Happy Reading!
□ □ □
Erlang menatap sinis sang sahabat yang terkekeh melihat kesinisan Erlang. Nomor seseorang yang mengirim foto seorang bayi yang diduga sebagai anak Erlang benar benar membuat Erlang penasaran-- Erlang bahkan meminta Aldy, sahabanya untuk melacak nomor tersebut namun ternyata Erlang hanya buang buang waktu untuk menghubungi Aldy karena Aldy sama sekali tak membantu dirinya.
"Maaf dude, aku tidak dapat melacak nomornya" ucap Aldy putus asa, ia bersandar pada dinding menatap kasian kearah sahabatnya yang terus saja menatap foto yang berada di handphonenya.
"Tak biasanya" jawab Erlang dengan nada mengejek, bukannya marah Aldy malah terkekeh geli menanggapi ejekkan sahabat sejak dirinya berada dibangku sekolah menengah pertama.
"Sepertinya orang yang mengirim foto itu bukan orang sembarangan, sejenis orang penting hingga dirinya bisa mengamankan nomornya dari lacakan" jelas Aldy kemudian menyesap secangkir kopi yang telah Erlang sediakan untuknya.
"Besar kemungkinan Alenna dan anakmu aman" ucap Aldy melanjutkan kalimatnya-- Erlang menegakkan tubuhnya merasakan pembicaraan Aldy mulai menarik.
"Mungkin saja pacarnya atau suaminya" ucap Aldy asal membuat Erlang dengan reflek memukul bahu Aldy keras hingga sang korban meringis kesakitan atas tindakan brutal Erlang.
"Ucapanmu!" Geram Erlang, Aldy hanya bisa cengengesan sambil menujukkan jari tengah dan telunjuknya tanda piece.
"Maaf, tapi aku rasa ucapanku ada benarnya. Alenna Nathasia, masih muda, cantik, tubuh ideal, lemah lembut-- apalagi alasan untuk menolaknya dan aku yakin pasti banyak pria yang memgejar ngejarnya. Apakah kau yakin dirinya masih mencintaimu?" Erlang membeku mendengar ucapan Aldy, otaknya masih berusaha mencerna maksud dari kalimat yang meluncur dari mulut Aldy.
Erlang memijit pelipisnya pelan, ucapan Aldy memang ada benarnya, wanita secantik dan sebaik Alenna memang pantas untuk bahagia namun bahagia hanya bersama Erlang-- Erlang tidak perduli apakah Alenna masih mencintai dirinya atau tidak karena Erlang akan memaksa Alenna untuk mau kembali kesisinya dan mencintai dirinya dengan sepenuh hati sama seperti cintanya pada Erlang satu tahun yang lalu.
"Aku tidak perduli, aku punya kekuasaan. Aku yakin bisa membawa Alenna kembali kepelukanku" ucap Erlang penuh percaya diri. Ia bangkit berdiri kemudian melanglahkan kaki lebarnya mendekati sebuah kaca besar yang membuatnya bisa langsung melihat pemandangan padatnya ibukota-- Erlang memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.
"Aku percaya itu dude, tapi apakah kamu tau dimana Alenna dan anakmu berada?" Tanya Aldy memandang punggung tegap Erlang dengan tatapan yang tak dimengerti.
"Aku punya Tuhan, ingat itu. Aku yakin kami berjodoh dan Tuhan pasti mempersatukan" jawab Erlang datar, ia memandang langit langit cerah penuh pengharapan pada Tuhan agar keyakinannya pada Yang Maha Kuasa tak sia sia.
Sudut bibir Aldy sedikit terangkat, Alenna Alenna- wanita itu benar benar bisa merubah sifat buruk sahabatnya itu menjadi lebih baik
"Sejak kapan kamu percaya Tuhan?" Tanya Aldy dengan sedikit nada mengejek.
"Tidak tau, tapi yang aku tau Alenna selalu mengajariku untuk dekat dengan Tuhan, tapi waktu aku tidak mendengarkannya apalagi melakukannya namun saat Alenna pergi aku percaya bahwa Tuhan benar benar ajaib" jelas Erlang yang terus menatap cerahnya langit dan teriknya matahari. Aldy tersenyum mengejek-- Oh, mengapa sahabatnya yang terkenal mengerikan dan disegani menjadi melanklonis seperti ini, Aldy hanya berani membatin menyampaikan komentarnya tentang sahabanya itu.
"Aku senang akan perubahan baikmu" ucap Aldy menanggapi penjelasan Erlang dengan asal.
"Aku akan pergi kekalimantan" ucap Erlang mengganti topik pembicaraan kemudian duduk di kursi kebesarannya dengan gaya angkuhnya.
"Oh ya? Untuk apa memberitahukanku, aku bukan sekertarismu" Erlang menatap sinis sahabatnya itu yang berani menyela ucapannya, padahal dirinya belum menyelesaikan ucapannya.
"Tapi kau COO disini" jawab Erlang tegas dengan rahang yang mengencang membuat Aldy hanya mampu tersenyum kaku.
"Tapi--"
"Aku hanya ingin kau yang ikut" sela Erlang dengan cepat dan begitu tegas membuat Aldy mau tak mau menganggukkan kepanya menyetujui perintah Erlang.
"Besok kita berangkat" ucap Erlang seadanya.
"Besok?" Beo Aldy dengan wajah shocknya-- lah kok besok? Aelah cepat banget?, Aldy membatin memprotes keputusan dadakan yang diambil oleh Erlang.
"Lang lo tau gue besok, anniversary!" Lah kan keluar bahasa yang biasa kalau diluar kantor, kalau didalam kantor harus profesional harus sopan.
Erlang berdecak kesal kemudian berkata," gak bakalan marah juga bini lo"
"Iya sih gak marah, tapi guenya yang gak enak. Masa Anniversary yang pertama gue gak ngasih apa apa" protes Aldy membuat Erlang memutar bola matanya malas.
"Gaya lo, kamaren aja waktu dijodohin lo nolak mentah mentah" ejek Erlang dengan santainya membuat Aldy melebarkan matanya tak percaya.
"Ck, gak asik ah kalau ngomongnya kearah sana" Aldy menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan kesal menutup wajahnya menggunakan bantal sofa.
"Aelah lo, jadi orang ambekan banget, kayak bocah" ucap Erlang dengan nada megejek membuat Aldy kembali menegakkan tubuhnya kemudian melemparkan tatapan sinis kearah Erlang.
"Iya iya, gue undur berangkatnya sampe lusa" ucap Erlang menghela nafas panjang.
"Seriusan dude!?" Tanya Aldy begitu excited membuat Erlang mengeleng atas tingkah absurd sahabatnya yang satu itu.
"Seriusan" jawan Erlang dingin. Aldy dengan cepat mengambil handphonenya kemudian memerintah orang diseberang sana dengan nada begitu tegas menyiratkan bahwa apa yang ia perintahkan harus dilaksanakan.
"Halah buat kejututan kok, meminta orang lain yang membuatkan" sindir Erlang membuat Aldy menatapnya sinis.
"Hei, tidak sempat dan itu karena kau, katena kau memintaku membantu menyelesaikan masalahmu" Aldy membalah ucapan Erlang dengan sinisnya-- dasar tak tau terimakasih, batin Aldy mengumpati Erlang dengan keangkuhannya yang membuat siapa saja pasti akan merasa jengkel.
"Namun sama sekali tak membantu"
Erlang memandang handphone canggihnya yang tiba tiba bergetar-- sebuah nontifikasi pesan masuk dan ternyata pesan itu kembali dikirimkan oleh nomor yang sama seperti nomor yang mengirimkannya foto seorang bayi laki laki yang diduga sebagai anak Erlang.
Hari ini
Hai, brengsek. Apakah kau tidak berusaha mencari anakmu-- ups kau kan memang tidak menginginkan anakmu. Disini aku hanya ingin mengatakan bahwa Alenna dan anakmu aman bersamaku. Aku harap kau mencoba mencari mereka karena aku tau karma itu ada bukan?
Erlang menggeram kesal membaca sebuah pesan yang dikirimkan oleh orang itu-- jika ingin memberitahukan Erlang tentang keberadaan Alenna dan anaknya katakanlah dengan jelas jangan setengah setengah, itu benar benar membuat Erlang bingung.
Katakan dimana wanita dan anakku berada!?
Tak semudah itu tuan Erlangga Victoryonadi
"Shit! Apakah dia hanya mempermainkan diriku saja-- benar benar kurang ajar" geram Erlang kemudian mematikan handphonenya dengan kesal membuat Aldy menatap Erlang bertanya dengan sebelah alis yang terangkat penuh.
□ □ □
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Roman d'amourKisah tentang perjuangan seorang pria brengsek untuk mendapatkan kesempatan kedua untuk kembali bersama dengan wanita yang ia cintai-- wanita yang dulu ia permainkan, ia sakiti dan ia hancurkan masa depannya karena wanita itu harus hamil atas perbua...