Aku dan Erlisa tak sempat lagi mengganti pakaian usai persidangan, kami harus segera mungkin mengantar Sabrina ke gedung JCC, ia harus mempersiapkan diri sebab dua jam lagi giliran ia yang akan melakukan sidang skripsi.
"Brin kamu gugup nggak sih?" Erlisa menoleh ke arah Sabrina yang kini sibuk mengscrool layar smartphone
"Nervous maksudnya?"
"Iya, perasaan nervous, ada nggak sih?"
"Aku udah biasa berdiri sebagai pembicara seminar, mengisi berbagai macam pelatihan, publik speaking dan juga bergerak di Voice grup school, jadi untuk tampil di depan orang ramai, aku udah nggak canggung lagi"
"Duhh Brina, itu juga kita semua udah pada tau, maksud aku, masa iya sedikitpun kamu nggak ada rasa nervous secara yang hadir saat ini bukan dari kelas pelatihan yang biasa kamu latih, atau peserta seminarmu, mereka dari kalangan akademisi dan ilmuan, dan banyak dari mereka mahasiswa dari kampus-kampus ternama luar negeri, hari ini adalah hari bersejarah pembuktian teori dan kecerdasan kamu, ada menteri juga yang hadir, para pemberi beasiswa berebut untuk mendapatkan kursi di JCC di acara seminar kamu kali ini, dan masa kamu nggak nervous sama sekali?".
"Hmmmm, Sepertinya nggak, biasa aja, apa yang harus aku gugupin, aku hapal semua materi presentasinya, bahkan teori dan referensi pustaka lengkap sama penulisnya, so nggak akan ada yang terlewatkan, aku yakin sama diri aku sendiri, percaya aja..." Ungkap Sabrina menatap Erlisa yang tak ingin agar sahabatnya tak terlalu mengkhawatirkan akan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstraksi [Completed]
Cerita PendekINTELLIGENCE, not because you think you know everything without questioning, but rather because you question everything you think you know. First Published : 28 November 2018