"Eh, udah denger belum? Katanya ada anak pertukaran pelajar dari Jakarta ke sini,""Iya, denger - denger dia ganteng, pinter lagi,"
Dinda baru tiba ke kelas nya saat teman - teman dari grup gosip sudah berisik. Ia masih agak pusing karena semalam setelah Lintang pulang ia meneruskan menulis hingga jam satu pagi. Mumpung inspirasi sedang jalan. Alhasil, dia hanya tidur empat jam saja.
Meski begitu, dia juga cukup penasaran dengan berita ada anak pertukaran pelajar. Ia pikir kenapa juga harus tukar pelajar kalau hanya dari Bogor ke Jakarta. Tapi, terserah saja sih, mungkin sekolahnya memang bagus jadi banyak yang mengirim siswanya untuk studi di sekolahnya.
"Pagi - pagi rame banget nih," Dinda tiba - tiba bergabung dengan mereka.
"Eh, ngagetin aja lu! Itu muka kenapa? Pagi - pagi udah pucet aja," Kata Sela
"Hah? Oh, aku bergadang tadi malem jadi ya gini, tadinya mau tidur di sekolah eh rame, gajadi deh," Dinda mengendikan bahunya tak acuh.
"Eh gais, namanya Rangga, gue dapet infonya dari mama gue, dan dia bakal sekolah disini selama tiga bulan. Dan lebih kerennya lagi, DIA DIKELAS KITA!" Ucap Pricilia.
Mereka langsung berteriak heboh, begitu tau nama dan identitas si anak pertukaran pelajar itu, mereka langsung mencari akun instagramnya dan ketemu. Benar Rangga memang tampan dan sangat keren, kalau dilihat dari postingannya. Terkecuali Dinda yang tidak terlalu peduli, ia akhirnya memilih ke bangkunya untuk tidur sebentar.
Rupanya Dinda tertidur cukup pulas hingga bel masuk pun tak terdengar dan ia tetap terlelap. Mila yang sudah datang sedari tadi enggan membangunkan sahabatnya karena ia tahu Dinda pasti kelelahan. Bu Ipah masuk ke kelas dan seluruh kelas memberi salam. Mila menyenggol hendak membangunkannya.
Tapi berkali - kali ia menyenggol Dinda tetap tidak bangun. Mila sudah khawatir saja kalau - kalau Dinda pingsan lagi.
"Dinda? Din? Bangun udah ada guru," katanya lembut.
Mila menghela nafas lega saat melihat sahabatnya bergerak dan bangun. Ia menyipitkan matanya dan meregangkan tubuhnya. Setelah cukup sadar, ia tersenyum pada Mila.
"Eh Mila," masih dengan senyum tanpa dosanya.
Mila hanya memutar matanya malas, menyebalkan sekali rasanya melihat senyum tanpa dosa sahabatnya setelah membuatnya khawatir tadi.
"Abis ngapain sih lo semalem? Pagi - pagi udah tidur di sekolah, mana pules banget lagi,"
"Biasa lah," jawab Dinda seadanya.
Tak perlu dijelaskan, Mila pasti tahu apa maksudnya. Setelah percakapan singkat itu, mereka memperhatikan Bu Ipah yang sedang mengajar di depan. Baru saja satu jam pelajaran, pintu diketuk dari luar membuat kelas menjadi ramai.
"Ya, silahkan masuk," kata Bu Ipah.
"Permisi,"
Suasana kelas makin ramai setelah orang yang mengetuk pintu itu masuk. Dia Rangga, murid pertukaran pelajar. Dan benar - benar pindah ke kelas ini.
"Nah, ini anak - anak, murid pertukaran pelajar dari Jakarta. Perkenalkan diri kamu dulu,"
"Hai, Nama gue Rangga Dirgantara, panggil aja Rangga. Mulai tiga bulan kedepan, gue akan sekolah disini, mohon bantuannya,"
Hampir semua siswi kelas sebelas dua berteriak histeris. Dinda? Cuma tersenyum saja. Sedangkan Mila? Dia hanya menampilkan wajah datar dan sama sekali tidak tertarik.
"Ganteng ya Mil?" tanya Dinda.
Tidak bisa dipungkiri, Rangga memang tampan dan Dinda akui itu. Tapi bukan berarti ia menyukai Rangga seperti cinta pandangan pertama.
"Ngga, biasa aja,"Jawab Mila datar.
Dinda menatap aneh pada Mila.
"Mau gue kasih tau sesuatu?" kata Mila misterius. Dinda mengangguk semangat, kalau Mila sudah serius seperti ini, itu berarti hal yang penting.
"Dia sepupu gue, dan selama sekolah disini dia akan tinggal di rumah gue," katanya setengah berbisik.
Dinda cukup terkejut dengan fakta itu, hampir saja ia memekik kalau tidak ditahan oleh Mila. Pantas saja tadi tanggapan Mila biasa saja, rupanya Rangga adalah sepupunya.
Bu Ipah menyuruh Rangga untuk duduk di bangku yang kosong tepat di belakang Dinda. Rangga tersenyum jahil melihat Mila di depannya, sedangkan Mila hanya memutar bola matanya malas. Dinda tersenyum manis menyambut Rangga.
Rangga melihat itu, senyum Dinda yang mampu membuatnya terlihat sangat cantik. Dan tanpa ia sadari, mulai saat itu juga tumbuh rasa untuk gadis di depannya itu.
"Hai, Sepupu?" sapa Rangga pada Mila.
Mila langsung memelototi Rangga dan menatap Rangga dengan garang.
"Jangan kasih tau yang lain gue sepupu lo," kata Mila.
Sedangkan Rangga terkikik melihat ekspresi sepupunya. Dinda juga ikut tersenyum melihat tingkah sahabatnya.
"Dan Hai?" sapa Rangga pada Dinda.
"Aku Dinda, salam kenal," kata Dinda ramah.
"Iya Salam kenal, gue Rangga."
"Halah, gak usah sok baik deh lo tukil," caci Mila pada Rangga yang justru membuat Rangga tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savor
Teen FictionKamu datang dan lengkapi cerita penuh senyuman. Tapi apa, nyatanya kamu tega hancurin hati yang rapuh. -Karin Adinda. Maaf, dari awal bukan seperti itu maksudku. Tunggu sebentar, sampai aku bisa perbaiki keadaanya.