Krist tiba di rumah saat larut malam, untungnya ada mobil pengangkut barang yang melintas. Krist langsung meminta tumpangan.
Tubuh Krist rasanya sangat lelah. Setelah ini mungkin ia akan mandi dengan air hangat, kemudian tidur.
Krist berhenti melangkah, ia berpapasan dengan Singto yang berdiri didepan pintu gerbang. Tampaknya Singto menunggunya cukup lama disini. Krist mengendalikan ekspresi terkejutnya, memasang wajah datar. Krist mendorong pagar rumahnya, namun Singto dengan sigap menahannya.
"Ponselmu tertinggal." Singto menyodorkan ponsel hitam milik Krist, langsung diterima baik oleh Krist. Singto merasa harus menjelaskan sesuatu. Krist seolah tak menggubris keberadaannya, Krist kembali hendak membuka pagar namun Singto menahannya.
"Apa?"
"Aku minta maaf." Singto merutukki dirinya sendiri. Krist memandang Singto dalam, airmatanya menggenang. Singto terkesiap melihat Krist seperti itu.
Krist mendengus, lantas menghapus airmata yang jatuh dipipinya.
"It's okay." Krist membuka pintu pagar dengan cepat, masuk dan menutup pagar. Singto berdiri kaku didepan pagar rumah Krist. Tubuhnya melemas. Apa yang sudah ia lakukan? Krist menangis? Singto menunduk, melangkah meninggalkan kediaman Krist.
Krist mengusap kasar airmatanya. Menyeringai lebar. Menangis? Huh bukan gayanya sama sekali. Krist tertawa puas dalam hati melihat raut bersalah Singto. Bagus, teruslah merasa bersalah dan kau akan benar-benar masuk kedalam perangkapku.
Licik.
.
.
"Selepas kembali dari Korea. Temui gadis bernama Jane. Dia adalah gadis yang baik dan cocok bersanding denganmu."Krist terdiam ketika mendengar ucapan ibunya.
"Apa maksudnya? Ibu mencoba menjodohkanku lagi?" Krist bertanya dengan tajam. Ia sudah merasa senang beberapa tahun belakangan ibunya berhenti menjodohkannya dengan gadis, tapi kenapa ibunya mulai lagi? Tidak tahukah bahwa Krist muak dengan semua tetek bengek perjodohan?
"Tentu saja. Ibu hanya menginginkan yang terbaik bagimu." Nyonya Sangpotirat mengusap sudut bibirnya. Meneguk air mineral yang tersedia untuknya. Krist memandang tajam ibunya. "Berapa banyak gadis lagi yang akan kau tiduri? Berhentilah main-main."
Krist menopang dagu dengan tangan kanannya. Memasang wajah angkuh andalannya.
"Aku hanya melakukan apa yang gadis-gadis itu inginkan." Krist tersenyum miring. Nyonya Sangpotirat memasang wajah kesal, memukul meja makan. Menyebarkan suara berisik dikediaman megahnya.
"Krist!"
"Apa?!" Keduanya saling menatap penuh emosi.
"Kau tahu apa yang bisa ibu lakukan untuk mengendalikanmu!" Krist tertawa keras, geli.
"Ck, lakukan saja. Aku juga akan melakukan apapun yang kusuka." Krist menandaskan teh paginya.
"Kau ingin apa yang terjadi pada Fluke terulang?" Krist selalu sensitif jika ada yang membawa-bawa Fluke.
"Don't dare you!"
"Why not?"
"Oh gosh! Aku bukan anak remaja lagi yang akan diam saja melihat semua rencana ibu. Aku berkuasa, aku punya segalanya. Aku bisa membalas apa yang ibu lakukan padaku. Aku tidak takut!" Krist mengeratkan kepalan tangannya. Ibunya pikir dirinya adalah Krist remaja yang akan diam ketika melihat Fluke meninggal karenanya? Meninggal karena Krist mencintai Fluke dan ibunya tidak terima? Krist adalah CEO sekarang, dia kuat dan berkuasa. Krist bisa melindungi dirinya sendiri dan orang yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES OR YES? [SingtoxKrist]
FanfictionSejak kecil Krist selalu mendapatkan apapun yang ia mau. Apapun itu. Tinggal tunjuk maka ia akan memilikinya. Tidak ada yang sanggup membantah Krist dengan sifat arogansinya yang sudah mendarah daging. Tidak ada satupun yang bisa mematahkan egoismen...