9. Stay

7.2K 664 48
                                    

"Apa kau tidak ingin menikah dengan Singto? Usiamu ibu rasa sudah cukup." Nyonya Sangpotirat meletakkan cangkir kecil berisi teh hangat dengan anggun. Memandang Kay yang duduk dihadapannya.

Mendengar apa yang dikatakan ibunya sontak pipi Kay memerah. Merasa malu.

"Aku juga sangat ingin segera menikahinya. Apa ibu tidak masalah?" Nyonya Sangporitat tersenyum lebar.

"Tentu saja tidak, dia pemuda yang baik. Ibu tidak masalah." Kay mengangguk, merasa sangat senang akhirnya mendapatkan persetujuan dari ibunya. "Ibu ingin kalian segera menikah."

"Aku akan membicarakannya dengan Singto." Kay berucap dengan semangat. Ia mengangkat panggilan yang masuk, Kay pamit keluar dari ruangan pribadi ibunya.

Nyonya Sangpotirat bangkit, berdiri didepan jendela besar ruang pribadinya. Memandangi pemandangan rumah besarnya yang asri dan terawat.

"Jika putranya salah jalan, bukankah tugas seorang ibu mengembalikannya ke jalan yang benar?" Lirihnya.

.
.
Sudah sepekan sejak Singto dan Krist melakukan perjalanan bisnis ke Chiang Mai. Walaupun mereka sudah menghabiskan malam panas bersama, tidak ada yang berubah. Krist masih seenaknya dan Singto sering membangkang. Beberapa kali keduanya beradu argumen berakhir saling tonjok. Namun, sekarang tugas Singto bertambah tentu saja. Setelah pindah ke apartemen Krist jadi jauh lebih senang menggerayangi tubuhnya. Singto benar-benar kewalahan menghadapi Krist.

"Jika kalian sudah sampai bandara, segera hubungi aku." Krist memasukkan dua jenis sayuran kedalam troli. Singto masih sibuk menghubungi Janhae dan memilih buah-buahan.

Ya setelah melakukan diskusi dengan adiknya. Singto memutuskan membawa ibunya kembali ke Thailand untuk menjalani pengobatan. Singto tak sampai hati jika ibunya ada di California sendirian sementara Janhae sangat sibuk dengan kuliahnya.

"Hm baiklah." Singto memasukkan ponselnya kedalam saku kemejanya. Beberapa gadis melirik Singto dan Krist dengan genit. Dua pemuda tampan yang sedang berbelanja, ah itu adalah pemandangan yang indah. Singto memandangi trolinya.

"Sejak kapan aku membeli sayur sebanyak ini?" Gumamnya, melirik Krist yang memasang wajah angkuh seperti biasa.

"Aku ingin menyambut ibu pulang!"

Singto mengernyit. "Ibu?"

"Hehe, ibumu. Aku diminta memanggilnya ibu." Krist menjelaskan. Singto berdecak.

"Aku tidak tahu bagaimana caramu mencari perhatian ibuku." Krist menggendikkan bahunya. Keduanya mendorong troli menuju kasir dan membayar.

.
.
"P'Krist, aku benar-benar berterima kasih padamu." Janhae membantu Krist memotong sayuran dan mencucinya. Singto sedang membantu ibunya menata kamar yang akan ditinggli.

"Untuk?"

"Jika tidak ada kau. Aku sudah pasti di DO!" Jelas Janhae, memandangi wajah Krist lekat. Pantas saja Singto menyukai Krist. Wajah Krist sangat manis juga tampan. Mereka sangat cocok!

Krist meninju lengan Janhae main-main. "Hey jangan dipikirkan!"

Janhae tertawa keras. Krist sangat menyenangkan, tidak salah Janhae selalu berharap bisa bertemu dengan 'kekasih' kakaknya ini. Singto masuk kedalam dapur, mengambil minum.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Janhae menyeringai. "Ini rahasiaku dengan P'Krist!" Setelahnya gadis berparas manis itu menjulurkan lidahnya mengejek. Singto memutar bolamatanya malas.

"Terserah." Singto keluar dari dalam dapur.

"Sikapnya tidak pernah berubah." Janhae mendengus kecil.

YES OR YES? [SingtoxKrist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang