SC |11. Where is Papa?

11.2K 503 28
                                    

Happy Reading!

~~~

Matahari malu malu menampakkan cahayanya, hanya setengah lingkaran matahari yang muncul. Dari sela sela tirai jendela, sinar matahari itu masuk membuat sang empunya kamar menujukkan wajahnya yang tak kalah bersinar. Senyum manis tak luput ia tunjukkan pada matahari yang menyinarinya.

"Huft!" Akhirnya Alenna mampu menghembuskan nafas lega, ia baru saja menyelesaikan kegiatan masak memasaknya. Ada sekitar lima jenis makanan yang telah ia masak, semua masakan itu telah berbaris rapi diatas meja makan.

Alenna mendongakkan kepalanya menatap keatar jam dinding yang pajang indah diatas lemari televisi, saat ini waktu menujukkan pukul lima lewat tigapuluh menit. Setelah ini Alenna akan membangunkan Yerikhonya kemudian, bersiap siap bekerja kekantor milik keluarga Frasa.

Alenna sendiri masih tak menyangka jika dirinya diterima bekerja pada sebuah perusahaan yang cukup ketat untuk memilih karyawan boleh bekerja pada perusahaan itu, ya walaupun Alenna tau dirinya bisa bekerja diperusahaan itu karena perusahaan itu milik sahabatnya sendiri, Frasa. Namun, Alenna tetap bersyukur atas banyak hal yang terjadi dihidupnya. Oh iya, Alenna juga sangat bersyukur atas apartemen sederhana yang mampu ia beli dengan uang yang dihasilkan dirinya sendiri.

Alenna tiba tiba teringat sesuatu yang membuatnya merindukan sahabat beserta keluarga sahabatnya itu, ia merasa terharu kala teringat bagaimana tak relanya Rina, ibu dari Frasa, saat dirinya memutuskan untuk mandiri denga tinggal diapartemennya sediri. Ia tak ingin lagi menjadi beban bagi keluarga sahabatnya itu, selama ini dirinya sudah terlalu banyak merepotkan sahabatnya dan keluarganya itu.

"Mama!" Alenna tersentak dari lamunannya saat suara balita yang mrmggemaskan masuk kedalam pendengarannya, Yerikho dengan pempersnya yang melorot berjalan lungai kearah Alenna.

"Ughh! Anak mama sudah bangun ya?" Tanya Alenna sambil merentangkan tangannya meminta Yerikho untuk berlari dan segera masuk kedalam pelukannya kemudian, dengan cepat Yerikho berlari kearah Alenna sambil merentangkan tanganya. Beberapa kali, Yerikho sempat ingin terjatuh karena tak mampu mempertahankan keseimbangan tubuhnya alalagi ditambah dirinya belum begitu bisa untuk berjalan mengingat dirinya baru menginjak umur dua tahun.

"Mamma!" Yerihko berceloteh dengan bahasa bayinya sambil memukul mukul pempersnya, menujukkan jika dirinya tidak nyaman dengan pempers yang dipenuhi dengai air kencingnya. Alenna hanya bisa tertawa melihat wajah kesal Yerihko yang nampak menggemaskan dimatanya.

Dengan telaten, Alenna melepaskan pempers Yerikho kemudian, menggantinya dengan celana pendek bergambar sponge kotak berwarna kuning dengan tawa khasnya.

"Hari ini Yerikho main dirumah oma Rina ya, soalnya hari ini mama kerja. Cari uang buat Yerihko, biar Yerikho bisa beli mainan," ucap Alenna yang dibalas anggukkan oleh Yerihko, seolah olah balita berumur dua tahun itu mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh ibunya itu. Yerikho memeluk tubuh ibunya dengan tangan mungilnya, menyembunyikan wajahnya pada dada sang ibu, seolah olah mengetahui jika sebentar lagi dirinya akan terpisah dengan ibunya itu.

"Yah, Yerihko jangan sedih ya. Mama sebentar aja perginya, mama juga gak bisa tinggalin Yerihko lama lama," ucap Alenna sambil menahan air mata yang kapan saja bisa keluar dan membasahi pipinya namun, saat ini ia tak ingin terlihat cengeng oleh putranya. Ia tak ingin jika putranya akan menjadi cengeng seperti ibunya.

"Eh, Yerikhonya mandi dulu yuk. Bau, kalau bau mama gak mau dekat dekat Yerikho," Seketika Yerikho berontak didalam gendongan sang ibu merasa tak suka dengan ucapan ibunya barusan namun, Alenna masih bersikeras untuk tak melepaskan gendongannya pada Yerihko.

"Huaaaaa... hikss... huaaa... mamaaaa!" Saat itu juga tangis Yerikho seketika pecah karena tingkah jahil ibunya sendiri. Tanpa rasa bersalah, Alenna malah tertawa terbahak bahak melihat ekspresi menggemaskan Yerikho saat menangis.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang