Krist menyetujui ajakan Kay untuk menemani adik kembarnya itu memilih baju pengantin. Kay ingin menjadikan Lin sebagai bridesmaid, Lin sendiri tidak mempermasalahkan. Ia dengan mudah mengiyakan keinginan Kay.
"Aku masuk dulu!" Kay menepuk bahu Krist, masuk kedalam ruang ganti. Krist dan Lin duduk berdampingan, saling diam. Lin sibuk dengan gadgetnya, terlihat sedang mengurus bisnis. Krist membaca majalah untuk membunuh keheningan.
"Apakah besok kita akan sesibuk ini?" Lin menyimpan gadgetnya. Seratus persen fokus pada Krist. Keduanya saling pandang. Kemudian tertawa geli.
"Oh God, Lin. Aku membayangkan kita menikah dan punya anak."
"Yeah, aku jadi ibu rumah tangga yang lusuh karena sibuk mengurus anak dan lupa mengurus diri sendiri." Lin berkelakar, membayangkan hal itu saja sudah membuat Lin geli.
"Setiap tahun berat badanmu akan naik lima kilogram. Kau akan mirip sapi perah." Ejek Krist.
Singto masuk kedalam ruangan, ia terlihat tampan memakai tuxedo hitam. Ia mendengus kesal melihat Krist tertawa bersama Lin. Wajah keduanya berseri, Krist selalu terlihat senang jika bersama Lin. Ia kesal jelas saja.
"Dimana Kay?" Singto mengambil posisi duduk disebelah Krist. Krist duduk diantara Lin dan Singto.
"Didalam." Jawab Krist.
Tirai ruang ganti terbuka. Kay terlihat sangat cantik dan anggun mengenakan gaun panjang berwarna putih bersih. Rambutnya disanggul rendah. Kay tersenyum melihat Singto. Semetara Singto berusaha ikut tersenyum, walau rasanya hampa.
"Bagaimana?" Kay meminta pendapat. Krist dan Lin tersenyum puas.
"Itu luar biasa." Komentar Lin. Pipi Kay bersemu merah merasa malu. Apalagi ketika ia tak sengaja melihat Singto yang terlihat benar-benar tampan.
"Ah sekarang saatnya aku dan Lin." Krist mengulurkan tangannya pada Lin, langsung diterima baik oleh Lin. Singto memandang tajam keduanya yang menghilang ke ruang berganti pakaian.
"Kau suka gaun ini?" Tanya Kay memastikan. Ia ingin pernikahannya berjalan dengan lancar dan sempurnya. Jika bisa, terus terngiang dalam pikirannya. Singto tersenyum tipis, mengangguk.
"Kau benar-benar cantik memakai itu." Balas Singto. Kay tersenyum hangat pada calon pengantinnya.
"Lihat, astaga! Kau cantik sekali!" Singto dan Kay mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Disana terlihat Lin berjalan bersama Krist. Lin tampak anggun memakai dress mengembang berwarna putih, sementata Krist memakai tuxedo putih.
Tawa Kay meledak melihat kondisi Krist.
"Kenapa P'Kit memakai itu?" Ujarnya geli. Singto memandang Krist tanpa berkedip. Merasa ada desiran aneh didalam dadanya.
Krist memakai tudung transparan, menutupi dari ujung kepala sampai perutnya. Wajah Krist terlihat masam.
"Kami kalah suit tadi. Aku memaksanya memakai ini. Ah aku jadi ingin menjadi suamimu, Ai'Kit!" Ucap Lin benar-benar geli. Singto melebarkan matanya sedikit. Menajdikan Krist istri? Huh. Menggelikan. Komentarnya dalam hati penuh rasa jengkel.
"Oho~ aku mau saja jika kau punya penis dibalik rokmu itu!" Krist menjawab dengan sarkastik. Lin tersenyum miring.
"Sudah, aku ingin berganti pakaian dulu. P'Lin kau sangat cantik." Kay menutup tirai, meninggalkan Krist yang marah-marah karena dipaksa memakai benda memalukan itu diatas kepalanya. Lin tidak menanggapi, ia kabur begitu saja untuk berganti pakaian.
Singto berdiri dihadapan Krist. Memandangi pemuda berwajah angkuh dihadapannya ini, samar-samar Singto melihat semburat merah di pipi Krist. Harus Singto akui bahwa ia jauh lebih tertarik pada Krist saat ini dibanding Kay, calon istrinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES OR YES? [SingtoxKrist]
FanfictionSejak kecil Krist selalu mendapatkan apapun yang ia mau. Apapun itu. Tinggal tunjuk maka ia akan memilikinya. Tidak ada yang sanggup membantah Krist dengan sifat arogansinya yang sudah mendarah daging. Tidak ada satupun yang bisa mematahkan egoismen...