Krist memejamkan matanya erat, menikmati gerakan bibir Singto diatas bibirnya. Memberikan seluruh kewarasannya pada pemuda diatasnya ini.
"Hng..." Krist tersentak sedikit ketika kejantanan Singto bergerak pelan didalam lubang sempitnya. Pipi Krist memanas, ia sudah tidak tahu harus melakukan apalagi.
Sementara Singto dengan egoisnya memonopoli Krist. Menginginkan Krist hanya untuk dirinya, tanpa berpikir apa yang sudah Krist lewati selama ini.
Singto menjauhkan bibirnya, matanya memincing melihat Krist menumpahkan airmatanya. Entah untuk alasan apa.
"Kenapa?" Tanyanya. Gerakan dibawah sana tidak berhenti sama sekali. Krist gelagapan tidak tahu harus menjawab apa. Terlalu banyak pikiran didalam kepalanya. Krist rasanya malu, ia pasti terlihat menyedihkan dimata Singto sekarang. "Jangan menangis."
Krist menghela napasnya berat. Mengendalikan dirinya. Singto mengecup pucuk kepala Krist lembut. Hal yang membuat Krist merasa bahwa hari ini ia memiliki Singto.
Singto mengubah posisi keduanya. Krist menyenderkan separuh tubuhnya di ranjang. Sementara Singto berusaha memasukkan kejantanannya kedalam lubang sempit Krist.
Keduanya mendesah tertahan. Singto bergerak ketika kejantanannya tertanam sempurna dilubang hangat Krist.
Krist tidak kuasa menerima semua ini. Titik terdalamnya yang disentuh berkali-kali dan puting Krist yang bergesekan dengan sprai miliknya.
"Mhh!" Singto terlalu dalam.
Singto merendahkan tubuhnya, berbisik ditelinga Krist.
"Apa kau akan menikahi Lin?"
"Y-ya." Singto geram. Bukan jawaban ini yang ia inginkan. Singto bergerak membabi buta, Krist menjerit keras. Ia sudah meminta Singto bergerak lebih pelan, namun tidak didengarkan sama sekali oleh pemuda itu.
Krist meringis perih, sepertinya lubangnya terluka.
Semua orang lahir dengan sisi egoisme. Singto juga sama, ia menginginkan Krist walaupun nyatanya ia akan menikah dengan Kay. Terdengar seperti seorang bajingan ulung, huh?
"Singto! Akh! Berhenti!" Krist sudah tidak tahan dengan rasa sakit ini. Walaupun ia harus memohon seperti seorang pengemis, Krist tidak perduli. Ia merasa sangat kesakitan.
"Berhenti?" Singto menampar pantat Krist keras. "Tidak."
Singto membalik tubuh Krist.
"Kumohon." Singto tak menggubris. Ia menggigit puting Krist sampai terluka.
Krist tidak tahu kenapa Singto bisa berubah sekasar ini.
Krist memberontak, berusaha memisahkan diri.
"Argh!" Keduanya mencapai puncak bersamaan. Krist terkulai lemah. Tapi semua bukan berarti berakhir bergitu saja. Ditengah rasa perihnya, Krist masih harus meladeni Singto.
Singto mencengkram pinggang Krist, sampai kukunya tertanam di pinggang Krist. Pemuda dibawahnya hanya bisa meringis. Darah begitu kontras dengan kulit putih Krist.
Krist menarik tengkuk Singto, menciumnya dalam. Berusaha meraih kewarasan Singto kembali. Memberitahu Singto bahwa ia ingin diperlakukan secara benar. Krist memang suka bermain-main, tapi Krist tetap akan merasa terluka ketika mendapat perlakuan kasar dari orang yang dicintainya.
Krist melirik pintu kamarnya yang sedikit terbuka.
Krist tahu, Kay melihat semuanya tadi.
"Aku mencintaimu." Bisik Krist untuk pertama kalinya mengakui semuanya. Gerakan Singto berhenti. Ia memandang pemuda dibawahnya ini. Ia tak menemukan setitikpun kebohongan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES OR YES? [SingtoxKrist]
FanfictionSejak kecil Krist selalu mendapatkan apapun yang ia mau. Apapun itu. Tinggal tunjuk maka ia akan memilikinya. Tidak ada yang sanggup membantah Krist dengan sifat arogansinya yang sudah mendarah daging. Tidak ada satupun yang bisa mematahkan egoismen...