"Hati-hati." Kay membetulkan jas Sinto yang sedikit berantakan. "Aku akan pulang ke California sendiri."
"Aku bisa mengantarmu setelah aku pulang." Kay menggeleng.
"Pihak perusahaan sudah memintaku kembali. Jaga dirimu disini, okay?" Singto menghela napas kecil. Rasanya tidak mungkin menahan Kay terus menerus. Ada saatnya Kay kembali ke California dan bekerja. Hubungan jarak jauh, huh?
Singto mengecup bibir Kay sejenak. Mengantarkan rasa hangat dihati keduanya. Krist yang melihat pemandangan itu dari dalam mobil berdecih muak, nyaris saja menjambak rambut Off penuh emosi.
Krist membuang wajahnya. Melihat pemandangan lain. Hal itu tidak luput dari perhatian Off.
"Krist..."
"Hng?"
"Kau menyukai Singto?" Krist langsung menegang. Kenapa tiba-tiba Off menanyakan hal itu?
"Apa yang kau katakan?" Krist berusaha mengelak. Off menghembuskan napasnya.
"Kemarin... aku melihat apa yang kau lakukan pada Singto saat sarapan. Aku sudah curiga sejak awal, kenapa kau terlihat ingin selalu dekat dengan Singto. Ternyata dugaanku benar." Off memijit pelipisnya yang terasa sakit. Ia biasanya yang enggan terlalu serius harus meluruskan satu hal disini. "Krist kau tahu Singto itu-"
"Kekasih Kay. Aku sudah tahu. Aku tidak buta. Anggap saja aku sedang berperang dengan adik manisku sendiri." Krist berucap dengan wajah datar.
"Krist!" Off berusaha menyadarkan Krist bahwa apa yang ia lakukan salah. "Kay sudah percaya penuh padamu, jangan menusuknya dari belakang!"
"P'Off. Kau terlalu polos dalam melihat dunia. Kenyataannya, kau kadang harus menyakiti seseorang agar membuat hidupmu bahagia. Dunia ini tidak seindah yang kau pikirkan. Kedamaian, cinta, kebahagiaan, dan agama. Semuanya sulit berkorelasi. Dunia penuh dengan kepalsuan, dunia ini gila." Dua saudara itu saling memandang. Off merasa beku melihat tatapan sedingin es milik Krist. Rasanya persendiannya melemas.
Pintu mobil terbuka, Singto masuk. Membuyarkan suasana tegang antara Off dan Krist.
"Kita berangkat." Off berucap pelan.
.
.
Krist menyamkankan kepalanya di bahu Singto. Perjalanan lumayan jauh. Walaupun Singto sudah memintanya untuk tidak melakukan ini, Krist tetap keras kepala. Lagi-lagi Singto harus mengalah."Aku lelah." Gumam Krist memainkan jemari Singto. Sementara Singto hanya diam, terlalu bingung harus bereaksi seperti apa. "Apa kau pernah melakukan seks?"
Jika Singto sedang minum ia pasti akan menyemburkan minumannya. Apa-apaan pertanyaan Krist itu?!
Singto hanya berdehem sebagai jawaban. "Oh belum." Krist menarik kesimpulan, kemudian tersenyum puas. "Jadi seks pertamamu denganku?"
"Bisakah berhenti menanyakan hal itu?" Tanya Singto cukup malu. Ia menolehkan kepalanya, memandang Krist yang menyeringai.
"Jadi bagaimana, apa kau puas?" Krist tidak menyerah walau sudah diperingatkan. Singto menghembuskan napasnya. Krist senang sekali membuatnya emosi.
"Tidak."
"Heh? Bohong. Jika kau masih berbohong aku bersumpah akan memperkosamu disini." Singto menoleh cepat kearah Krist. Mendelik horor. Singto tahu jika Krist serius dengan ucapannya, tampaknya Krist memang tidak pernah main-main.
"Kau sendiri, berapa kali melakukan itu?" Singto mengalihkan pembicaraan.
Krist terlihat berpikir. "Dulu satu minggu sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
YES OR YES? [SingtoxKrist]
FanfictionSejak kecil Krist selalu mendapatkan apapun yang ia mau. Apapun itu. Tinggal tunjuk maka ia akan memilikinya. Tidak ada yang sanggup membantah Krist dengan sifat arogansinya yang sudah mendarah daging. Tidak ada satupun yang bisa mematahkan egoismen...