Keesokan harinya, Nadira bangun dengan semangat baru. Meskipun mata terasa berat dan tubuhnya lelah, ia merasa ada dorongan dari dalam hatinya untuk terus berjuang. Ia kembali membuka laptopnya dan mulai mencari informasi yang lebih mendalam tentang program donor jantung di luar negeri.
Nadira mencari setiap detail yang mungkin bisa membantunya. Ia menghubungi beberapa organisasi donor jantung dan rumah sakit terkemuka di seluruh dunia. Dalam percakapan telepon yang panjang, ia menjelaskan situasi Dita, harapannya agar ada jantung yang cocok, dan berdoa agar ada jawaban positif.
Namun, satu per satu, semua harapan itu kandas. Banyak rumah sakit yang menjelaskan bahwa mereka tidak bisa membantu tanpa donor yang sesuai. Waktu semakin menipis, dan perasaan putus asa kembali menghampirinya. Di tengah malam yang sunyi, Nadira tidak bisa menahan tangisnya. "Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa harus ada pilihan yang begitu sulit?"
Setiap kali menatap foto Dita di ponselnya, hatinya semakin berat. Nadira merasa seolah berada di ujung jurang, berjuang untuk mencari jalan keluar, tetapi semakin jauh dari harapan. Namun, ia ingat kalimat yang selalu ditekankan oleh Dita: "Selalu ada harapan, Ra. Kita hanya perlu mencarinya."
Dengan semangat baru, Nadira kembali mencari informasi. Ia membaca artikel-artikel tentang orang-orang yang berjuang untuk menemukan donor dan menceritakan kisah mereka. Dari situ, ia menemukan bahwa ada banyak cara untuk meningkatkan peluang mendapatkan donor. Nadira mulai mencatat semua langkah yang bisa diambil.
Ia menghubungi komunitas donor jantung di media sosial, berharap dapat menemukan seseorang yang bersedia membantu. Setiap malam, ia menghabiskan waktu untuk memposting informasi tentang Dita, menjelaskan betapa pentingnya donor jantung bagi keselamatannya. Nadira juga meminta bantuan teman-temannya untuk menyebarkan informasi tersebut.
"Jika kita bisa menjangkau lebih banyak orang, mungkin seseorang akan mendengar dan membantu kita," gumamnya sambil menyiapkan postingan. Setiap kali ia menekan tombol kirim, ada sedikit harapan baru yang muncul di hatinya.
---
Satu hari berlalu, saat Nadira hampir putus asa, ia mendapatkan pesan langsung di akun media sosialnya. Seorang wanita dari komunitas donor jantung menghubunginya. "Saya mendengar tentang situasi yang dialami kakakmu. Saya mungkin bisa membantu. Mari kita bicarakan lebih lanjut."
Nadira merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia segera membalas pesan tersebut, merasakan harapan yang kembali tumbuh. Mereka mengatur pertemuan virtual dan wanita itu, yang bernama Clara, menjelaskan beberapa opsi untuk mempercepat pencarian donor.
"Saya bisa membantu menghubungkanmu dengan beberapa rumah sakit di luar negeri yang memiliki program donor lebih baik. Mungkin kita bisa mencari solusi bersama," jelas Clara dengan semangat. Nadira mendengarkan setiap kata dengan penuh perhatian, hatinya mulai bergetar dengan harapan baru.
Selama beberapa hari berikutnya, Nadira dan Clara bekerja sama, mengumpulkan data dan melakukan komunikasi dengan berbagai rumah sakit. Mereka menghubungi pihak-pihak yang berpengalaman dalam pencarian donor dan membahas kemungkinan pengujian kesesuaian.
"Ini akan menjadi perjalanan panjang, tetapi kita tidak akan menyerah. Setiap detik sangat berarti," ucap Clara penuh keyakinan.
Sementara itu, di rumah sakit, Dita perlahan-lahan mulai merasakan kehadiran Nadira. Meski terbaring lemah, ia sering terbangun dan bertanya tentang perkembangan pencarian donor. Nadira selalu menjawab dengan senyuman, berusaha menunjukkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Lo tahu kan, Ra, gue bisa merasakan semangat lo. Jangan pernah berhenti berjuang," Dita mengatakannya dengan suara pelan, tetapi cukup membuat Nadira merasa lebih kuat.
"Aku gak akan pernah menyerah, Kak Dita. Kita pasti bisa menemukan jalan," jawab Nadira, menggenggam tangan Dita erat-erat.
---
Menjelang dua hari, mereka terus mencari dan berdoa. Namun, harapan yang sempat mengembang kembali harus dihadapi dengan kenyataan pahit. Pada suatu sore, ketika Nadira tengah beristirahat di ruang tunggu, ia menerima telepon dari Clara.
"Halo, Nadira. Saya minta maaf, tetapi ada berita buruk. Donor yang kita harapkan sebelumnya sudah ditemukan, dan mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kami perlu mencari alternatif lain," jelas Clara dengan nada sedih.
Nadira merasakan hatinya hancur. "Tidak, tidak bisa! Kita tidak bisa kehilangan harapan! Dita tidak bisa menunggu lebih lama! Tolong, Clara, kita harus menemukan cara!"
"Tenang, kita akan berusaha mencari alternatif lain. Kita tidak sendirian dalam ini," jawab Clara, berusaha menenangkan Nadira.
"Bantu aku, tolong! Apa pun yang perlu dilakukan, aku siap," Nadira bersikeras.
Clara memberikan beberapa opsi lain yang bisa dijelajahi, dan meskipun Nadira merasa semakin terbebani, ia tidak mau menyerah. Dalam pencarian mereka, Clara mengusulkan untuk mencoba kampanye crowdfunding untuk membiayai pengobatan dan perjalanan ke rumah sakit yang lebih besar di luar negeri.
Dengan segenap tenaga, Nadira mulai menyiapkan kampanye tersebut. Ia mengumpulkan cerita tentang Dita, foto-foto indah mereka bersama, dan perjuangan mereka untuk mendapatkan donor jantung. Nadira berharap, dengan menjangkau lebih banyak orang, mungkin akan ada seseorang yang bersedia membantu.
"Ini untuk Kak Dita, dan aku tidak akan berhenti," tekadnya.
Di rumah sakit, Dita terus berjuang meskipun kondisinya semakin menurun. Ia merasa bersalah melihat Nadira bekerja keras, tetapi di dalam hatinya, Dita tahu bahwa Nadira tidak akan pernah menyerah. "Kak, aku percaya sama lo. Kita pasti bisa melalui ini," ungkapnya dengan suara lemah.
"Ya, Dita. Kita pasti bisa!" jawab Nadira penuh semangat, berusaha memberi kekuatan meskipun ia juga merasa kehabisan tenaga.
---
Hanya tersisa satu hari lagi untuk menyelamatkan Dita, dan Nadira merasa beban di pundaknya semakin berat. Waktu terus berlari, sementara harapan untuk menemukan donor jantung yang cocok semakin menipis. Setiap detik sangat berarti, dan ia tidak bisa membiarkan Dita menunggu lebih lama lagi.
Nadira mengingat pesan Clara tentang mencari donor jantung, tetapi saat ini ia tidak memiliki waktu untuk kampanye. Ia merasa bahwa kampanye crowdfunding bisa memakan waktu berharga yang tidak dimiliki. Dengan hati yang dipenuhi ketegangan, Nadira memutuskan untuk melakukan segala yang mungkin dalam waktu yang tersisa.
"Jangan menyerah, Nadira. Kak Dita masih butuh lo," katanya pada diri sendiri, berusaha menenangkan hatinya yang berdebar-debar.
Ia menghubungi kembali semua rumah sakit yang telah menghubunginya sebelumnya. Kali ini, ia bersikeras dan menjelaskan dengan tegas tentang kondisi Dita. "Saya butuh jantung untuk kakak saya, dan waktu kami semakin sedikit! Apakah ada cara untuk mempercepat prosesnya?" serunya melalui telepon, penuh dengan emosi.
Namun, banyak rumah sakit yang memberi jawaban yang sama: mereka tidak bisa membantu tanpa adanya pendonor yang tepat. Di saat-saat terdesak seperti ini, Nadira merasa seperti berlari dalam lingkaran tanpa henti. Semakin ia mencari, semakin sedikit harapan yang didapat.
#Bersambung
Like and comment 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Persimpangan Hati
Teen FictionDi Persimpangan Hati Nadira adalah gadis berusia 20-an yang tampak tenang di luar, tetapi menyimpan badai di dalam hatinya. Wajahnya lembut, dengan sorot mata yang kerap terlihat sendu dan tampak menerawang, seolah selalu mencari jawaban yang tak p...