"Korban yang berhasil diidentifikasi sudah mencapai 60 dari 120 penumpang dan awak pesawat. Pencarian korban akan dihentikan lusa-"
Televisi dimatikan. Kay menyentuh bahu ibunya yang memandang kosong berita di televisi. Sejak sebulan yang lalu ibunya berubah. Nyonya Sangpotirat yang terkenal tenang tidak dapat mengendalikan emosinya. Ia sangat terpukul dan merasa kehilangan putranya sendiri. Ia menyesal sudah memperlakukan Krist dengan buruk. Sangat menyesal. Bagaimana ia bisa menebus semua ini?
Kay juga sama seperti ibunya. Ia berusaha optimis dan percaya bahwa Krist selamat. Namun itu semua bagai mimpi, Krist tidak selamat itulah kenyataannya. Seminggu yang lalu mereka baru saja memakamkan jasad Krist. Sulit bagi mereka mengenali Krist, sebab keadaan penumpang pesawat rata-rata hancur dan banyak yang tidak ditemukan.
Perusahaan mengalami penurunan karena ini. Harus diakui bahwa Krist sangat mahir berbisnis, dialah yang selama ini menjaga kestabilan perusahaan. Namun permasalahan dalam perusahaan terus bermunculan. Off dibantu Singto berusaha memperbaiki keadaan sekuat tenaga.
Kepergian Krist menyisakan luka mendalam bagi keluarganya. Terutama bagi Singto. Ia sama hancurnya dengan Kay, mencoba berdiri dengan kedua kakinya yang terasa patah. Rasanya kehilangan sangat tidak menyenangkan. Jika ibu dan Janhae tidak menguatkannya, Singto akan memilih menyusul Krist.
Singto sering berkunjung ke rumah Kay. Hanya untuk berlama-lama memandang foto Krist dengan wajah datarnya yang menyebalkan itu.
Singto merasa miris pada dirinya sendiri. Ia bahkan tak punya satupun potret kenangan bersama Krist.
.
.
"Kau datang lagi." Kay menemui Singto yang sedang berdiri didepan foto besar Krist. Mereka memutuskan menjaga pertemanan mereka dan tidak ingin membuat semuanya menjadi lebih runyam."Aku naik dulu." Kay mengangguk. Membiarkan Singto memasuki kamar Krist yang selalu dibersihkan setiap harinya. Semua orang berharap Krist akan pulang dan menempati kamar itu lagi.
Aroma khas milik Krist masih tertinggal.
Dikamar ini pertama kalinya Singto merasakan kegilaan Krist. Menganggap Krist sebagai benalu, karena kerap menggodanya dan mempermainkan dirinya.
Singto ingin melihat seringaian Krist yang dulu sanhat dibencinya. Melihat Krist tersenyum miring dan tersenyum angkuh.
Apakah waktu bisa kembali berputar? Singto terus bertanya pada dirinya sendiri.
Jika semua orang berusaha bangkit dari masalalunya. Singto justru menghabiskan waktu untuk hidup didalam puing-puing kenangan itu.
Andaikan malam itu ia tak terlalu pengecut. Singto pasti akan membalas pernyataan Krist, ia akan menjawab bahwa dirinya mencintai Krist.
Sudah terlambat.
.
.
Hanya dalam waktu dua tahun, kerajaan bisnis Sangpotirat ambruk. Singto berusaha semampunya tetap mempertahankan perusahaan. Off dan Kay juga membantu. Lin juga Mild memberikan suntikan dana, namun ini belum cukup. Banyak relasi bisnis yang memperlihatkan taringnya, pemegang saham yang ribut ingin menguasai perusahaan, beberapa anak perusahaan ditutup, dan ribuan karyawan di PHK.Singto menjaga perusahaan ini, karena ia tahu bahwa Krist sangat mencintai perusahaan milik keluarganya. Ia tidak bisa menjaga Krist sampai akhir hayatnya, maka biarkan Singto melanjutkan perjuangan Krist selama ini.
"Pemegang saham memang keparat!" Off menghisap dalam rokoknya. Merasa frustasi dengan keadaan ini. Ia cukup pusing mendengar ocehan para pemegang saham. Tidak tahukah bahwa Off sudah dibuat bingung dengan berbagaimacam kerugian yang perusahaan ini terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES OR YES? [SingtoxKrist]
FanfictionSejak kecil Krist selalu mendapatkan apapun yang ia mau. Apapun itu. Tinggal tunjuk maka ia akan memilikinya. Tidak ada yang sanggup membantah Krist dengan sifat arogansinya yang sudah mendarah daging. Tidak ada satupun yang bisa mematahkan egoismen...