Sabrina menatap Profesor Romie, ia menanyakan beberapa hal yang Profesor Romie sendiri tidak mengerti.
"Sedang apa saya?, mengapa saya dipaksa untuk berbicara?, siapa mereka?"
Sadar tak mendapatkan jawaban dari apa yang dirinya tanyakan.
Sabrina melangkah menuju tangga podium, pada mata yang memperhatikan nya pun dengan tatapan bingung. Sabrina tak mengerti, ia sendiripun sama dalam kebingungan, dipaksa berbicara, sementara ia sendiri tak tahu harus melakukan apa.
Tubuhnya bergetar dengan keringat yang membasahi baju, pikiran yang mengawang pada udara, Sabrina merasakan tak mampu mengingat apapun.
"Sabrina kamu mau kemana?" Erlisa berlari mendapatkan Sabrina yang pergi meninggalkan gedung dengan wajah tak berdosa.
"Sabrina, kamu udah mempersiapkan ini semua selama empat tahun lamanya, dan kamu meninggalkan ini semuanya begitu saja, ayo Sabrina, kembali ke sidang kamu, semuanya sedang menunggu kamu..!"
Sabrina menepis lengan Erlisa, meminta agar gadis itu pergi meninggalkan ia sendiri.
"Sabrina, waktu sidang kamu akan habis, kamu masih ada jadwal jumpa pers dan sesi tanya jawab, kamu harus kembali ke dalam" Aku menarik jemari Sabrina, apa mungkin nervous mengakibatkan seseorang kehilangan kewarasan. Aku tidak yakin Sabrina mengalami hal demikian.
"Pergiiiiiii,,,,,,!!" Sabrina menjerit dengan tatapan hambar, memperhatikan kerumunan wartawan yang merekam ia yang masih dengan pandangan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstraksi [Completed]
Kısa HikayeINTELLIGENCE, not because you think you know everything without questioning, but rather because you question everything you think you know. First Published : 28 November 2018