
"Gue yang bawa dia kesini," kata Rangga.
"Makasih udah bawa cewek gue kesini, mending lo keluar, udah bel masuk," usir Lintang lagi.
Rangga tak percaya Lintang pacar Dinda, jadi ia masih diam. Sampai akhirnya Mila datang dan membawa Rangga keluar. Sementara itu, Lintang duduk di kursi di samping brangkar dan memperhatikan wajah Dinda.
Sampai sekarang ia belum tahu sebenarnya ada apa dengan gadis yang ia sayangi itu. Kenapa sering sekali pingsan dan berakhir di UKS seperti ini. Ia mengusap kepala Dinda penuh sayang, menyingkirkan helai rambut yang menghalangi wajahnya.
Frau Helen datang dan membawa beberapa obat di tangannya. Ia tersenyum kepada Lintang.
"Kamu pacarnya ya? Mau jagain Dinda disini?" Tanya Frau.
Lintang mengangguk dan tersenyum. Di sekolahnya memang bukan hal yang aneh melihat murid berpacaran, sekolah tak melarang asal tidak melewati batas, lagi masih ke arah posistif masih diizinkan, lagi pula manusia punya hak mencintai dan dicintai kan?
"Ini obatnya, nanti kalau sudah bangun kasih minum dulu terus suruh makan buburnya baru kasih obat ya, Frau mau ke ruang guru dulu,"
"Terima kasih, Frau" ucap Lintang tulus.
Lintang melihat ada cukup banyak jenis obat dalam plastik obat tersebut, melihatnya saja membuatnya meringis.
"Sebenarnya lo sakit apa?" Tanyanya dalam hening.
~♥~
Mila menarik Rangga keluar UKS. Lalu melapaskan tangan Rangga begitu sampai di taman belakang dekat kantin.
"Apaan sih lo main tarik - tarik aja," kata Rangga.
"Gini ya Ga, gue tau niat lo baik, gue ngerti lo suka sama Dinda, tapi mereka udah deket sejak dulu dan sekarang mereka udah jadian, jadi bagaimanapun gue sebagai saudara yang baik menyarankan elo untuk berhenti suka sama Dinda," jelas Mila.
"Yah, gue kalah cepat,"
"Cari cewek lain aja sana,"
"Gabisa, gue sukanya sama Dinda, gue akan tunggu mereka putus, atau gue bikin mereka putus aja ya?" tanya Rangga. Mila menoyor kepala Rangga mendengar ide bodohnya itu.
"Gausah sok - sok an jadi PHO, mending Dindanya mau sama lo, nggak kan? Udahlah Ga," ejek Mila.
"Bawel lu! Gausah sok ngasih saran sama gue sedangkan lo juga masih ngejomblo, dari lahir malah," kata Rangga.
"Sepupu sialan lo ya Rangga," Mila berlari mengejar Rangga yang menghindarinya. Kalau Rangga tertangkap nanti, sudah pasti rambutnya akn rontok karena dijambaki Mila. Bukannya berlari ketakutan, ia justru berlari sambil tertawa.
Karena ambisi yang kuat untuk mengejar Rangga, Mila jadi tak memperhatikan sekitar.
"Mila lihat belakang lo!" kata Rangga, dan dengan bodohnya Mila menoleh ke belakang, saat sadar ia ditipu oleh Rangga ia kembali berlari ke depan namun sayang, ia menambrak punggung seseorang.
"Aduh!" ringisnya.
"Haha Rasain lo," Kata Rangga lalu berlalu pergi.
Betapa terkejutnya Mila saat mengetahui siapa yang ia tabrak. Bayu, cowok yang ia kagumi dari jauh, walau terkesan rewel dn cerewet, kalau sudah dihadapan doi seperti ini, ia akan bertindak seperti cewek tulen yang feminim.
"Aduh maaf, Gue ngga lihat tadi," kata Mila
"Tapi lo ngga apa - apa kan? Kayanya cukup sakit, sini coba lihat," kata Bayu lalu menyingkirkan poni Mila untuk melihat dahi cewek itu.
Mila menahan nafasnya melihat Bayu sedekat ini. Jantungnya tak terkontrol sekarang, ia hanya berdoa Bayu tak mendengar suara detak jantungnya. Setelah cukup sadar, ia menjauhkan wajahnya dari Bayu.
"Gue ngga apa - apa, sekali lagi maaf ya, gue duluan kalo gitu,"
"Hm,lain kali hati - hati ya, Mila," kata Bayu.
Mila berhenti sejenak dan memekik tertahan saat Bayu menyebut namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savor
Teen FictionKamu datang dan lengkapi cerita penuh senyuman. Tapi apa, nyatanya kamu tega hancurin hati yang rapuh. -Karin Adinda. Maaf, dari awal bukan seperti itu maksudku. Tunggu sebentar, sampai aku bisa perbaiki keadaanya.