Flo minta dukungan dari kalian yaa biar Flo lebih semangat buat update, kadang pengen banget update tapi lihat vote dan komen itu bikin gak semangat:( mohon dukungannya ya teman-teman.
Happy Reading !
***
Erlang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, pandangannya fokus pada jalanan walaupun pikirannya sudah berkeliaran kemana mana. Hampir setengah jam Erlang fokus mengendarai mobilnya akhirnya Erlang menghentikan mobilnya dan memarkirkannya di parkiran sebuah rumah sakit. Erlang dengan cepat turun dari mobilnya itu, kakinya melangkah dengan cepat menyusuri lorong rumah sakit tersebut. Erlang berhenti sejenak , kemudian mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Ruang VIP 2, begitulah isi pesan yang tertera dilayar ponselnya.
Erlang menghampiri meja resepsionis yang langsung disambut ramah oleh salah satu resepsionis itu, "Selamat pagi Pak, ada yang bisa kami bantu?"
"Ruang VIP 2 ada dimana ya?"
"Lorong sebelah kiri Pak, itu ada plang arahannya," Erlang langsung mendongakkan kepalanya untuk melihat plang yang dimaksud oleh sang resepsionis, Erlang mengumpat malu dalam hati. Plang itu cukup besar, namun Erlang ternyata cukup tak teliti untuk bisa melihatnya.
"Ah Iya, saya tidak melihatnya tadi. Terimakasih," tanpa senyum sedikitpun dan dengan wajah datarnya, Erlang meninggalkan sang resepsionis tanpa menunggu nawaban sang resepsionis itu.
Erlang kembali melangkahkan kakinya menyusuri lorong yang ditunjukkan oleh sang resepsionis. Tak perlu waktu yang lama, sekarang Erlang telah berada diruangan yang yang dikirimkan seseorang kepadanya. "VIP 2"
Tok tok tok..
Erlang mengetuk pintu ruangan tersebut namun, tanpa menunggu jawaban dari sang pemilik ruangan Erlang langsung masuk begitu saja.
"Bagaimana keadaan Rey, Da?" Tanya Erlang panik saat melihat seorang anak kecil berumur kira kira satu tahun yang sedang terbaring dengan selang infus yang mengalir ke tangannya.
Erlang makin panik saat melihat seorang wanita yang berumur sekitar 21 tahun menangis sesenggukan disebuah sofa dengan kedua telapak tangan yang menutupi seluruh wajahnya, air mata pun terus menetes sehingga seluruh wajahnya basah seperti sehabis mencuci wajah.
"Da, apa apa ini? Tolong jelaskan padaku!" Erlang menjambak rambutnya sendiri, wanita ini masih belum mau membuka suara untuk menjelaskan apa yang terjadi. Erlang terus saja berusaha membujuk, walaupun saat ini kesabarannya seperti diuji. Erlang bukanlah orang yang sabaran, tapi Erlang harus bisa melakukannya demi wanita ini.
"Ayo lah, Da. Masalahnya tidak akan bisa selesai jika kamu hanya menangis, coba jelaskan padaku!" Erlang masih terus bersabar untuk membujuk wanita didepannya ini agar mau membuka suara, hingga akhirnya perjuangan dan kesabaran Erlang tak sia sia. Wanita itu perlahan menurunkan telapak tangannya yang menutupi wajahnya, kemudian tanpa aba aba wanita itu langsung menarik tubuh Erlang untuk masuk kedalam pelukannya.
Dia, Arianada Vianadi. Wanita yang pernah ditemui Erlang dikantornya dengan keadaan sedang perlakukan dengan kurang baik oleh bawahannya, seorang wanita bersama seorang balita yang mampu menggetarkan hati Erlang.
Erlang tak mungkin bisa berbohong lagi jika wanita ini memiliki tempat terkhusus di hati Erlang namun, Erlang tau bahwa dirinya begitu menyayangi Nada.
"Nada, sudah jangan menangis lagi. Apa kamu tau jika kamu menangis hatiku terasa sangat sakit? Maka dari itu berhentilah menangis, itu sangat menyakitkan. Sekarang, ceritakan semuanya kepadaku. Percayalah aku akan membantumu sebisa mungkin," isakan Nada mulai mereda, air matanya pun mulai berhenti mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomanceKisah tentang perjuangan seorang pria brengsek untuk mendapatkan kesempatan kedua untuk kembali bersama dengan wanita yang ia cintai-- wanita yang dulu ia permainkan, ia sakiti dan ia hancurkan masa depannya karena wanita itu harus hamil atas perbua...