"Kau yakin akan pergi?" Kay dan Krist memandang pesawat-pesawat yang masih bera dibandara. Langit biru terlihat begitu cantik.
"Tentu saja." Krist menjawab. Hari ini adalah hari pernikahan Kay, namun dirinya harus pergi ke Rusia. Krist memilih tidak hadir, Krist takut bahwa ia tidak bisa mengendalikan dirinya disana nanti.
Suara pemberitahuan Thailand Airlines akan segera lepas landas terdengar nyaring.
"Sudah saatnya." Krist begumam. Mengeratkan genggamannya pada koper hitamnya. Mild tersenyum sedih.
"Hati-hati." Krist mengangguk. Ia berjalan menyeret kopernya menjauhi Kay. Krist masuk kedalam pesawat, berhenti sejenak. Melihat Thailand untuk terakhir kalinya.
Airmata Mild jatuh. Perasaannya tidak enak.
"Kuharap kau baik-baik saja."
.
.
Kay terlihat sangat cantik dan anggun. Gaun putihnya begitu indah, sementara kepalanya ditutup tudung transparan. Kay mengenggam buket bunga warna putih. Sekeliling bunga mawarnya dihiasi bunga babybreath.Beberapa temannya berdatangan. Memberinya selamat dan memujinya sangat memukau. Kay tersenyum hangat mendengarnya.
"Kami pergi dulu, Kay!" Kay mengangguk. Membiarkan teman-temannya pergi. Hanya ada dirinya disini sendirian.
Kay menghembuskan napasnya dalam.
Krist sudah pergi, ia tidak hadir dalam pernikahan Kay. Padahal Kay selalu berharap Krist datang. Tapi itu sudah pilihan Krist.
Rasa ragu menyusup ke dalam dada Kay. Setelah ia memberitahu Singto bahwa Krist pergi. Pemuda itu terlihat semakin tidak fokus. Tubuh Singto memang bersamanya. Namun hati dan pikirannya entah ada dimana.
Kay bertanya-tanya. Ada apa dengan Singto? Kenapa Kay merasa Singto sudah berbeda?
Apa Singto mencintai Krist? Membayangkan hal itu saja membuat dada Kay perih. Kenapa semuanya harus seperti ini?
.
.
"Anak ibu tampan sekali." Nyonya Ruangroj menata tuxedo hitam yang dikenakan Singto. Putranya itu hanya diam. Pikirannya entah terbang kemana.Janhae mendengus, ia paling tidak menyetujui pernikahan ini! Ia lebih senang jika Singto bersama dengan Krist. Demi Tuhan! Sekali lihat saja Kay tahu bahwa Krist benar-benar mencintai Singto.
Singto menyodorkan sebuah dasi hitam pada ibunya. Dasi yang Krist berikan untuknya.
"Krist yang memberikannya." Singto berucap tanpa sadar. Janhae dan ibunya saling pandang. Kenapa tiba-tiba Singto mengucapkan nama Krist?
"Baiklah, ibu akan memasangkannya." Sang ibu memasangkan dasi itu. Mencairkan suasana.
.
.
Suasana gereja tempat pemberkatan pernikahan Kay dan Singto dihias dengan indah. Beberapa tamu undangan berdatangan. Pernikahan ini memang tidak dibuat terlalu meriah.Singto melihat sekeliling. Mencari Krist, namun ia tidak menemukannya.
Katakanlah Singto bodoh. Ia terlambat menyadari perasaannya sendiri. Ia baru menyadari segalanya ketika Kay mengatakan Krist akan pergi. Sebagian hatinya terasa hancur. Penyesalan selalu datang diakhir bukan? Memutar waktu pun percuma.
Singto sadar ia sudah melukai Krist dengan tidak menanggapi perasaan Krist. Ia kehilangan Krist begitu saja. Singto marah pada dirinya sendiri, marah pada keadaan, ia marah pada rasa takutnya untuk berjuang bersama Krist.
Rasa penyesalan itu seperti pil pahit yang harus ditelannya.
.
.
"Aku tahu Krist menyukai Singto." Kay mendengarkan apa yang Lin ucapkan. Walaupun pertunangan antara Krist dan Lin batal, namun Lin tidak terlihat keberatan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES OR YES? [SingtoxKrist]
FanfictionSejak kecil Krist selalu mendapatkan apapun yang ia mau. Apapun itu. Tinggal tunjuk maka ia akan memilikinya. Tidak ada yang sanggup membantah Krist dengan sifat arogansinya yang sudah mendarah daging. Tidak ada satupun yang bisa mematahkan egoismen...