HAPPY READING!
Typo bertebaran:"
~~~
Bodoh! Bodoh! Bodoh! Erlang tak henti henti mengumpati dirinya sendiri, mengumpati kebodohannya yang tiba tiba menjadi selemah ini. Kemana Erlang yang disegani oleh semua orang? Dimana Erlang yang penuh kekerasan? Dimana Erlang yang pemaksa? Semuanya hilang karena Alenna, wanita itu memang kelemahannya. Wanita itu mampu membuat dirinya yang tak pernah mengeluarkan air mata sekarang menangis sendu karena kehilangan jejak wanitanya itu. Erlang membuka ponselnya dengan wajah Alenna yang langsung muncul pada layar ponselnya, Erlang menatap penuh cinta foto Alenna yang sengaja dijadikannya sebagai wallpaper ponselnya.
"Aku akan berusaha membawamu dan anak kita pulang dengan cara baik baik namun, jika itu tidak berhasil maka aku tak segan untuk menggunakan kekerasan. Aku bisa sedikit melukaimu untuk bisa membuatmu menjadi milikku" gumam Erlang seperti orang gila, orang lain akan menganggapnya gila jika mereka yang melihat Erlang berbicara pada foto yang berada pada layar ponselnya.
Setelah puas memandangi wajah cantik Alenna, Erlang memutuskan untuk menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari informasi tentang keberadaan Alenna beserta anaknya.
"..."
"Tolong cari informasi tentang keberadaan wanitaku, aku telah menemukannya di provinsi Kalimantan Tengah,"
"..."
"Berikan seluruh informasinya padaku, paling lambat dua hari,"
"..."
"Good!"
Tut. Erlang langsung memutuskan sambungan telpon secara sepihak.
"Arghh! Bodoh sekali kau Erlang, kau telah berhasil menemukannya dan membiarkannya pergi," Erlang menggeram frustasi. Erlang sungguh tak habis pikir dengan dirinya sendiri, mengapa dirinya bisa selemah ini? Mana Erlang tak berperasaan.
"Sayang, semarah itukah kau padaku?" Lirih Erlang yang terus memandang fotonya bersama Alenna satu tahun yang lalu. Wajah Erlang difoto itu terlihat sangat terpaksa, berbanding terbalik dengan Alenna yang nampak sangat bahagia.
Alenna sangat sabar dengan dirinya yang tak pernah menganggap keberadaannya, Alenna selalu membawakannya nasi goreng setiap pagi. Nasi goreng yang tak pernah dimakannya tapi, Alenna dengan sabar selalu memasakan nasi goreng untuknya dan Erlang sama sekali tak pernah memakannya.
"Ahh! Sesak sekali dadaku. Tuhan, mengapa aku sejahat itu!?" Erlang meraung raung sambil memukul dadanya sendiri yang terasa begitu sesak saat mengingat kelakuan bejatnya dulu.
Ia melakukan hal bejat pada Alenna demi mendapatkan sebuah villa, teman temannya membuat taruhan dengan hadiah sebuah villa dengan syarat dirinya harus bisa meniduri Alenna si gadis polos itu lalu, membuangnya begitu saja.
"Aku tidak perlu villa itu! Aku hanya perlu Alenna dan anakku!" Erlang terus meraung raung membuat Aldy yang kamarnya berada tepat disebelah kamar Erlang merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.
Tok tok tok.
"Lang, lo gak papa?" Teriak Aldy dari depan pintu kamar Erlang, kepanikan Aldy bertambah satu tingkat karena Erlang yang sama sekali tidak menanggapi teriakannya tadi.
"Lang, buka pintunya!" Teriak Aldy sekali lagi. Kali ini teriakan Aldy lebih keras dari sebelumnya, dirinya kalut akan kondisi sahabatnya itu didalam sana.
Erlang menatap pintu kamarnya tanpa minat namun, mendengar suara penuh kekhawatiran dari Aldy mampu membuat Erlang menurunkan sedikit egonya dan memilih untuk membuka pintu kamarnya itu. Itu lebih baik daripada dirinya harus mendengarkan teriakkan penuh kecemasan sepajang harinya.
Klek.
Erlang membuka pintu kamarnya sehingga dirinya dapat melihat wajah khawatir Aldy. Rambutnya acak acakan. Sebenarnya yang mempunyai masalah itu Erlang atau Aldy? Mengapa malah Aldy yang terlihat lebih frustasi.
"Kenapa?" Tanya Erlang dengan entengnya. Aldy menggeram kesal mendengar pentanyaan santai yang luar dari mulut Erlang, kenapa? Yee, dia masih tanya kenapa Aldy datang dengan wajah khawatir ke kamarnya. Gimana dia gak khawatir coba, orang Erlang teriak teriak gat jelas kayak orang keserupan.
"Bego! Ngapain lo teriak teriak tadi? Bikin orang khawatir aja" semprot Aldy, sedangkan yang disemprot hanya memutar bola matanya malas dan kembali mendudukkan bokongnya pada sebuah sofa yang cukup empuk.
"Gak apa apa,"
Aldy hanya mampu menggeram kesal atas jawaban sahabatnya itu. Dirinya sudah dibuat kalut dan dengan santainya, pria datar itu mengatakan tak apa apa. Gila! Mengapa semakin hari sahabatnya itu makin menyebalkan.
Senyum Aldy terbit begitu saja saat melihat selembar foto yang berada diatas kasur Erlang. Oh, inikah yang membuat sahabatnya maraung raung tak jelas tadi. Alenna, Alenna. Wanita itu benar benar mampu membuat pria datar macam Erlang meraung raung seperti orang lemah, sangat lemah. Erlang, si pria yang menyelesaikan semuanya dengan kekerasan hanya mampu meraung raung memohon pada Tuhan untuk membantunya. Sungguh menyedihkan.
Sekarang mereka tau jika karma itu benar adanya, bukan hanya sekedar cerita dongeng yang tak nyata.
"Gara gara Alenna, huh?" Tanya Aldy menujukkan selembar foto yang ia dapatkan dari atas kasur Erlang. Bukannya menjawab, Erlang malah membuang muka.
"Kalau lo memang cinta sama Alenna, perjuangin dia. Bukannya malah nangis nangis nyalahin diri lo sendiri!" bentak Aldy kemudian, melemparkan foto Alenna kehadapan Erlang. Tak ada pergerakan dari Erlang, pria itu hanya terdiam. Saat ini Erlang merasa jika dirinya adalah pria pengecut.
"Lo cowok bukan sih!?" Bentak Aldy, ia mulai kesal dengan tingkah Erlang. Erlang mendongakkan kepalanya menatap wajaj Aldy, dirinya menghela nafas.
"Oh shit!" Aldy mengumpat dengan suara rendahnya, hampir tak terdengan. Matanya menatap fokus ponselnya, matanya terus memperhatikan setiap kata yang tertulis pada layar ponselnya. Beberapa kali Aldy mencoba mengulang tulisan itu dari awal, semuanya sama saja. Tak ada yang berbeda.
Erlang yang melihat perubahan ekspresi pada wajah sahabatnya setelah melihat ponselnya,"lo kenapa, Dy?"
"Ini gak bisa dipercaya, lang" Aldy melirih, tatapannya meredup.
"Aldy! Lo kenapa sih?" Tanya Erlang yang merasa heran dengan tingkah sahabatnya ini, tak biasanya Aldy secemas ini. Apakah terjadi sesuatu dengan istrinya? Tidak, tidak mungkin. Aldy akan panik, sepanik paniknya jika terjadi sesuatu pada istrinya. Ia akan buru buru pulang, bukan buru buru lagi tapi, kesetanan.
"Untuk dapetin Alenna gak akan semudah yang kamu kira," Erlang mengerutkan dahinya, ia bingung dengan apa yang Aldy katakan.
"Sumpah, gue gak ngerti banget lo ngomong apa?" Tanya Erlang yang mulai geram dengan tingkah sok misterius Aldy.
Aldy menyodorkan ponselnya pada Erlang, membiarkan Erlang membaca pesan yang ia dapatkan dari salah satu detektifnya. Erlang menatap Aldy dengan tatapan penuh tanya namun, tetap mengambil ponsel yang disodorkan padanya.
Erlang mulai membaca kata demi kata yang tertulis pada layar ponsel milik Aldy, dirinya berulang kali mengulang untuk membaca kalimat kalimat itu.
Tidak! Erlang tidak dapat mempercayai semua ini, bagaimana ini bisa terjadi? Alenna bukanlah wanita yang berasal dari keluarga di kalangan atas. Mengapa ada ada saja hal hal menghalanginya untuk mendapatkan Alenna kembali.
"Ini benar, Dy?" Gumam Erlang dengan bibir yang bergetar.
"Iya, Lang. Suruhan gue gak mungkin memberikan informasi yang salah,"
"Alenna, anak pak Moreano,"
"Gue gak takut, Tuhan pun gak bisa menghentikan gue buat dapatin Alenna,"
"Dia Moerano, Lang! Keluarga lo bisa dibuat hancur, gelandangan Lang, jadi gelandangan. Keluarga lo cuman ujung kuku dia, apalagi kalau dia tau lo udah nyakitin puntrinya," Erlang menggeram frustasi, ia masih optimis. Dia ingin memperbaiki kesalahannya dan dia yakin Pak Moreano pasti akan mengizinkannya.
"Dia gak akan ngehancurin keluarga gue, gue yakin dia akan jadi mertua gue,"
Bukankah terlalu percaya diri itu juga kurang baik?
~~~
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/168030776-288-k690745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
RomansaKisah tentang perjuangan seorang pria brengsek untuk mendapatkan kesempatan kedua untuk kembali bersama dengan wanita yang ia cintai-- wanita yang dulu ia permainkan, ia sakiti dan ia hancurkan masa depannya karena wanita itu harus hamil atas perbua...